Sekolah Kok Stress???

winawita2

New member
Kok anak sekolah sekarang mau UAN sampe stress ya?
Kasian banget! Apa soal-soalnya yang susah?
Saya lihat di TV ada yang sampe nangis-nangis mau ngadepin ujian....
Apanya yang salah?????>:'(
 
Bls: Sekolah Kok Stress???

yah paling faktor dominan yang buat mereka stress bukan soalnya tetapi ketakutan akan kegagalan. Takut gagal itu bisa disebabkan lagi karena belum siap terhadap materi yang akan diujikan, ada tuntutan dari orang tua kalau mutlak harus lulus, Atau kalau ga lulus mereka pastinya malu dunk... Permasalahan seperti itu yang pastinya bikin mereka stress. Seperti takut menghadapi persoalan aja...
 
Bls: Sekolah Kok Stress???

hemmm gw ngalamin itu 1 tahun lalu but aku ga separah itu malah ga belajar malemnya karena bagi gw ujian itu tak menentukan kehidupan kita karena kita lah yang menentukan kehidupan kita bukan ujian sekolah tapi sialnya gw lulus yaudah gw bersyukur kepada Tuhan YME amien
 
Bls: Sekolah Kok Stress???

kalah sebelum bertanding

soalnya lumayan gampang kok
tergantung dia selama 3 taun itu serius ga belajar?
 
Bls: Sekolah Kok Stress???

karena sudah belajar selama 3 tahun lamanya, masih aja di tes...

aturan jangan ada UN tapi nilai Raport aja....
 
Bls: Sekolah Kok Stress???

Mungkin karena nilai standard kelulusan yang lumayan tinggi ya?

Sekarang klo ga salah sekitar 5.50 ya?
 
Bls: Sekolah Kok Stress???

iya, 5,50...

yg saya takutin dari UN tuh bukan standar nilainya tapi ada orang " dalam " yg gak professional memeriksa hasil UN dan siswa2 yg gak bersalah kena imbas gak lulus deh....
 
Bls: Sekolah Kok Stress???

pendidikan terlalu dipaksakan
ilmu yang diberikan semakin lam asemakin luas namun yang harus dihafalkan banyak
dragon_62034
[/IMG]
 
Bls: Sekolah Kok Stress???

iya, apalagi sampe nekat bunuh diri...

Berarti pelajar Indonesia per tahun berkurang...

tragis bener yah....
 
Bls: Sekolah Kok Stress???

hmmm...
mungkin guru-gurunya nakut2in secara berlebihan...
bukannya ngdukung tapi malah menekan....
tp mungkin krn siswa2 tsb kontrol emosinya rendah....
 
Bls: Sekolah Kok Stress???

mungkin juga karena siswa itu belum menguasai materi...

tapi masa sih masa depan seseorang hanya ditentukan dengan beberapa menit yaitu UN.......

Gak banget !!!!
 
Bls: Sekolah Kok Stress???

Kebijakan pemerintah menetapkan standar nilai UN secara nasional menambah suram dunia pendidikan di Indonesia. Saya juga heran, apakah orang-orang yang membuat kebijakan itu memiliki hati nurani? Membuat standar nasional, yang jelas-jelas kondisi sekolah di tiap wilayah itu berbeda. Kalau di kota seperti Jakarta, bolehlah pakai standar seperti itu. Lalu bagaimana dengan sekolah di kampung-kampung yang fasilitasnya minim dan SDMnya pun tidak seperti di kota?

Melihat berita di televisi. Membaca berita surat kabar. Mendengar berita di radio. Beberapa kepala sekolah dan guru ditangkap karena melakukan kecurangan. Seperti memberi jawaban, mengganti jawaban. Soal yang dibuka lebih dulu, agar para guru membuat kunci.
Saya tidak berpikir bahwa mereka benar-benar bersalah. Sebab saya tahu mereka kasihan pada murid-muridnya.

Seperti berita tadi pagi di koran. Sebuah Mts di daerah pandeglang tepatnya Menes, kepala sekolah dan guru ditangkap karena telah membuka lembar soal dan memberi tanda pada soal yang ada disana.

Daerah Menes yang saya tahu, sebuah desa kecil yang taraf ekonomi dan pendidikannya rendah. Saya pernah kesana beberapa tahun lalu. Mengunjungi seorang nenek yang masih ada hubungan kerabat. Bahkan rumah-rumah disana pun masih ada yang terbuat dari bilik. Untuk bersekolah saja, sudah syukur alhamdulillah. Bisa bayar spp, meski jalan kaki lumayan jauh.

Terbayang beberapa tahun lalu saat saya bertandang ke Cilegon untuk acara baksos.Melakukan penyuluhan di sekolah yang nyaris ambruk. Anak-anak dengan seragam putih-biru berjalan jauh melintasi sawah. Sebab sekolah tingkat SMP tidak ada di desa mereka.

