kunci rizki bag 1

nurcahyo

New member
Termasuk di antara kunci-kunci rizki adalah berbuat baik kepada orang-orang miskin. Nabi yang mulia Shallallahu ?alaihi wa sallam menjelaskan bahwa para hamba itu ditolong dan diberi rizki disebabkan oleh orang-orang yang lemah di antara mereka. Imam Al-Bukhari meriwayatkan dari Mush?ab bin Sa?d Radhiyallahu ?anhu ia berkata, ?Bahwasanya Sa?d Radhiyallahu ?anhu merasa dirinya memiliki kelebihan daripada orang lain. Maka Rasulullah Shallallahu ?alaihi wa sallam bersabda. ?Bukankah kalian ditolong dan diberi rizki lantaran orang-orang lemah di antara kalian?? Karena itu, siapa yang ingin ditolong Allah dan diberi rizki olehNya maka hendaknya ia memuliakan orang-orang lemah dan berbuat baik kepada mereka.

BERBUAT BAIK KEPADA ORANG-ORANG LEMAH


Oleh
Syaikh Dr Fadhl Ilahi





Termasuk di antara kunci-kunci rizki adalah berbuat baik kepada orang-orang miskin. Nabi yang mulia Shallallahu ?alaihi wa sallam menjelaskan bahwa para hamba itu ditolong dan diberi rizki disebabkan oleh orang-orang yang lemah di antara mereka.

Imam Al-Bukhari meriwayatkan dari Mush?ab bin Sa?d Radhiyallahu ?anhu ia berkata, ?Bahwasanya Sa?d Radhiyallahu ?anhu merasa dirinya memiliki kelebihan daripada orang lain. Maka Rasulullah Shallallahu ?alaihi wa sallam bersabda.

?Artinya : Bukankah kalian ditolong [1] dan diberi rizki lantaran orang-orang lemah di antara kalian?? [Shahihul Bukhari (yang dicetak bersama Umdatul Qari), Kitab Al-Jihad was Siyar, Bab Man Ista?ana Bidh Dhu?afa Wash Shalihin Fil Harbi, no. 108, 14/179]

Karena itu, siapa yang ingin ditolong Allah dan diberi rizki olehNya maka hendaknya ia memuliakan orang-orang lemah dan berbuat baik kepada mereka.

Nabi yang mulia, Shallallahu ?alaihi wa sallam juga menjelaskan bahwa keridhaannya Shallallahu ?alaihi wa sallam dapat diperoleh dengan berbuat baik kepada orang-orang miskin.

Imam Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzi, An-Nasa?I, Ibnu Hibban dan Al-Hakim meriwayatkan dari Abu Darda? Radhiyallahu ?anhu bahwasanya ia berkata, aku mendengar Rasulullah Shallallahu ?alaihi wa sallam bersabda.

?Artinya : Carilah (keridhaan)ku melalui orang-orang lemah di antara kalian. Karena sesungguhnya kalian diberi rizki dan ditolong dengan sebab orang-orang lemah di antara kalian? [2]

Menjelaskan sabda Nabi Shallallahu ?alaihi wa sallam diatas Al-Mulla Ali Al-Qari berkata, ?Carilah keridhaanku dengan berbuat baik kepada orang-orang miskin di antara kalian. [Lihat, Murqatul Mafatih, 9/84]

Dan barangsiapa berusaha mendapatkan keridhaan kekasih Yang Maha Memberi rizki dan Maha Memiliki kekuatan dan keperkasaan, Muhammad Shallallahu ?alaihi wa sallam dengan berbuat baik kepada orang-orang miskin, niscaya Tuhannya akan menolongnya dari para musuh serta akan memberi rizki.


[Disalin dari buku Mafatiihur Rizq fi Dhau?il Kitab was Sunnah, edisi Indonesia Kunci-Kunci Rizki Menurut Al-Qur?an dan As-Sunnah hal 72-74, Penerjemah Ainul Haris Arifin, Lc. Darul Haq]

Termasuk kunci-kunci rizki adalah memberi nafkah kepada orang yang sepenuhnya menuntut ilmu syari?at (agama). Karena sesungguhnya orang-orang yang mempelajari ilmu agama secara sepenuhnya adalah termasuk kelompok yang disinggung dalam firman Allah. ? (Berinfaklah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah, mereka tidak dapat (berusaha) di muka bumi, orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari meminta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui?

