Ukhti, Bagaimana Agar Amalmu Diterima-Nya?

T-Rex

New member
Ukhti muslimah,....ketahuilah bahwa Allah hanya akan menerima amal shaleh dari hamba-Nya apabila mengikuti 2 syarat yaitu ikhlas (bersih dari kesyirikan) dan mutaba'ah (mengikuti tuntunan Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam).Akan anda dapati lebih dalam lagi penjelasannya pada kajian aqidah kali ini, yaitu mengambil 2 ayat dari surat Al-mulk ayat 1 dan 2.Didalamnya menjelaskan keutamaan surat Al-Mulk dan bagaimana amal yang benar disisi Allah. Mudah-mudahan kita semua dapat mengambil manfaatnya dan diberikan kekuatan oleh Allah Azza Wajalla untuk mengamalkannya.Kita simak ayatnya beserta tafsirnya:

?Maha suci Allah Yang diTangan-Nya segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu(1)Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (2)?

Tafsirnya:

Imam Ahmad meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah radhiyallahu ?anhu bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda:

?Dalam Al-Qur?an itu ada sebuah surat yang terdiri atas tiga puluh ayat, yang akan memberikan syafaat kepada pembacanya sehingga dia akan diampuni. Itulah Tabaarakalladzi biyadihil-mulk?

(Hadits hasan, diriwayatkan pula oleh penyusun kitab sunan yang empat) [1]

Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Jabir radhiyallahu?anhu :

?Rasulullah shalallahu alaihi wassalam tidak tidur sebelum membaca Alif laam mim Tanzil (surat As-Sajadah) dan Tabaarakalladzi biyadihil-mulk (surat Al-Mulk) ?

(HR. Tirmidzi, hadits Shahih, lihat Shahihul Jami? 4/255) [2]

Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu dia menceritakan :

?Salah seorang sahabat pernah memukulkan kantong airnya pada sebuah kuburan,sedang dia tidak mengira bahwa itu adalah kuburan, dan tiba-tiba seseorang membaca surat Al-Mulk sampai akhir surat kemudian aku mendatangi Nabi dan aku ceritakan ?Wahai Rasulullah aku telah memukulkan kantong airku pada sebuah kuburan dan aku tidak mengira bahwa itu adalah kuburan, tiba-tiba ada seseorang membaca surat Al-Mulk sampai selesai. Maka beliaupun berkata :Ia (surat Al-Mulk) adalah pencegah dan penyelamat yang akan menyelamatkannya dari adzab kubur ?

(HR.Tirmidzi, Imam Tirmidzi berkata bahwa hadits ini adalah hasan gharib) [3]

Tabaarak secara lughah (bahasa) berarti Maha Suci [4]

Dan yang dimaksud dengan ? Tangan(biyaadihi) ? dalam ayat ini adalah sifat Allah, bukan nikmat dan kodrat-Nya (sebagaimana yang ditafsirkan oleh sebagaian kaum muslimin). Dia adalah benar-benar tangan-Nya secara hakiki, tanpa mempertanyakan bagaimana bentuknya. Tangan-Nya yang tidak serupa dengan semua ciptaan-Nya yang mengelola kerajaan-Nya sesuai dengan yang Dia kehendaki.

Allah Ta?ala memuliakan diri-Nya sendiri dan memberitahukan bahwa kerajaan itu terletak diTangan-Nya. Dialah Yang Mengatur semua makhluk-Nya sesuai dengan yang Dia kehendaki. Tidak ada yang dapat menolak ketetapan-Nya. Dan, Dia tidak akan ditanya tentang perbuatan-Nya, karena Dia adalah Maha Kuasa, Maha Bijaksana, dan Maha Adil. Itulah sebabnya Allah Ta?ala berfirman(wahuwa?alaa kulli syai?in qadir) Dan Dia Maha Kuasa atas Segala sesuatu.

Kemudian Allah Ta?alaa berfirman?Yang Menjadikan mati dan hidup? maksudnya adalah sesungguhnya Dialah yang telah mewujudkan semua makhluk dari yang asalnya tidak ada , dengan tujuan menguji mereka siapakah diantara mereka yang paling bagus amalnya. Hal ini sebagaimana firman-Nya:

Bagaimana mungkin kamu kafir kepada Allah, sedangkan kamu sebelumnya adalah mati, kemudian Dia menghidupkan kamu ?(Al-Baqarah:28) Allah mengistilahkan keadaan pertama, yaitu tidak ada dengan kematian. Dan mengistilahkan ?kejadian? ini dengan kehidupan. Itulah sebabnya Allah Ta?ala berfirman:

?Kemudian Allah mematikan kamu kemudian menghidupkan kamu,kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan ? (2:28)

Dan, firman Allah Ta?aala:?Supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya?

