Film Indonesia: Jamila dan Presiden

RadiatorSpring

New member
Jamila Dan Sang Presiden

Apa yang kita tahu tentang manusia yang diperdagangkan?


Banyak orang yang tahu

sebanyak yang tidak berani untuk perduli.


Sedikit orang yang berjuang

sama sedikitnya dengan mereka yang terselamatkan.


Seorang Ratna Sarumpaet bercerita

tentang Jamila yang menggugat.



JAMILA dan SANG PRESIDEN - 19 Februari 2009

3179111430_282911ea0c.jpg


Tiga tahun yang lalu, UNICEF meminta Ratna Sarumpaet, sutradara teater handal yang juga aktivis perempuan, untuk menjalankan sebuah penelitian mengenai human trafficking di Indonesia. Ratna berkelana ke Batam, Solo, Indramayu, Surabaya, dan kota-kota di Kalimantan, merekam beragam cerita dari ratusan ribu korban perempuan yang kemudian disatukannya dalam sebuah pementasan teater yang sangat membuka mata. Ratusan ribu anak dibawah umur diperdagangkan di Indonesia setiap tahunnya untuk alasan yang sangat menyedihkan: kemiskinan dan kurangnya pendidikan.

Kedahsyatan tema dan kedalaman kebenaran yang diusung oleh pementasan teater Jamila dan Sang Presiden menghasilkan pengakuan positif dari berbagai khalayak. Mata penonton basah, kepala-kepala tertunduk, kisah Jamila begitu mewakili hingga terbawa dan terus dikenang.

Cerita ini harus diteruskan, Jamila dan Sang Presiden dikonversikan menjadi media yang lebih bisa menjangkau berbagai lapisan masyarakat: sebuah film.​



Jamila dan Sang Presiden

Sutradara
Ratna Sarumpaet

Pemain
Atiqah Hasiholan
Christine Hakim
Eva Celia
Fauzi Baadilah
Surya Saputra
Dwi Sasono
Ria Irawan
Joshua Pandelaki
Marcellino Lenfrandt

Produksi
Satu Merah Panggung
MVP Pictures​
 
Seorang perempuan bernama Jamila (Atiqah Hasiholan) tiba-tiba menjadi headline di semua pemberitaan nasional. Ia mengaku membunuh seorang pejabat tinggi negeri dan menolak mengajukan pengampunan hukuman mati dari Presiden

Jamila dimasukkan dalam penjara yang dipimpin oleh seorang sipir perempuan yang sangat ditakuti, Ibu Ria (Christine Hakim). Di penjara inilah cerita Jamila bergulir, membuka sebuah luka bernama perdagangan manusia yang dialami oleh Jamila dan jutaan anak di Indonesia. Selama ini Jamila mencari adiknya yang terjerat dalam sindikat prostitusi anak, yang akhirnya mengantar Jamila ke penjara

Persidangan Jamila menjadi panas dan semakin kontroversial dengan kemunculan kepala golongan fanatik (Fauzi Badilah) yang mati-matian menentang pengampunan dari Presiden. Konflik di dalam penjara dengan Ibu Ria makin meruncing, sementara tekanan dari luar juga menjadi tidak tertahankan. Jamila semakin terpuruk, hukuman matinya semakin dekat



Jenis Film :
Drama
Produser :
Ratna Sarumpaet, Ram Punjabi
Produksi :
Satu Merah Panggung/mvp Pictures
Durasi :
87


Pemain :
Atiqah Hasiholan
Christine Hakim
Eva Celia
Dwi Sasono
Fauzi Baadilah
Surya Saputra
Sutradara :
Ratna Sarumpaet
Penulis :
Ratna Sarumpaet

wow.. yang main.. ini patut ditonton.. ceritanya juga menarik.. jadi inget jamannya Daun di Atas Bantal
 
Last edited:
'Jamila dan Sang Presiden' Raih NETPAC Award di Roma

'Jamila dan Sang Presiden' Raih NETPAC Award di Roma

jamilaaa-dlm.jpg



Roma - 'Jamila dan Sang Presiden' karya sutradara Ratna Sarumpaet Sabtu (7/11/2009) meraih NETPAC Award pada festival Asiatica Film Mediale 2009 di Roma (29/10 – 7/11/2009). 'Jamila dan Sang Presiden' mengalahkan karya film unggulan dari negara-negara Asia lainnya, di antaranya, Cina, Jepang, Korea, India, Iran, Thailand dan Vietnam.

"NETPAC Award yang dianugerahkan kepada Ratna Sarumpaet pada acara penutupan festival Asiatica Film Mediale di Cinema Capricana, Roma, adalah piala bergengsi yang diberikan pada film-film terbaik Asia," jelas Counsellor Pensosbud KBRI Roma Musurifun Lajawa Senin (9/11/2009) pagi ini WIB.

NETPAC merupakan organisasi yang mewakili para kritikus, produser, distributor, kurator, exhibitor, dan educator yang bergerak di dunia perfilman. Organisasi ini bertujuan untuk memajukan perfilman di kawasan Asia, dan telah dianggap oleh dunia sebagai otoritas yang sangat berkompeten dalam perfilman Asia.