MEMBERI NAFKAH KEPADA ORANG YANG SEPENUHNYA MENUNTUT ILMU SYARI?AT [AGAMA]


Oleh
Syaikh Dr Fadhl Ilahi





Termasuk kunci-kunci rizki adalah memberi nafkah kepada orang yang sepenuhnya menuntut ilmu syari?at (agama). Dalil yang menunjukkan hal ini adalah hadits riwayat At-Tirmidzi dan Al-Hakim dari Anas bin Malik Radhiyallahu ?anhu bahwasanya ia berkata.

?Artinya : Dahulu ada dua orang saudara pada masa Rasulullah Shallallahu ?alaihi wa sallam. Salah seorang daripadanya mendatangi Nabi Shallallahu ?alaihi wa sallam [1] dan (saudaranya) yang lain bekerja [2]. Lalu saudaranya yang bekerja itu mengadu [3] kepada Nabi Shallallahu ?alaihi wa sallam, maka Nabi Shallallahu ?alaihi wa sallam bersabda : ?Mudah-mudahan engkau diberi rizki dengan sebab dia? [4]

Dalam hadits yang mulia ini, Nabi yang mulai Shallallahu ?alaihi wa sallam menjelaskan kepada orang yang mengadu kepadanya karena kesibukan saudaranya dalam menuntut ilmu agama, sehingga membiarkannya sendirian mencari penghidupan (bekerja), bahwa semestinya ia tidak mengungkit-ngungkit nafkahnya kepada saudaranya, dengan anggapan bahwa rizki itu datang karena dia bekerja. Padahal ia tidak tahu bahwasanya Allah membukakan pintu rizki untuknya karena sebab nafkah yang ia berikan kepada saudaranya yang menuntut ilmu agama secara sepenuhnya.

Al-Mulla Ali Al-Qari menjelaskan sabda nabi Shallallahu ?alaihi wa salllam.

?Mudah-mudahan engkau diberi rizki dengan sebab dia?

Yang menggunakan shigat majhul (ungkapan kata kerja pasif) itu berkata, ?Yakni, aku berharap atau aku takutkan bahwa engkau sebenarnya diberi rizki karena berkahnya. Dan bukan berarti dia diberi rizki karena pekerjaanmu. Oleh sebab itu jangan engkau mengungkit-ungkit pekerjaanmu kepadanya? [Murqatul Mafatih, 9/171]

Demikianlah, dan sebagian ulama telah menyebutkan [Lihat Tafsir Al-Manar, 3/88] bahwa orang-orang yang mempelajari ilmu agama secara sepenuhnya adalah termasuk kelompok yang disinggung dalam firman Allah.

?Artinya : (Berinfaklah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah, mereka tidak dapat (berusaha) di muka bumi, orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari meminta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui? [Al-Baqarah : 273]

Imam Al-Ghazali berkata :?Ia harus mencari orang yang tepat untuk mendapatkan sedekahnya. Misalnya para ahli ilmu. Sebab hal itu merupakan bantuan baginya untuk (mempelajari) ilmunya. Ilmu adalah jenis ibadah yang paling mulia, jika niatnya benar. Ibnu Al-Mubarak senantiasa mengkhususkan kebaikan (pemberiannya) bagi para ahli ilmu. Ketika dikatakan kepada beliau, ?Mengapa tidak engkau berikan kepada orang secara umum?? Beliau menjawab. ?Sesungguhnya aku tidak mengetahui suatu kedudukan setelah kenabian yang lebih utama daripada kedudukan para ulama. Jika hati para ulama itu sibuk mencari kebutuhan (hidupnya), niscaya ia tidak bisa memberi perhatian sepenuhnya kepada ilmu, serta tidak akan bisa belajar (dengan baik). Karena itu, membuat mereka bisa mempelajari ilmu secara sepenuhnya adalah lebih utama?. [Dinukil dari Tafsir Al-Qasimi, 3/250]


[Disalin dari buku Mafatiihur Rizq fi Dhau?il Kitab was Sunnah, edisi Indonesia Kunci-Kunci Rizki Menurut Al-Qur?an dan As-Sunnah hal 68-71, Penerjemah Ainul Haris Arifin, Lc. Darul Haq]

Al-Alamah Ath-Thaibi berkata : ?Makna ?mudah-mudahan? dalam sabda beliau Shallallahu ?alaihi wa sallam ? mudah-mudahan engkau?, bisa kembali kepada Rasulullah Shallallahu ?alaihi wa sallam, sehingga berfungsi untuk memberikan kepastian (bahwa dia mendapatkan rizki karena berkah saudaranya) dan menegur (bahwa dia mendapatkan rizki bukan karena pekerjaannya). Hal itu sebagaimana disebutkan dalam hadits.

