Hana, Penina & Alkana..

alanlejac

New member
Apakah semua wanita yang dipilih Allah di dalam Alkitab adalah wanita tanpa masalah ? Tidak juga ! Salah satunya adalah Hana, ibu dari imam Samuel, istri dari Elkana, yang menjadi korban poligami, dimana Elkana mempunyai istri yang lain, yaitu Penina. Meskipun Elkana sangat mencintai Hana, tetapi karena tidak memiliki anak kemudian dia menikahi wanita lain yang kemudian dapat memberikan keturunan kepadanya [ I Samuel 1:2 ].

Kisah Hana, Penina dan Elkana merupakan gambaran bagaimana peliknya suatu poligami ! Kisah mereka kalau dibuat sinetron di jaman sekarang mungkin bisa dibuat menjadi sinetron “Striping” yang tayang setiap hari.

Apa yang dikisahkan dalam kitab Samuel pasal 1 adalah jelas bagaimana penderitaan Hana karena Penina yang sering menyakiti hatinya serta membuatnya gusar karena tidak memiliki keturunan, ditambah sifat Penina yang pencemburu, perlakuan seperti itu berlangsung dari tahun ke tahun.

Penina, disatu pihak merasa bahwa Elkana, suaminya ternyata lebih mencintai dan mengasihi Hana, dan dia merasa bahwa seharusnya Elkana lebih mencintai dia, karena dia telah memberikan keturunan kepada Elkana dibandingkan Hana. Perasaan iri hati ini yang kemudian membuat Penina bersikap pencemburu dan menyakiti hati Hana, serta berusaha mendapatkan apa yang dimiliki oleh Elkana. Di dalam hati, Penina tahu bahwa dia tidak akan bisa menggantikan kedudukan Hana di hati suaminya.

Elkana, dilain pihak adalah seorang suami yang berusaha bersikap adil kepada kedua orang istrinya. Satu hal yang patut kita hargai dari sikap Elkana demi mendapatkan keturunan, yang merupakan sangat penting bagi seorang pria dalam kebudayaan bangsa Israel, dari pada berhubungan diam-diam dengan Penina, Elkana lebih suka berterus terang kepada Hana dan membawa Penina pulang sebagai Istri kedua. Dan Elkana sudah berusaha bersikap adil kepada kedua istrinya dan juga anak-anaknya dari Penina, seperti yang ditulis dalam I Samuel 1:4-5.

Sebagai suami, Elkana pasti mengetahui apa yang dirasakan oleh kedua orang istrinya, demikian juga atas perlakuan Penina kepada Hana, tetapi di pihak lain dia tidak bisa memperbaiki situasi yang telah terjadi, terutama terhadapa Hana, walaupun telah berusaha menghiburnya seperti yang dicatat dalam ayat ke 8.

Dari kisah diatas, adalah jelas bahwa Allah yang kita kenal dalam Alkitab dari awal telah menentang dengan apa yang disebut poligami, seperti yang dicatat dalam kitab Kejadian 2:24, dimana sejak awal sekali sikap Tuhan tentang pernikahan adalah jelas, seorang lelaki dan seorang perempuan saja !

Lalu, tindakan apa yang diambil oleh Hana atas situasi yang dihadapi dalam rumah tangganya ? Apakah menuntut cerai ? Dalam tradisi yahudi jaman dahulu, dimana supremasi wanita dibawah pria, hal menuntut cerai dari istri adalah bukan sesuatu yang lazim ! Hanya satu yang dilakukan Hana, mencurahkan isi hatinya kepada Tuhan !

Dalam salah satu kunjungan tahunan ke tabernakel, Hana berdoa kepada Tuhan dengan hati yang tersedu-sedu dan hati yang hancur, dimana kemungkinan dia berdoa sambil menangis tersedu-sedu atau kelihatan seperti komat-kamit layaknya orang mabukdan dilihat oleh imam Eli ! Dalam doanya Hana bernazar bawa apabila Tuhan memgabulkan doanya akan seorang anak, maka dia akan menyerahkan anak tersebut menjadi imam melayani Allah di kemah suci.

Setahun kemudian Tuhan menjawab doa Hana dengan membuatnya mengandung dan melahirkan Samuel. Sesuai janjinya kepada Tuhan, maka setelah masa menyusui, Hana membawa Samuel kepada iman Eli untuk dididik menjadi imam. Selanjutnya dalam I Samuel 2:21, dikatakan bahwa Tuhan mengindahkan Hana, sehingga dia mengandung dan melahirkan lagi tiga anak laki-laki dan dua anak perempuan, setelah Samuel.

Seandainya saja, Elkana tidak mengambil Penina menjadi istri keduanya untuk memperoleh keturunan, dan menunggu waktu Tuhan yang tepat yang memang telah disediakan bagi mereka dalam memperoleh keturunan, mungkin konflik rumah tangga seperti kisah sinetron di televisi sekarang, tidak terjadi.

