Wanita yang Beruntung

Bayu_erfastianto

New member
Wanita yang Beruntung

Suasana pagi itu sangat sibuk. Jam menunjukkan pukul 8:30 ketika seorang lelaki tua umur 80-an
masuk untuk meminta agar jahitan di ibu jarinya dilepas. Ia berkata bahwa ia sedang terburu-buru
karena ada janji pukul 9:00. Aku memahami gelagatnya lalu meminta untuk duduk. Aku tahu
pekerjaan ini akan memakan waktu lebih dari satu jam sebelum orang lain bisa menemuinya.

Aku perhatikan ia melihat jamnya lalu memutuskan untuk dilepas jahitannya. Karena saat itu aku
sedang tidak sibuk dengan pasien-pasien lain, maka kuteliti luka di ibu jarinya. Ternyata lukanya telah
sembuh dengan baik, lalu kukatakan kepada salah seorang dokter apa yang hendak kulakukan. Aku
lalu menyiapkan peralatan dan baran-barang yang kuperlukan untuk melepas jahitan dan membalut
lukanya.

Sambil merawat lukanya aku terlibat dalam pembicaraan dengannya. Aku bertanya apakah pagi ini ia
punya janji dengan salah seorang dokter di sini, karena ia tampak begitu terburu-buru. Ia tidak
menjawab, ia harus pergi ke rumah perawatan untuk sarapan bersama istrinya. Aku lalu bertanya
tentang keadaan istrinya. Ia berkata bahwa istrinya menderita Alzheimer dan belum lama dirawat di
tempat itu.

Sambil mengobrol, kuselesaikan balutan di ibu jarinya. Aku bertanya apakah istrinya akan merasa
khawatir bahwa hari ini ia agak terlambat. Ia menjawab bahwa istrinya sudah lima tahun tidak lagi
mengenalinya.

Aku merasa terkejut dan bertanya, "Apakah kau pergi ke sana setiap hari meski istrimu sudah tidak
mengenalmu?”

Ia tersenyum, menepuk tanganku lalu berkata, "Benar ia tidak mengenaliku, tapi aku kan
mengenalinya!"

Aku harus menahan tangis haruku ketika ia pergi. Aku merenung, "Ini adalah jenis cinta yang
kuharapkan dalam hidupku."

Sungguh istrinya adalah wanita yang beruntung. Seharusnya kita memiliki cinta semacam ini. Cinta
sejati tidak bersifat jasmani, dan tidak pula hanya bersifat romantis. Cinta sejati adalah kesediaan
untuk menerima apa adanya, dan kerelaan untuk menerima apa yang telah, apa yang akan, dan apa
yang tidak terjadi.

Sahabat yang baik seperti bintang di langit. Kau tidak dapat selalu melihatnya, namun kau tahu
bahwa mereka ada di luar sana.

[Author Unknown] sstt... kalo repost tolong dimaafin... jgn lupa bintangnya yak..:D
 
Bls: Wanita yang Beruntung

udah pernah liat bay...
tapi.. tetep keren..
and.. gue setuju sama bla_bla_bla gak mau cepet cepet punya istri.. lagi
 
Bls: Wanita yang Beruntung

Wanita yang Beruntung

Suasana pagi itu sangat sibuk. Jam menunjukkan pukul 8:30 ketika seorang lelaki tua umur 80-an
masuk untuk meminta agar jahitan di ibu jarinya dilepas. Ia berkata bahwa ia sedang terburu-buru
karena ada janji pukul 9:00. Aku memahami gelagatnya lalu meminta untuk duduk. Aku tahu
pekerjaan ini akan memakan waktu lebih dari satu jam sebelum orang lain bisa menemuinya.

Aku perhatikan ia melihat jamnya lalu memutuskan untuk dilepas jahitannya. Karena saat itu aku
sedang tidak sibuk dengan pasien-pasien lain, maka kuteliti luka di ibu jarinya. Ternyata lukanya telah
sembuh dengan baik, lalu kukatakan kepada salah seorang dokter apa yang hendak kulakukan. Aku
lalu menyiapkan peralatan dan baran-barang yang kuperlukan untuk melepas jahitan dan membalut
lukanya.

Sambil merawat lukanya aku terlibat dalam pembicaraan dengannya. Aku bertanya apakah pagi ini ia
punya janji dengan salah seorang dokter di sini, karena ia tampak begitu terburu-buru. Ia tidak
menjawab, ia harus pergi ke rumah perawatan untuk sarapan bersama istrinya. Aku lalu bertanya
tentang keadaan istrinya. Ia berkata bahwa istrinya menderita Alzheimer dan belum lama dirawat di
tempat itu.

Sambil mengobrol, kuselesaikan balutan di ibu jarinya. Aku bertanya apakah istrinya akan merasa
khawatir bahwa hari ini ia agak terlambat. Ia menjawab bahwa istrinya sudah lima tahun tidak lagi
mengenalinya.

Aku merasa terkejut dan bertanya, "Apakah kau pergi ke sana setiap hari meski istrimu sudah tidak
mengenalmu?”

Ia tersenyum, menepuk tanganku lalu berkata, "Benar ia tidak mengenaliku, tapi aku kan
mengenalinya!"

Aku harus menahan tangis haruku ketika ia pergi. Aku merenung, "Ini adalah jenis cinta yang
kuharapkan dalam hidupku."

Sungguh istrinya adalah wanita yang beruntung. Seharusnya kita memiliki cinta semacam ini. Cinta
sejati tidak bersifat jasmani, dan tidak pula hanya bersifat romantis. Cinta sejati adalah kesediaan
untuk menerima apa adanya, dan kerelaan untuk menerima apa yang telah, apa yang akan, dan apa
yang tidak terjadi.

Sahabat yang baik seperti bintang di langit. Kau tidak dapat selalu melihatnya, namun kau tahu
bahwa mereka ada di luar sana.

[Author Unknown] sstt... kalo repost tolong dimaafin... jgn lupa bintangnya yak..:D


layak dapat bintang nih =b=
 
Back
Top