?Artinya : Bukankah kalian diberi rizki karena sebab orang-orang lemah di antara kalian ??

Tetapi bisa pula kembali kepada orang yang diajaknya bicara untuk mengajaknya berfikir dan merenungkan, sehingga ia menjadi sadar? [Murqatul Mafatih, 9/171]

.Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ?anhu, Nabi Shallallahu ?alaihi wa sallam memberitahukan kepadanya,?Allah Tabaraka wa Ta?ala berfirman, ?Wahai anak Adam!? berinfaklah, niscaya Aku berinfak (memberik rizki) kepadamu?. Allahu Akbar ! Betapa besar jaminan orang yang berinfak di jalan Allah ! Betapa mudah dan gampang jalan mendapatkan rizki ! Seorang hamba berinfak di jalan Allah, lalu Dzat Yang DitanganNya kepemilikan segala sesuatu memberikan infak (rizki) kepadanya. Jika seorang hamba berinfak maka Dzat Yang memiliki perbendaharaan langit dan bumi akan memberi infak (rizki) kepadanya sesuai dengan keagungan, kemuliaan dan kekuasanNya.

Syaikh Dr Fadhl Ilahi
Bagian Terakhir dari Dua Tulisan 2/2




Di antara kunci-kunci rizki lain adalah berinfaq di jalan Allah. Pembasahan masalah ini ?dengan memohon taufiq dari Allah- akan saya lakukan melalui du poin berikut :

Kedua : Dalil Syar?i Bahwa Berinfaq Di Jalan Allah Adalah Termasuk Kunci-Kunci Rizki.

[3]. Dalil Lain Adalah Hadits Riwayat Muslim.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ?anhu, Nabi Shallallahu ?alaihi wa sallam memberitahukan kepadanya.

?Artinya : Allah Tabaraka wa Ta?ala berfirman, ?Wahai anak Adam!? berinfaklah, niscaya Aku berinfak (memberik rizki) kepadamu? [Shahih Muslim, Kitab Az-Zakah, Bab Al-Hatstsu ?alan Nafaqah wa Tabsyiril Munfiq bil Khalf, no. 36 (963), 2/690-691]

Allahu Akbar ! Betapa besar jaminan orang yang berinfak di jalan Allah ! Betapa mudah dan gampang jalan mendapatkan rizki ! Seorang hamba berinfak di jalan Allah, lalu Dzat Yang DitanganNya kepemilikan segala sesuatu memberikan infak (rizki) kepadanya. Jika seorang hamba berinfak sesuai dengan kemampuanya maka Dzat Yang memiliki perbendaharaan langit dan bumi serta kerajaan segala sesuatu akan memberi infak (rizki) kepadanya sesuai dengan keagungan, kemuliaan dan kekuasanNya.

Imam An-Nawawi berkata : ?Firman Allah, ?Berinfaklah, niscaya Aku berinfak (memberi rizki) kepadamu? adalah makna dari firman Allah dalam Al-Qur?an.

?Artinya : Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan maka Dialah yang akan menggantinya? [Saba : 39]

Ayat ini mengandung anjuran untuk berinfak dalam berbagai bentuk kebaikan, serta berita gembira bahwa semua itu akan diganti atas karunia Allah Ta?ala. [Syarh An-Nawawi 7/79]

[4]. Dalil Lain Bahwa Berinfak Di Jalan Allah Adalah Diantara Kunci-Kunci Rizki.

Apa yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dari Abu Hurairah radhiyallahu ?anhu bahwasanya Nabi Shallallahu ?alaihi wa sallam bersabda.

