resi_dj
New member
Seksual predators selalu memangsa anak anak/ remaja. Mereka hidup dengan kepuasan yang mereka dapat dengan mempergunakan kepercayaaan anak/ remaja tersebut.
Predator- predator seksual ini tidak hanya ada di dunia maya (melalui jejaring internet) tetapi secara off line pun sudah banyak ditemukan.
Seperti yang diungkap suatu riset di Amerika Serikat belum lama ini, pelaku kejahatan seksual internet - yang juga dikenal sebagai predator online - justru orang dewasa yang mengincar para remaja sebagai target, lalu merayu para korban untuk melakukan hubungan seksual.
Riset bertajuk Online ´Predators' and Their Victims: Myths, Realities and Implications for Prevention," yang dipublikasikan dalam jurnal American Psychologist edisi Februari/Maret ini juga mengungkap fakta penting. Salah satuya, para pelaku membutuhkan waktu untuk membangkitkan kepercayaan dan keberanian korban, dengan begitu para remaja ini melihat hubungan mereka sebagai kisah cinta atau pengalaman seksual.
Para remaja yang paling rentan terhadap kejahatan seksual lewat internet ini adalah mereka yang memiliki pengalaman penindasan fisik atau pun seksual, bermasalah dalam keluarga, merasa kesepian, kurang interaksin dan cenderung berani mengambil risiko baik secara online maupun offline.
Sebagai contoh, seperti yang dikenal luas, peneliti menemukan bahwa para remaja yang sering mengunjungi situs-situs jaringan sosial seperti MySpace atau Facebook tampaknya tidak mengalami peningkatan risiko menjadi korban para predator. Namun begitu, interaksi secara online seperti membicarakan soal seks dengan orang tak dikenal tetap menjadi faktor risiko dan meningkatkan kerentanan.
Di Internet, salah seorang seksual predator menyombongkan bagaimana dia dengan begitu mudah menarik seorang anak yang kelihatannya tak berteman. Dia juga menyombongkan bagaimana mudahnya anak tersebut percaya padanya, hingga anak itu mau memberikan banyak informasi mengenai dia, keluarganya dan suasana dirumah kepada seksual predator ini. Seksual predators hanya perlu bersikap memperhatikan, membuat anak itu merasa "special" (cantik, pintar dan ngetop).
Sama halnya dengan media off line, seksual predator ini malah secara nyata menyamar menjadi seorang kakak- kakak yang baik, kakek/ bapak yang ditinggalkan cucu/ anaknya dan berbagai bentuk figur orang dewasa lainnya. Mereka menghabiskan waktu mereka untuk mengamati anak anak, mencari cara agar dapat bertegur sapa dengan anak- anak, bercakap cakap dengan anak anak, dan menyelusuri batas pikiran anak anak/ remaja yang menjadi sasarannya. Dan sasarannya memang anak- anak/ remaja yang kelihatannya penyendiri, tak mempunyai teman dan memiliki segudang masalah di rumahnya. Jika sudah ada di tangan (sang seksual predator menjadi satu- satunya orang yang dipercayai) oleh sasaran, mulailah sang predator memainkan permainannya.
Mulai dengan sekedar mengajak mewarnai buku gambar, menggambar, melukis, main bola, main hujan hujanan, tebak tebakan, yang jika diperhatikan, semua selalu menjurus kepada seks secara pelan pelan.
Ada yang sengaja mengajak mereka bermain air/Lumpur dan kemudian berkata bahwa orang tua anak itu akan marah karena bajunya kotor. Disitulah seksual predator akan mengajak anak untuk mandi dan menawarkan pakaiannya untuk sementara menunggu pakain anak menjadi kering. Itulah saatnya seksual predators dapat melihat anak dalam keadaan telanjang.
Mungkin untuk pertama kali, hanya seperti itu, lalu berikutnya?
Pikiran seorang anak tidak berjalan kearah pikiran seorang seksual predator. Mereka menganggap orang lain sebagai kawan, hanya terhadap orang yang mengerti akan perasaan, kekurangan atau kelebihan mereka. Kawan bagi anak anak adalah orang yang senang berteman dengan mereka. Inilah yang digunakan seksual predators untuk mendapat mangsa.
Akankah anak anda menjadi korban berikutnya?