Dalam ayat ini Allah tidak mengatakan yang paling banyak amalnya namun yang paling baik amalannya

Bila dilihat arti kata (ahsanu amala) menurut penafsiran ulama tafsir adalah;

Yang paling benar amalnya (sesuai dengan Syariat-Nya), paling ikhlas (bersih dari kesyirikan, tauhidnya benar, dan paling cepat dalam bersegera menuju kepada ketaatan-Nya .[5]

Berkenaan dengan ayat ini ulama tafsir seperti Imam at-Tabari, al-Qurtubi dan Ibnu Katsir memberikan perhatian penting tentang arti ayat tersebut (ahsanu amala) dengan mengatakan bahwa Syarat diterimanya amal oleh Allah swt ada dua:

1. Amal tersebut dikerjakan haruslah ikhlas kepada Allah Ta?ala (bersih dari kesyirikan)

2. Amal tersebut mutaba?ah (sesuai dengan apa yang dikerjakan oleh rasulullah shalallahu alaihi wassalam)[6]

Dan seseorang yang ingin beramal tidak akan dapat memenuhi kedua syarat tersebut kecuali dengan ilmu.karena itulah Imam Bukhari menempatkan kedudukan ilmu dalam kitabnya {Shahih Bukhari} sebelum berkata dan beramal (Babul ilmu qabla qauli wa amal yaitu bab mengetahui atau mengilmui dahulu sebelum berkata dan beramal) ?bab Ilmu sebelum ucapan dan perbuatan? dalilnya adalah firman Allah Ta?ala :

?Ketahuilah bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) kecuali Allah dan mohon ampun atas dosamu? (Muhammad :19) makna ?ketahuilah? disini yaitu tahu dengan ilmu.Beliau berdalil dengan ayat ini untuk menunjukkan wajibnya mempunyai ilmu pengetahuan sebelum ucapan dan perbuatan(amal). Ini dalil yang tepat yang menunjukkan bahwa manusia hendaknya mengetahui dahulu, baru kemudian mengamalkannya. Ada juga dalil aqli (akal) yang menunjukkan hal serupa, yaitu bahwasanya amal dan ucapan tidak akan benar dan diterima sehingga sesuai dengan syariat. Seseorang tidak akan tahu apakah amalnya sesuai dengan syariat atau tidak kecuali dengan ilmu. [7]

Karena itulah apakah mungkin kita beribadah kepada Allah yang menjadi kewajiban kita tanpa mengetahui ilmunya terlebih dahulu?!. Sebagian ulama berkata:

?dan setiap orang yang beramal tanpa ilmu maka amalan-amalan yang telah dikerjakan olehnya ditolak, tidak dapat diterima? (lihat dalam kitab-kitab mereka dalam kitab tauhid Syahadatur rasul)[8]

Dengan demikian mengikuti syariat Nabi muhammad merupakan syarat diterimanya amal, dan perlu diketahui bahwa mutaba?ah (mengikuti Nabi Shalallahu alahi wassalam) tidak akan tercapai kecuali apabila amal yang dikerjakan sesuai dengan syariat dalam 6 perkara yaitu:

1.Sebab

Jika seseorang melakukan suatu ibadah kepada Allah dengan seba yang tidak disyariatkan, maka ibadah tersebut adalah bid?ah dan tidak diterima (ditolak). Contoh: Ada orang yang melakukan shalat tahajud pada malam 27 bulan Rajab, dengan dalih bahwa malam itu adalah malam Mi?raj Rasulullah (dinaikkan keatas langit). Shalat tahajud adalah ibadah, tetapi karena dikaitkan dengan sebab tersebut menjadi bid?ah. Karena ibadah tadi didasarkan atas sebab yang tidak ditetapkan dalam syariat. Syarat ini, yaitu: ibadah harus sesuai dengan syariat, sebab adalah penting, karena dengan demikian dapat diketahui beberapa macam amal yang dianggap termasuk sunnah, namun sebenarnya adalah bid?ah.

2.Jenis

Artinya: ibadah harus sesuai dengan syariat dalam jenisnya. Jika tidak maka tidak diterima. Contoh; seseorang yang menyembelih kuda untuk kurban adalah tidak syah, karena menyalahi ketentuan syariat dalam jenisnya. Yang boleh dijadikan kurban yaitu unta, sapi, dan kambing.