?Artinya : Tidaklah para hamba berada di pagi hari kecuali di dalamnya terdapat dua malaikat yang turun. Salah satunya berdo?a, ?Ya Allah, berikanlah kepada orang yang berinfak ganti (dari apa yang ia infakkan)?. Sedang yang lain berkata, ?Ya Allah, berikanlah kepada orang yang menahan (hartanya) kebinasaan (hartanya)? [Shahihul Bukhari, Kitab Az-Zakah, Bab Firman Allah Tentang Do?a : Ya Allah, berikanlah ganti kepada orang yang menginfakkan hartanya? no. 1442, 3/304]

Dalam hadits yang mulia ini, Nabi yang mulia Shallallahu ?alaihi wa sallam mengabarkan bahwa terdapat malaikat yang berdo?a setiap hari kepada orang yang berinfak agar diberikan ganti oleh Allah. Maksudnya ?sebagaimana yang dikatakan oleh Al-Mulla Ali Al-Qari- adalah ganti yang besar. Yakni ganti yang baik, atau ganti di dunia dan ganti di akhirat. Hal itu berdasarkan firman Allah.

?Artinya : Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan maka Dialah yang akan menggantinya. Dan Dia-lah sebaik-baik Pemberi rezki? [Saba : 39] [4]

Dan diketahui secara umum bahwa do?a malaikat adalah dikabulkan (Lihat Umdatul Qari, 8/307), sebab tidaklah mereka mendo?akan bagi seorang melainkan dengan izinNya. Allah berfirman.

?Artinya : Dan mereka tiada memberi syafa?at melainkan kepada orang yang diridhai Allah, dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepadaNya? [Al-Anbiya : 28]

Dalam riwayat lain disebutkan.

?Artinya : Dan aku jadikan sepertiganya untuk orang-orang miskin dan peminta-minta serta ibnu sabil (orang-orang yang dalam perjalanan)? [Op. cit, 4/2288]

Imam An-Nawawi berkata : ?Hadits itu menjelaskan tentang keutamaan bersedekah dan berbuat baik kepada orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan. Juga keutamaan seseorang yang makan dari hasil kerjanya sendiri, termasuk keutamaan memberi nafkah kepada keluarga? [Op. cit. 18/115]


[Disalin dari buku Mafatiihur Rizq fi Dhau?il Kitab was Sunnah, edisi Indonesia Kunci-Kunci Rizki Menurut Al-Qur?an dan As-Sunnah hal 72-74, Penerjemah Ainul Haris Arifin, Lc. Darul Haq]

Dalam riwayat lain disebutkan.

?Artinya : Dan aku jadikan sepertiganya untuk orang-orang miskin dan peminta-minta serta ibnu sabil (orang-orang yang dalam perjalanan)? [Op. cit, 4/2288]

Imam An-Nawawi berkata : ?Hadits itu menjelaskan tentang keutamaan bersedekah dan berbuat baik kepada orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan. Juga keutamaan seseorang yang makan dari hasil kerjanya sendiri, termasuk keutamaan memberi nafkah kepada keluarga? [Op. cit. 18/115]


[Disalin dari buku Mafatiihur Rizq fi Dhau?il Kitab was Sunnah, edisi Indonesia Kunci-Kunci Rizki Menurut Al-Qur?an dan As-Sunnah hal 72-74, Penerjemah Ainul Haris Arifin, Lc. Darul Haq]

Di antara kunci-kunci rizki lain adalah berinfaq di jalan Allah, Firman Allah, "Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rizki yang sebaik-baiknya?. Dalam menafsirkan ayat di atas, Al-Hafizh Ibnu katsir berkata : ?Betapapun sedikit apa yang kamu infakkan dari apa yang diperintahkan Allah kepadamu dan apa yang diperbolehkanNya, niscaya Dia akan menggantinya untukmu di dunia, dan di akhirat engkau akan diberi pahala dan ganjaran, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits. Imam Ar-Razi berkata, ?Firman Allah : ?Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan maka Allah akan menggantinya? adalah realisasi dari sabda Nabi Shallallahu ?alaihi wa sallam : ?Tidaklah para hamba berada di pagi hari ?.?

BERINFAQ DI JALAN ALLAH


Oleh
Syaikh Dr Fadhl Ilahi
Bagian Pertama dari Dua Tulisan 1/2





Di antara kunci-kunci rizki lain adalah berinfaq di jalan Allah. Pembasahan masalah ini ?dengan memohon taufiq dari Allah- akan saya lakukan melalui du poin berikut :

Pertama : Yang Dimaksud Berinfaq
Kedua : Dalil Syar?i Bahwa Berinfaq Di Jalan Allah Adalah Termasuk Kunci-Kunci Rizki.