Dari kisah Hana, Penina dan Elkana, hikmah apakah yang bisa kita petik dalam situasi dan kondisi di zaman modern ini dalam mempertahankan keutuhan rumah tangga ?

Adalah jelas, bahwa masalah – masalah di dalam rumah tangga di jaman sekarang ini tidaklah sesederhana seperti kisah Hana dan Elkana dalam hal keturunan. Konflik rumah tangga zaman sekarang lebih kompleks dan rumit, mungkin masalah finansial yang tak kunjung selesai, karir istri yang mungkin lebih baik dari suami, istri atau suami yang menjadi otoriter dan mengekang kebebasan pribadi, salah satu pasangan diketahui memiliki selingkuhan atau istri simpanan yang kadang-kadang telah memiliki anak.

Banyak cara-cara dunia yang ditawarkan untuk menyelesaikan konflik rumah tangga, entah datang ke konsultan pernikahan, psikolog, rohaniwan, entah pendeta atau pastor untuk menyelesaikan masalah yang ada, agar tidak terjadi perceraian, melakukan bulan madu kedua, dsbnya. ! Semua cara-cara yang dianjurkan dunia dan ilmu pengetahuan mungkin baik dan bisa memberikan solusi atas permasalahan yang ada, tetapi solusi atau jawaban atas penyelesaian masalah yang ada terletak pada pasangan suami istri tersebut sendiri dan juga, ini yang penting tetapi sering dilupakan atau diremehkan oleh kita, tuntunan dan jawaban Tuhan !

Sikap Hana, yang menyerahkan semua permasalah dan sakit hatinya kepada Tuhan adalah sikap yang patut dicontoh. Dalam kondisi zaman sekarang dimana hak-hak wanita adalah sama dengan pria, mungkin kata “penyerahan diri” , “tunduk” dan “ mengalah” merupakan kata-kata yang menghina bagi seorang wanita di zaman sekarang ! Demikian juga terlebih lagi dengan seorang pria, tiga kata tersebut merupakan sesuatu yang merampas dan merobek harga diri kita sebagai pria sejati !

Justru ketiga kata tersebut yang dinginkan Tuhan dari pasangan suami istri yang sedang mengalami konflik dan rumah tangganya berada di ambang kehancuran. Dengan penyerahan diri kepada kuasa Tuhan, tunduk untuk menerima dan menjalani penderitaan yang sedang dialami seperti : rasa sakit hati, ditinggalkan seorang diri, kekurangan finansial dalam memenuhi kebutuhan hidup, pada akhirnya akan membawa diri kita masing-masing untuk mengambil sikap mengalah, dimana dengan sikap mengalah ini, kita merendahkan hati dan diri kita, membuang ego diri, dihadapan Tuhan yang Maha Kuasa !

Dengan tiga sikap tersebut, percaaya dan yakin bahwa Tuhan akan memberikan jawaban dan penyelesaian atas konflik rumah tangga yang sedang terjadi, sehingga pada akhirnya masing-masing pasangan akan bisa kembali menjalin komunikasi yang selama ini terputus atau sulit dilakukan dengan pasangan, sehingga dengan terjalinnya kembali komunikasi yang telah terputus selama ini, maka perbedaan, silang pendapat dan kesalah pahaman dapat ditemukan titik temunya. Pada akhirnya, masing-masing pasangan akan bersedia mengeluarkan kata-kata “ memaafkan” kepada pasangannya atas kesalahan yang telah terjadi ! Ini adalah peristiwa yang paling di tunggu-tunggu oleh Tuhan sendiri dari pasangan suami istri di zaman sekarang yang kondisi rumah tangganya berada di ambang kehancuran ! Karena, Tuhan sangat membenci perceraian dan berusaha agar perceraian tidak terjadi di antara keluarga-keluarga kristen di zaman sekarang ini.

Percayalah, bagi anda entah istri atau suami, penyerahan diri, tunduk dan mengalah apabila diserahkan di bawah kaki Tuhan dengan hati yang hancur, tidak akam membuat anda terlihat menjadi rendah atau tidak dihargai di mata pasangan anda, karena dibalik itu kuasa Tuhan akan menyinari diri anda, sehingga dalam kelemahan anda akan terpancar kuasa kekuatan dari Tuhan, dalam kekalahan anda akan terbit kuasa kemenangan dari Tuhan !

Percayalah, tidak ada yang mustahil bagi Tuhan kita Yesus Kristus, dan ingatlah bahwa iblis akan senang kalau rumah tangga anda hancur dan berantakan, oleh karena bagi anda yang sedang memiliki masalah dalam rumah tangga, jangan pernah mengambil keputusan untuk bercerai ! Menanti dengan sabar jawaban dari Tuhan adalah pilihan yang paling bijaksana, walaupun kelihatan bodoh atau bego bagi orang lain atau dunia !

Semoga tulisan ini bermanfaat !
 
Back
Top