Menguak Tabir Malam Seribu Bulan Bersama Syaikh Salim Alhilaly&Syaikh Ali Hasan

T-Rex

New member
Written by Naning Ariyanto
Friday, 28 October 2005

Keutamaan malam ini sangat besar. Kedatangannya, kemunculannya, dan rahmat Allah yang mengiringinya, sangat dirindu-rindukan dan dinanti-nantikan kaum yang beriman. Karena malam ini lah malam kesaksian turunnya Al-Qur'an Al-Karim, yang membimbing orang-orang yang berpegang dengannya ke jalan kemuliaan dan mengangkatnya ke derajat yang mulia dan abadi. Umat Islam yang mengikuti sunnah Rasulnya tidak perlu memasang tanda-tanda tertentu dan tidak pula menancapkan anak-anak panah untuk memperingati malam ini, akan tetapi mereka akan berlomba-lomba untuk bangun di malam harinya dengan penuh iman dan mengharap pahala dari Allah.

Inilah wahai saudaraku muslim, ayat-ayat Qur'aniyah dan hadits-hadits nabawiyah yang shahih menjelaskan tentang kemuliaan malam yang kita nanti-nantikan tersebut.



Keutamaan Malam Seribu Bulan

Cukuplah untuk mengetahui tingginya kedudukan Lailatul Qadar dengan mengetahui bahwasannya malam itu lebih baik dari seribu bulan, Allah berfirman dalam kitab-Nya:

"Artinya: Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Qur'an pada malam Lailatul Qadar, tahukah engkau apakah malam Lailatul Qadar itu? Malam Lailatul Qadar itu lebih baik dari seribu bulan, pada malam itu turunlah melaikat-malaikat dan Jibril dengan izin Allah, Tuhan mereka (untuk membawa) segala urusan, selamatlah malam itu hingga terbit fajar" [Al-Qadar: 1-5]

Dan pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.

"Artinya: Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui" [Ad-Dukhan: 3-6]



Waktu Terjadinya Malam Lailatul Qadar



Diriwayatkan dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa malam tersebut terjadi pada malam tanggal 21,23,25,27,29 dan akhir malam bulan Ramadhan. Walaupun pendapat para ulama dalam hal ini berbeda-beda, Imam Al-Iraqi dalam kitabnya yang berjudul ?Syarh Shadr Bidzikri Lailatul Qadar,? memerinci perkataan para ulama dalam masalah ini, sebagai berikut:



Imam Syafi'i berkata: "Menurut pemahamanku, Wallahu 'alam, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab sesuai yang ditanyakan, ketika ditanyakan kepada beliau: "Apakah kami mencarinya di malam ini?", beliau menjawab: "Carilah di malam tersebut" [Sebagaimana dinukil Al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah 6/386]



Pendapat yang paling kuat, terjadinya malam Lailatul Qadar itu pada malam terakhir bulan Ramadhan berdasarkan hadits Aisyah Radhiyallahu 'anha, dia berkata Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam beri'tikaf di sepuluh hari terkahir bulan Ramadhan dan beliau bersabda:

"Artinya: Carilah malam Lailatul Qadar di (malam ganjil) pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan" [Hadits Riwayat Bukhari 4/225 dan Muslim 1169]

Jika seseorang merasa lemah atau tidak mampu, janganlah sampai terluput dari tujuh hari terakhir, karena riwayat dari Ibnu Umar, (dia berkata): ?Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

"Artinya: Carilah di sepuluh hari terakhir, jika tidak mampu maka jangan sampai terluput tujuh hari sisanya" [Hadits Riwayat Bukhari 4/221 dan Muslim 1165]

Ini menafsirkan sabdanya.

"Artinya: Aku melihat mimpi kalian telah terjadi, barangsiapa yang mencarinya carilah pada tujuh hari terakhir"

Telah diketahui dalam sunnah, pemberitahuan ini ada karena perdebatan para sahabat. Dari Ubadah bin Shamit Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ke luar pada malam Lailatul Qadar, ada dua orang sahabat berdebat, beliau bersabda:

"Artinya: Aku keluar untuk mengkhabarkan kepada kalian tentang malam Lailatul Qadar, tapi ada dua orang berdebat hingga tidak bisa lagi diketahui kapannya; mungkin ini lebih baik bagi kalian, carilah di malam 29. 27. 25 (dan dalam riwayat lain: tujuh, sembilan dan lima)" [Hadits Riwayat Bukhari 4/232]

Telah banyak hadits yang mengisyaratkan bahwa malam Lailatul Qadar itu pada sepuluh hari terakhir, yang lainnya menegaskan, di malam ganjil sepuluh hari terakhir. Hadits yang pertama sifatnya umum sedang hadits kedua adalah khusus, maka riwayat yang khusus lebih diutamakan dari pada yang umum, dan telah banyak hadits yang lebih menerangkan bahwa malam Lailatul Qadar itu ada pada tujuh hari terakhir bulan Ramadhan, tetapi ini dibatasi kalau tidak mampu dan lemah, tidak ada masalah, dengan ini cocoklah hadits-hadits tersebut tidak saling bertentangan, bahkan bersatu tidak terpisah.