Pertama : Yang Dimaksud Berinfaq

[1]. Firman Allah.

?Artinya : Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rizki yang sebaik-baiknya? [Saba? : 39]

Dalam menafsirkan ayat di atas, Al-Hafizh Ibnu katsir berkata : ?Betapapun sedikit apa yang kamu infakkan dari apa yang diperintahkan Allah kepadamu dan apa yang diperbolehkanNya, niscaya Dia akan menggantinya untukmu di dunia, dan di akhirat engkau akan diberi pahala dan ganjaran, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits ..? [1]

Imam Ar-Razi berkata, ?Firman Allah : ?Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan maka Allah akan menggantinya? adalah realisasi dari sabda Nabi Shallallahu ?alaihi wa sallam : ?Tidaklah para hamba berada di pagi hari ?.? [Al-Hadits]. Yang demikian itu karena Allah adalah Penguasa, Mahatinggi dan Mahakaya. Maka jika Dia berkata : ?Nafkahkanlah dan Aku yang akan menggantinya?, maka itu sama dengan janji yang pasti Ia tepati. Sebagaimana jika Dia berkata : ?Lemparkalah barangmu ke dalam laut dan Aku menjaminnya?

Di tengah-tengah menafasirkan firman Allah.

?Artinya : Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, niscaya Dia akan menggantinya? [Saba? : 39]

Syaikh Ibnu Asyur berkata : ?Yang dimaksud dengan infaq di sini adalah infaq yang dianjurkan dalam agama. Seperti berinfaq kepada orang-orang fakir dan berinfaq di jalan Allah untuk menolong agama. [Tafsirut Tahrir wa Tanwir, 22/221]

Kedua : Dalil Syar?i Bahwa Berinfaq Di Jalan Allah Adalah Termasuk Kunci Rizki.

Ada beberapa nash dalam Al-Qur?anul karim dan Al-Hadits Asy-Syarif yang menunjukkan bahwa orang yang berinfaq di jalan Allah akan diganti oleh Allah di dunia. Disamping, tentunya apa yang disediakan oleh Allah baginya dari pahala yang besar di akhirat. Di antara dalil-dalil itu adalah sebagai berikut.

Di antara karakter kaum munafikin adalah mengkhianati amanat, sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi Shallallahu ?alaihi wa sallam. "Tanda orang-orang munafik ada tiga; Apabila berbicara ia berdusta, apabila berjanji ia ingkar, dan apabila diberi amanat (dipercaya) ia berkhianat". Seorang muslim tidak boleh menyerupai orang munafik, bahkan harus menjauhi sifat-sifatnya, tetap memelihara amanat dan melaksanakan tugasnya dengan sungguh-sungguh serta memelihara waktu dengan baik sekalipun ada toleransi dari atasannya, dan walaupun tidak diperintahkan oleh atasannya. Hendaknya ia tidak mengabaikan tugas atau menyepelekannya, bahkan sebaliknya, ia bersungguh-sungguh sehingga lebih baik daripada atasannya dalam melaksanakan tugas dan loyalitasnya terhadap amanat, lalu menjadi teladan yang baik bagi karyawan lainnya.

MENYAMPAIKAN KEBAIKAN DAN MELAKSANAKAN AMANAT


Oleh
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz



Pertanyaan:
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Sebagian karyawan dan pekerja tidak memberikan porsi yang cukup pada pekerjaan mereka. Di antara mereka ada yang sudah setahun bahkan lebih, tidak pernah mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran serta sering terlambat bekerja dengan mengatakan, "Saya telah diizinkan oleh atasan, jadi tidak apa-apa." Untuk orang yang semacam itu, apakah ia berdosa selama ia masih tetap begitu? Kami mohon fatwanya. Semoga Allah membalas Syaikh dengan kebaikan.

Jawaban
Pertama, yang disyari'atkan atas setiap muslim dan muslimah adalah menyampaikan apa-apa yang bersumber dari Allah Subhanahu wa Ta?ala tatkala mendengar kebaikan, sebagaimana yang ditunjukkan oleh sabda Rasulullah Shallallahu ?alaihi wa sallam.