Susah payah orangtua mereka mencari biaya. Ah, belum lagi terbayang anak-anak yang harus melintasi sungai dan laut untuk menyebrang pulau tempat sekolah mereka. Tapi sekarang mereka lebih takut pada standar nilai kelulusan daripada ombak yang datang tiba-tiba. Mereka lebih takut pada nila 4,25 pelajaran matematika daripada ular-ular sawah yang siap menghdang. Jadi teringat Lintang yang tiap mau berangkat sekolah menghadapi buaya.....

Begitu tegakah orang-orang si pembuat kebijakan itu?memadamkan semangat anak-anak kurang mampu yang terbatas fasilitasnya? berjuta pertanyaan di benak. Makanya tak heran jika para kepala sekolah dan guru kasak-kusuk mencari cara agar anak Lulus UN. Kasus-kasus yang ketahuan, itu tidak seberapa. Alasan mereka: kasihan murid-murid, mereka kebanyakan orang tidak mampu. Anak-anak pedagang sayur, buruh cuci, tukang ojek. Tegakah pemerintah jika mereka putus sekolah gara-gara tidak lulus UN? Sebagian besar mereka tidak akan memilih mengulang tahun berikutnya. Sebabnya: malu, trauma psikis dan terutama, biaya.

Sekolah yang ketahuan adalah sekolah yang sial. Sebab sebenarnya sebagian besar sekolah melakukan cara-cara agar siswanya lulus UN. Tentu saja selain cara dari siswa sendiri dalam mengerjakan soal. Banyak pula siswanya tidak tahu kalau mereka lulus dengan cara dibantu tanpa mereka tahu.

Beberapa cara lulus UN misalnya:
1. mengganti jawaban (menurut saya SMA di Deli Serdang itu hanya sedikit kasus. Banyak sekolah yang melakukan hal seperti ini)
2. Memberi jawaban pada murid dengan janjian di WC sekolah
3. Menulis jawaban di papan tulis
4. Memberi jawaban lewat sms
5. Meminta anak yang pintar membagi jawaban ke teman-temannya (ini cara yang paling halus)
6. Sebisa mungkin pengawas dikasih kenyamanan agar tidak ketat mengawas. Misal; disediakan koran, makanan dsb.
7. Mengajak ngobrol pengawas independen didalam ruangan agar tidak keliling-keliling mengawasi peserta di sekolah itu.

Sebenarnya apa yang ingin dicapai oleh para pelajar kita? produk apa yang diinginkan si pembuat kebijakan itu hasilkan? kalau pada prosesnya akhirnya kita belajar untuk melakukan kecurangan? Indonesia tak akan pernah maju jika dari generasi ke generasi kita dididik untuk berbuat curang.

Sempat kaget dan kesal. Kebijakan standar nilai memang bagus. Tapi jangan samakan secara nasional. Biarkan sekolah itu yang menetapkan. Atau minimal daerah masing-masing.

Apakah si pembuat kebijakan itu pernah main ke kampung di Irian Jaya? atau minimal ke SMP Terbuka di bekasi utara yang siswanya kebanyakan pedagang asongan? saya rasa si orang pembuat kebijakan itu tidak pernah mengajar di sekolah kelas kampung.

Saya lihat wajah-wajah tegang itu. Tiga hari sudah saya mengawas di sekolah yang sedang merintis SBI, berwawasan Internasional. Memang sejak saya SMP Dulu, sekolah ini terkenal dengan muridnya yang pintar-pintar.

Makanya ketika mereka bilang soalnya sulit, saya teringat murid-murid saya. Yang tentu saja "kelasnya" dibawah murid-murid yang saya awasi. Pasti anak-anak saya itu juga mengalami tegang dan panik.

Saat ditawari kerjasama untuk meluluskan siswa. Saya dan para guru sempat mendukung. Tapi kepala sekolah saya menolak dengan tegas.
" Kita harus bersih, Bu?"
"tapi tingkat kelulusan cuma 50% pak. Kasihan anak-anak"
" ada nilai yang ingin kita tanamkan untuk anak-anak Bu. Untuk masa depan mereka. Baik yang lulus ataupun tidak"

Lama saya merenung dengan keputusan ini. Saya katakan pada anak-anak itu. Bahwa hidup adalah proses bukan hasil. Menjadi pemenang di saat kalah berarti menjadi pemenang sejati. jangan takut tidak lulus, yang penting kita usaha dan berdoa. Kita tetap bisa berprestasi dan membahagiakan orangtua. Banyak cara untuk mewujudkan hal itu. Bukan hanya dengan lulus UN. Itu saja pesan saya.

Meskipun akhirnya, kita tidak ikut kasak-kusuk begini-begitu. Menunggu hasil. Nilai 5,25 dan 4,25.

Hidup hanya untuk mengejar angka. Dengan segala cara. Itu mungkin hasil yang diinginkan oleh si pembuat kebijakan. Tidakkah ingin Indonesia lebih baik dari hari ini? Jika nurani dan kejujuran tinggal jadi barang rongsokan


By stargreen.multiply.com
 
Back
Top