Nah berikut ini beberapa hal yang baiknya dilakukan para orang tua untuk menghindarkan anak- anaknya dari predator seksual :
1. SEKSUAL PREDATOR melalui internet (On line)
Situs jejaring sosial seperti Friendster atau Facebook, telah jadi kegemaran kaum muda, barangkali juga termasuk anak-anak Anda. Situs semacam itu memungkinkan mereka bersenang-senang dengan saling bertukar foto atau video dengan anggota lainnya dari seluruh penjuru dunia.
Aktivitas di situs jejaring sosial tentu saja mengandung risiko, misalnya anak Anda jadi incaran predator alias penjahat seksual di internet. Untuk memberi gambaran tentang bagaimana melindungi anak saat beraktivitas di situs jejaring sosial, berikut beberapa tips yang diramu detikINET dari Federal Trade Commision, Jumat (8/2/2008):
2. Off line
Memberitahukan anak- anak kita bahwa orang yang beginian (seksual predator)itu ada, sangatlah penting.
Pelajaran untuk anak anak perlu sedini mungkin. Sewaktu mereka berusia 3 - 4 tahun. Anak anak perlu diajar bahwa tubuh mereka adalah suatu yang spesial dan pribadi.
@-->@--> sekali lagi....para orang tua...be aware@-->@-->
semoga berguna -berbagai sumber-
Predator- predator seksual ini tidak hanya ada di dunia maya (melalui jejaring internet) tetapi secara off line pun sudah banyak ditemukan.
Seperti yang diungkap suatu riset di Amerika Serikat belum lama ini, pelaku kejahatan seksual internet - yang juga dikenal sebagai predator online - justru orang dewasa yang mengincar para remaja sebagai target, lalu merayu para korban untuk melakukan hubungan seksual.
Riset bertajuk Online ´Predators' and Their Victims: Myths, Realities and Implications for Prevention," yang dipublikasikan dalam jurnal American Psychologist edisi Februari/Maret ini juga mengungkap fakta penting. Salah satuya, para pelaku membutuhkan waktu untuk membangkitkan kepercayaan dan keberanian korban, dengan begitu para remaja ini melihat hubungan mereka sebagai kisah cinta atau pengalaman seksual.
Para remaja yang paling rentan terhadap kejahatan seksual lewat internet ini adalah mereka yang memiliki pengalaman penindasan fisik atau pun seksual, bermasalah dalam keluarga, merasa kesepian, kurang interaksin dan cenderung berani mengambil risiko baik secara online maupun offline.
Sebagai contoh, seperti yang dikenal luas, peneliti menemukan bahwa para remaja yang sering mengunjungi situs-situs jaringan sosial seperti MySpace atau Facebook tampaknya tidak mengalami peningkatan risiko menjadi korban para predator. Namun begitu, interaksi secara online seperti membicarakan soal seks dengan orang tak dikenal tetap menjadi faktor risiko dan meningkatkan kerentanan.
Di Internet, salah seorang seksual predator menyombongkan bagaimana dia dengan begitu mudah menarik seorang anak yang kelihatannya tak berteman. Dia juga menyombongkan bagaimana mudahnya anak tersebut percaya padanya, hingga anak itu mau memberikan banyak informasi mengenai dia, keluarganya dan suasana dirumah kepada seksual predator ini. Seksual predators hanya perlu bersikap memperhatikan, membuat anak itu merasa "special" (cantik, pintar dan ngetop).
Sama halnya dengan media off line, seksual predator ini malah secara nyata menyamar menjadi seorang kakak- kakak yang baik, kakek/ bapak yang ditinggalkan cucu/ anaknya dan berbagai bentuk figur orang dewasa lainnya. Mereka menghabiskan waktu mereka untuk mengamati anak anak, mencari cara agar dapat bertegur sapa dengan anak- anak, bercakap cakap dengan anak anak, dan menyelusuri batas pikiran anak anak/ remaja yang menjadi sasarannya. Dan sasarannya memang anak- anak/ remaja yang kelihatannya penyendiri, tak mempunyai teman dan memiliki segudang masalah di rumahnya. Jika sudah ada di tangan (sang seksual predator menjadi satu- satunya orang yang dipercayai) oleh sasaran, mulailah sang predator memainkan permainannya.
Mulai dengan sekedar mengajak mewarnai buku gambar, menggambar, melukis, main bola, main hujan hujanan, tebak tebakan, yang jika diperhatikan, semua selalu menjurus kepada seks secara pelan pelan.
Ada yang sengaja mengajak mereka bermain air/Lumpur dan kemudian berkata bahwa orang tua anak itu akan marah karena bajunya kotor. Disitulah seksual predator akan mengajak anak untuk mandi dan menawarkan pakaiannya untuk sementara menunggu pakain anak menjadi kering. Itulah saatnya seksual predators dapat melihat anak dalam keadaan telanjang.