"Artinya : Allah mengelokkan wajah seseorang yang mendengar sesuatu dari kami lalu disampaikannya sebagaimana yang ia dengar."[1]

Dalam sabdanya yang lain disebutkan,

"Artinya : Sampaikanlah apa yang berasal dariku ivalaupun hanya satu ayat."[2]

Apabila beliau menasehati dan mengingatkan manusia, beliau selalu berpesan,

"Artinya : Hendaknya yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir. Sebab, banyak yang menyampaikan lebih sadar daripada yang hanya mendengar."[3]

Karena itu, saya wasiatkan kepada anda semua untuk menyampaikan kebaikan yang anda dengar berdasarkan ilmu dan kemantapan. Sebab, setiap yang mendengar suatu ilmu dan menguasainya, hendaknya menyampaikannya kepada keluarganya, saudara-saudaranya dan teman-temannya selama ia melihat adanya kebaikan dengan tetap memelihara kemurnian materinya dan tidak berbicara tentang sesuatu yang tidak dikuasainya, sehingga dengan begitu ia termasuk orang-orang yang saling berwasiat dengan kebenaran dan termasuk orang-orang yang mengajak kepada kebaikan.

Kemudian tentang para karyawan yang tidak melaksanakan tugas mereka atau tidak saling menasehati dalam hal tersebut, anda semua telah mendengar, bahwa di antara karakter keimanan adalah melaksanakan amanat dan memeliharanya, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta?ala

"Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya " [An-Nisa': 58]

Amanat merupakan karakter keimanan yang paling utama, sementara khianat merupakan karakter kemunafikan, hal ini sebagaimana dinyatakan Allah saat menyebutkan sifat-sifat kaum mukminin,

"Artinya : Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya." [Al-Mu'minun: 8, Al-Ma'arij: 32]

Kemudian dalam ayat lainnya disebutkan,

"Artinya : Hai orang-orang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan juga janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui." [Al-Anfal : 27]

Karena itu, seorang karyawan wajib melaksanakan amanat dengan jujur dan ikhlas serta memelihara waktu dengan baik sehingga terbebas dari beban tanggung jawab, dan dengan begitu pencahariannya menjadi baik dan diridhai Allah. Di samping itu, berarti ia loyal terhadap negaranya dalam hal ini, atau terhadap perusahaan atau lembaga tempatnya bekerja. Itulah yang wajib atas seorang karyawan, yaitu hendaknya ia bertakwa kepada Allah dan melaksanakan amanat dengan sungguh-sungguh dan loyal, yang dengan begitu ia mengharapkan pahala dari Allah dan takut terhadap siksaNya. Hal ini sebagai pengamalan firman Allah Subhanahu wa Ta?ala

"Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yangberhak menerimanya." [An-Nisa' : 58]

Di antara karakter kaum munafikin adalah mengkhianati amanat, sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi Shallallahu ?alaihi wa sallam.

"Artinya : Tanda orang-orang munafik ada tiga; Apabila berbicara ia berdusta, apabila berjanji ia ingkar, dan apabila diberi amanat (dipercaya) ia berkhianat."[4]

Seorang muslim tidak boleh menyerupai orang munafik, bahkan harus menjauhi sifat-sifatnya, tetap memelihara amanat dan melaksanakan tugasnya dengan sungguh-sungguh serta memelihara waktu dengan baik sekalipun ada toleransi dari atasannya, dan walaupun tidak diperintahkan oleh atasannya. Hendaknya ia tidak mengabaikan tugas atau menyepelekannya, bahkan sebaliknya, ia bersungguh-sungguh sehingga lebih baik daripada atasannya dalam melaksanakan tugas dan loyalitasnya terhadap amanat, lalu menjadi teladan yang baik bagi karyawan lainnya.

[Majalah Al-Buhuts At-lslamiyyah, edisi 31, hal. 115-116, Syaikh Ibnu Baz]

[Disalin dari buku Al-Fatawa Asy-Syar?iyyah Fi Al-Masa?il Al-Ashriyyah Min Fatawa Ulama Al-Balad Al-Haram, edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini-2, Penyusun Khalid Al-Juraisiy, Penerbit Darul Haq]
 
Back
Top