Makna dan Urgensi Akidah Sebagai Landasan Agama

T-Rex

New member
Kata aqidah mungkin sudah begitu sering kita dengar. Tapi, barangkali banyak dari kita yang belum mengetahui makna dan kandungannya. Padahal, aqidah merupakan pondasi penting yang mestinya kita ketahui sebagai seorang muslim. Pada kesempatan kali ini Insya Allah kita akan membahas tentang makna aqidah dan urgensinya sebagai landasan agama, yang diambil dari Kitab Tauhid 1 karya Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al Fauzan. Selamat menyimak.
Aqidah Secara Etimologi

Aqidah berasal dari kata ?aqd yang berarti pengikatan. ?i'taqodtu kadza? artinya ?Saya beri?tiqad begini?. Maksudnya, saya mengikat hati terhadap hal tersebut. Aqidah adalah apa yang diyakini oleh seseorang. Jika dikatakan, ?Dia mempunyai aqidah yang benar,? berarti aqidahnya bebas dari keraguan. Aqidah merupakan perbuatan hati, yaitu kepercayaan hati dan pembenarannya kepada sesuatu.

Aqidah Secara Syara?

Yaitu iman kepada Allah, para malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya dan kepada Hari Akhir serta kepada qadar yang baik maupun yang buruk. Hal ini disebut juga sebagai rukun iman.

Syari?at terbagi menjadi dua: i?tiqadiyah dan amaliyah

I?tiqadiyah adalah hal-hal yang tidak berhubungan dengan tata cara amal. Seperti i?tiqad (kepercayaan) terhadap rububiyah Allah dan kewajiban beribadah kepada-Nya, juga ber-i?tiqad terhadap rukun-rukun iman yang lain. Hal ini disebut ashliyah (pokok agama).

Sedangkan amaliyah adalah segala apa yang berhubungan dengan tatacara amal. Seperti shalat, zakat, puasa dan seluruh hukum-hukum amaliyah. Bagian ini disebut far?iyah (cabang agama), karena ia dibangun di atas i?tiqadiyah. Benar dan rusaknya amaliyah tergantung dari benar dan rusaknya i?tiqadiyah.

Maka aqidah yang benar adalah fundamen bagi bangunan agama serta merupakan syarat sahnya amal. Sebagaimana firman Allah:

?Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah memeprsekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya? (al Kahfi:110)

?Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: ?Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.? (Az Zumar: 65)

?Maka sembahlah Allah dengan memurnikah keta?atan kepadaNya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allahlah agama yang bersih (dari syirik).? (Az Zumar:2-3)

Ayat-ayat diatas dan yang senada, yang jumlahnya banyak, menunjukkan bahwa segala amal tidak diterima jika tidak bersih dari syirik. Karena itulah perhatian Nabi shalallahu alaihi wa salam yang pertama kali adalah pelurusan aqidah. Dan hal pertama yang didakwahkan para rasul kepada umatnya adalah menyembah Allah semata dan meninggalkan segala yang dituhankan selain Dia. Sebagaimana firman Allah ta?ala:

?Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): ?Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu?, ?? (An Nahl: 36)

Dan setiap rasul selalu mengucapkan pada awal dakwahnya:

?Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada tuhan bagimu selainNya.? (al A?raf: 59, 65, 73,85)

Pernyataan tersebut diucapkan oleh Nabi Nuh, Hud, Shalih, Syu?aib dan seluruh rasul ?alaihis salam. Selama 13 tahun di Makkah - sesudah bi?tsah - Nabi shalalllahu ?alaihi wa salam mengajak manusia kepada tauhid dan pelurusan aqidah, karena hal itu merupakan landasan bangunan Islam. Para da?i dan para pelurus agama dalam setiap masa telah mengikuti jejak para rasul dalam berdakwah. Sehingga mereka memulai dengan dakwah kepada tauhid dan pelurusan aqidah, setelah itu mereka mengajak kepada seluruh perintah agama yang lain.
 
Back
Top