Kesimpulannya:

Jika seorang muslim mencari malam lailatul Qadar carilah pada malam ganjil sepuluh hari terakhir, yaitu: 21, 23,25,27 dan 29. Kalau lemah dan tidak mampu mencari pada sepuluh hari terakhir, maka carilah pada malam ganjil tujuh hari terakhir yaitu 25,27 dan 29. Wallahu ta?alaa a?lam bi shawwab.





Bagaimana Mencari Malam Lailatul Qadar?



Sesungguhnya malam yang diberkahi ini, barangsiapa yang diharamkan untuk mendapatkannya, maka sungguh telah diharamkan seluruh kebaikan (baginya). Dan tidaklah diharamkan kebaikan itu, melainkan (bagi) orang yang diharamkan (untuk mendapatkannya). Oleh karena itu dianjurkan bagi muslimin agar bersemangat dalam berbuat ketaatan kepada Allah untuk menghidupkan malam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala-Nya yang besar, jika telah berbuat demikian, maka akan diampuni Allah dosa-dosanya yang telah lalu.



Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Artinya: Barang siapa berdiri (shalat) pada malam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu" [Hadits Riwayat Bukhari 4/217 dan Muslim 759]

Disunnahkan untuk memperbanyak do'a pada malam tersebut. Telah diriwayatkan dari Sayyidah Aisyah Radhiyallahu 'anha, (dia) berkata: "Aku bertanya, "Ya Rasulullah! Apa pendapatmu jika aku tahu kapan malam Lailatul Qadar (terjadi), apa yang harus aku ucapkan?" Beliau menjawab, "Ucapkanlah:

"Allahumma innaka 'afuwwun tuhibbul afwa fa'fu'annii"

"Ya Allah Engkau Maha Pengampun dan mencintai orang yang meminta ampunan, maka ampunilah aku" (HR Tirmidzi 3760, Ibnu Majah 3850 dari Aisyah, sanadnya Shahih. Lihat syarahnya Bughyatul Insan fii Wadhaifi Ramadhan hal. 55-57 karya Ibnu Rajab Al-Hambali)

Semoga Allah memberkahi dan memberi taufiq kepada kita untuk mentaati-Nya. Memberi kekuatan pada kita untuk banyak beramal dan beribadah di bulan ramadhan, khususnya malam-malam yang ganjil dari sepertiga bulan terakhir. Telah banyak diterangkan dalam majelis ilmu dan hadist, bagaimana keadaan malam Lailatul Qadar (dan keutamaannya). Semoga kita diberi kekuatan untuk bangun, beribadah, menegakkan shalat di malam-malam tersebut. Rasulullah juga menganjurkan bagi kita semua, untuk turut menghidupkan malam-malam ini bersama istri/suami dan segenap anggota keluarga kita. Berlomba-lomba dalam kebaikan dan saling mendukung dalam meraih kemuliaan bulan dan malam yang suci tersebut.



Dari Aisyah Radhiyallahu 'anha:

"Artinya: Adalah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, apabila masuk pada sepuluh hari (terakhir bulan Ramadhan), beliau mengencangkan kainnya, menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya" [Hadits Riwayat Bukhari 4/233 dan Muslim 1174]

Juga dari Aisyah, (dia berkata):

"Artinya: Adalah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersungguh-sungguh (beribadah apabila telah masuk) malam kesepuluh (terakhir) yang tidak pernah beliau lakukan pada malam-malam lainnya" [Hadits Riwayat Muslim 1174]



Tanda-Tanda Datangnya Malam Lailatul Qadar



Adapun tanda-tanda turunnya malam yang mulia ini, semoga Allah menguatkan kita degan ruh dari-Nya dan membantu dengan pertolongan-Nya, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menggambarkan paginya malam Lailatul Qadar agar seorang muslim mengetahuinya.



Dari 'Ubay Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: ?Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Artinya: Pagi hari malam Lailatul Qadar, matahari terbit tidak menyilaukan, seperti bejana hingga meninggi" [Hadits Riwayat Muslim 762]

Dari Abu Hurairah, ia berkata: Kami menyebutkan malam Lailatul Qadar di sisi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam beliau bersabda:

"Artinya: Siapa di antara kalian yang ingat ketika terbit bulan seperti syiqi jafnah" (Muslim 1170. Perkataan: "Syiqi jafnah" syiq artinya setengah, jafnah artinya bejana. Al-Qadhi 'Iyadh berkata : "Dalam hadits ini ada isyarat bahwa malam Lailatul Qadar hanya terjadi di akhir bulan, karena bulan tidak akan seperti demikian ketika terbit kecuali di akhir-akhir bulan")

Dan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhuma, ia berkata: ?Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Artinya: (Malam) Lailatul Qadar adalah malam yang indah, cerah, tidak panas dan tidak juga dingin, (dan) keesokan harinya cahaya sinar mataharinya melemah kemerah-merahan" [Tahayalisi 349, Ibnu Khuzaimah 3/231, Bazzar 1/486, sanadnya Hasan]

Wallahu ta?ala a?lam bi shawwab
 
Back
Top