3. Kadar (bilangan)

Kalau ada seseorang yang menambah bilangan raka?at suatu shalat, yang menurutnya hal itu diperintahkan, maka shalat tersebut adalah bid?ah dan tidak diterima karena tidak sesuai dengan ketentuan syariat dalam jumlah bilangan raka?atnya. Jadi apabila ada seseorang shalat zuhur 5 raka?at, umpamanya maka shalatnya tidak sah.

4. Kaifiyat (cara)

Seandainya ada seseorang yang berwudhu dengan cara membasuh tangan, lalu muka, maka tidak sah wudhunya karena tidak sesuai dengan cara yang ditentukan syariat.

5. Waktu

Apabila ada seseorang yang menyembelih binatang kurban pada hari pertama bulan dzulhijjah, maka tidak sah, karena waktu melaksanakannya tidak menurut syariat/ajaran islam.Saya (syaikh shalih Utsaimin) pernah mendengar bahwa ada orang yang menekatkan diri (takarub) kepada Allah pada bulan Ramadhan dengan menyembelih kambing. Amal seperti ini adalah bid?ah. Karena tidak ada sembelihan yang ditujukan untuk bertakarub kepada Allah kecuali sebagai kurban, denda haji, akikah. Adapun menyembelih pada bulan Ramadhan dengan keyakinan mendapat pahala atas sembelihan tersebut sebagaimana idhul adha adalah bid?ah. Kalau menyembelih hanya untuk makan dagingnya , boleh saja.

6. Tempat

Andaikata ada orang yang beri?tikaf ditempat selain masjid, maka I?tikafnya tidak sah. Sebab tempat I?tikaf hanyalah di masjid. Begitupula, seandainya ada wanita yang hendak I?tikaf didalam mushalla dirumahnya, maka tidak sha I?tikafnya. Karena tempat melakukannya tidak sesuai dengan ketentuan syariat. Contoh lainnya: Ada seseorang yang melakukan thawaf diluar masjidil haram dengan lasan karena tempat melakukan thawaf telah penuh sesak, thawafnya tidak sah, karena tempat melakukan thawaf adalah dalam baitullah sebagaimana firman-Nya:

?Dan sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang-orang yang thawaf?Al-baqarah :125[9]

Kesimpulan dari pembahasan ini adalah bahwa Allah tidaklah melihat banyaknya amal yang dilakukan hamba-hamba-Nya akan tetapi Allah melihat kepada hamba-hamba-Nya yang mengerjakan amal yang paling baik/bagus. Dan amal yang paling baik itu tidak akan diterima oleh Allah subhanahu wata?ala bila tidak ikhlas (bersih dari kesyirikan dan penyakit-penyakitnya) dan tidak muta?abah (mengikuti ajaran rasul-Nya) dan mutaba?ah tidak akan tercapai kecuali dengan enam perkara tadi. Semoga Allah senantiasa membimbing kita untuk terus istiqomah dalam menuntut ilmu-Nya . Wallahu?alam bishawab.



Footnote dan sumber:

1. Fiqh Wanita, Bab: Fadhilah Al-Qur?an,Syaikh Kamil Uwaidah,hal :649, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta.

2. Kumpulan Do?a-Do?a dalam Al-Qur?an dan Hadits, Said bin Ali Al-Qahthani, hal: 115

3. Fiqh Wanita, Bab: Fadhilah Al-Qur?an, Syaikh Kamil Uwaidah,hal:649

4. Kamus Bahasa Arab-Indonesia, Prf.Dr.H.Mahmud Yunus,Hidakarya Agung,Jakarta.

5. Kalimatul Qur?an Tafsir Wa Bayan, hal:344,Hasan Muhammad Mahbub, Muasasatu tsaqafiyah,Qahirah

6. Tafsirul maanil Qur?an billughatil Injliziyah miqbas min tafsir Tabari, Qurtubi,wa Ibnu Katsir, jilid:8 hal : 378, Royal, India

7. Penjelasan Kitab Tiga Landasan Utama, Syaikh Utsaimin, hal:34-36,Darul Haq,Jakarta

8. Pedoman Hidup Seorang Muslim,Ibrahim Al-Khuraisy, hal:60,Pustaka Azzam, Jakarta

9. Kesempurnaan islam dan Bahaya Bid?ah, Syakh Utsaimin, hal:33-35,Darul Khair, Jeddah
 
Back
Top