Dewan juri yang diketuai oleh Tadao Sato, kritikus film sangat disegani di Jepang menilai keunggulan 'Jamila dan Sang Presiden' bukan saja terletak pada aspek artistik dan originalitasnya, tetapi juga pada ketajaman kritik sosialnya dalam memotret kondisi sosial dan kemasyarakatan di Indonesia.

Ratna mengaku dirinya prihatin terhadap perdagangan manusia (human trafficking) di Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya. Akar dari kejahatan perdagangan manusia yang dipotret dalam film 'Jamila dan Sang Presiden' adalah kemiskinan, yang juga sebagai dampak dari ketidakadilan ekonomi internasional.

Karena itu, film tersebut dimaksudkan untuk mengingatkan kembali para pengambil keputusan di seluruh tingkatan untuk segera menyelesaikan kasus-kasus perdagangan manusia yang sangat menghawatirkan.

Kesuksesan 'Jamila dan Sang Presiden' di Roma diharapkan dapat memberikan inspirasi untuk kemajuan industri perfilman di Indonesia, yang telah mengalami kebangkitan kembali dalam beberapa tahun terakhir.

'Jamila & Sang Presiden' telah terpilih untuk mewakili Indonesia pada kompetisi Piala Oscar pada Februari 2010. Sebelum berlaga di Oscar, 'Jamila dan Sang Presiden' akan mengikuti Asia-Pacific Film Festival di Sydney, Australia dalam waktu dekat.

Film Indonesia yang juga pernah menerima NETPAC Award adalah 'Bird Man Tale' karya Garin Nugroho pada Berlin International Film Festival 2003.

sumber :http://movie.detikhot.com
 
Bls: 'Jamila dan Sang Presiden' Raih NETPAC Award di Roma

wow keren!!! gitu dong seharusnya film yang bermutu dibuat!!!!
 
Bls: Film Indonesia: Jamila dan Presiden

terimakasih atas film ini, agar menjadi pencerahan.
 
Bls: Film Indonesia: Jamila dan Presiden

115678large.jpg


Film Jamila dan Sang Presiden Dapat Penghargaan dari Vesoul Film Festival

JAKARTA - Film Jamila dan Sang Presiden (JdSP) berjaya di luar negeri. Film besutan sutradara Ratna Sarumpaet itu membawa pulang dua penghargaan saat penutupan Vesoul International Film Festival di Prancis.

Dua penghargaan yang didapat tersebut adalah kategori Prix de Public atau public prize dan Prix Jury Lyceen atau youth jury prize. Selain itu, JdSP menarik minat Art et Essai, jaringan bioskop di Prancis yang khusus menayangkan film-film independen. Film tersebut akan diputar di seluruh bioskop mereka di Prancis.

Pencapaian tersebut sangat membanggakan Ratna. Meski, kata dia, di negara sendiri, yaitu Indonesia, film dengan biaya produksi sekitar Rp 6 miliar itu tidak terbilang laris. Tema tentang penjualan anak dan perempuan yang nyata-nyata terjadi dinilai Ratna belum mengusik hati penonton untuk menyaksikan rangkumannya dalam film.

Masyarakat Indonesia, ungkap dia, masih lebih tertarik menonton film horor. ''Secara pasar memang nggak jalan. Itu membuat saya sedih. Sebab, film-film yang kita anggap penting nggak laris. Waktu itu, film saya bersaing sama Kelongwewe (film horor, Red). Tapi, ya sudah lah, mungkin butuh evaluasi,'' tuturnya saat ditemui di kawasan Kuningan belum lama ini.

Karena itu, Ratna tidak mengharapkan keuntungan dari penjualan tiket di bioskop. Perempuan yang juga aktivis tersebut mengalihkan perhatian ke festival dengan harapan rating filmnya terus naik dan ada keuntungan dari penjualan DVD.

JdSP yang dibintangi Atiqah Hasiholan, Christine Hakim, Marcellino Lefrandt, Surya Saputra, dan masih banyak lagi itu sudah mengikuti banyak festival. Di antaranya, menjadi finalis di Asia Pasific Screen Awards (APSA) di Sydney, Australia, 20 November 2009; Bangkok International Film Festival (24-30 September 2009); Asiaticafilmmediale di Italia (30 Oktober 2009); serta Hongkong Asian Film Festival.

Atiqah menyatakan sangat bangga dan terkejut mendengar informasi kemenangan di Prancis itu. Dia kali pertama mendapat informasi dari ibunya, Ratna Sarumpaet, yang datang ke sana dan menerima penghargaan. ''Nggak menyangka, ternyata award yang kami terima itu penghargaan dari publik dan satu lagi dari para remaja,'' ujarnya saat dihubungi tadi malam.

Dia kagum remaja setingkat SMA di Prancis mau menonton film bertema serius seperti itu dan menaruh minat. ''Intinya, film ini kan memang untuk remaja supaya anak muda tahu,'' ungkapnya.
 
Back
Top