Mungkin untuk pertama kali, hanya seperti itu, lalu berikutnya?
Pikiran seorang anak tidak berjalan kearah pikiran seorang seksual predator. Mereka menganggap orang lain sebagai kawan, hanya terhadap orang yang mengerti akan perasaan, kekurangan atau kelebihan mereka. Kawan bagi anak anak adalah orang yang senang berteman dengan mereka. Inilah yang digunakan seksual predators untuk mendapat mangsa.
Akankah anak anda menjadi korban berikutnya?
Nah berikut ini beberapa hal yang baiknya dilakukan para orang tua untuk menghindarkan anak- anaknya dari predator seksual :
1. SEKSUAL PREDATOR melalui internet (On line)
Situs jejaring sosial seperti Friendster atau Facebook, telah jadi kegemaran kaum muda, barangkali juga termasuk anak-anak Anda. Situs semacam itu memungkinkan mereka bersenang-senang dengan saling bertukar foto atau video dengan anggota lainnya dari seluruh penjuru dunia.
Aktivitas di situs jejaring sosial tentu saja mengandung risiko, misalnya anak Anda jadi incaran predator alias penjahat seksual di internet. Untuk memberi gambaran tentang bagaimana melindungi anak saat beraktivitas di situs jejaring sosial, berikut beberapa tips yang diramu detikINET dari Federal Trade Commision, Jumat (8/2/2008):
- Bantu anak Anda mengetahui informasi seperti apa yang bisa diposting di situs jejaring sosial dan mana yang tidak. Katakan pada mereka bahwa informasi penting seperti nomor telepon, alamat lengkap rumah, nomor kartu kredit dan sebagainya tidak bisa diumbar sembarangan mengingat risikonya yang besar.
- Jika diperlukan, mintalah anak Anda mengaktifkan fitur privacy setting di akun mereka. Fasilitas privacy setting ini biasanya ada di berbagai situs jejaring sosial. Fungsinya adalah untuk membatasi siapa saja yang boleh melihat profil online anak Anda.
- Jelaskan pada anak Anda mengenai pelecehan yang sering terjadi di dunia maya. Pelecehan ini misalnya menyebarkan rumor yang tidak benar, menyebarkan pesan ancaman atau membocorkan rahasia pribadi di internet. Jelaskan mengenai berbagai konsekuensinya dan bagaimana cara mengantisipasinya.
- Diskusikan pada anak Anda untuk selalu menghindari percakapan online yang bernada seksual. Ingatlah bahwa banyak kasus para predator alias penjahat online mengincar anak-anak sebagai korbannya via situs jejaring sosial.
- Katakan pada anak Anda bahwa jika mereka merasa terancam atau merasa ada yang tidak beres dalam aktivitas online di situs jejaring sosial, mereka harus melaporkannya pada Anda. Kemudian jika dirasa perlu, Anda bisa menindaklanjuti laporan anak misalnya dengan melapor polisi atau lembaga terkait.
- Luangkan waktu untuk mempelajari situs jejaring sosial yang diakses anak Anda. Pahamilah apa hak Anda sebagai orang tua dalam melindungi anak. Jika perlu, Anda bahkan bisa menjadi anggotanya untuk mengerti seperti apa situs jejaring sosial itu bekerja.
- Terapkan hal berikut pada anak: anak harus Minta ijin orang tua untuk memberikan informasi kepada sipenanya ; Jangan mengirim photo sebelum minta ijin orang tua; Beritahu orang tua jika sipeminta photo meminta terus terusan, seperti memaksa; Jangan menjawab message yang membuat anak merasa tidak enak; Jangan setuju akan pertemuan diluar on line, Kalau orang tua setuju, pergi dengan anak. Pertemuan harus di tempat umum. Yang paling penting dari semuanya.
2. Off line
Memberitahukan anak- anak kita bahwa orang yang beginian (seksual predator)itu ada, sangatlah penting.
Pelajaran untuk anak anak perlu sedini mungkin. Sewaktu mereka berusia 3 - 4 tahun. Anak anak perlu diajar bahwa tubuh mereka adalah suatu yang spesial dan pribadi.
- Orang tua bisa mengajar anak anak akan sifat buruk dari seksual
predators dan bagaimana mereka menarik anak anak.
• Ajarkan mereka untuk tidak mengijinkan orang lain untuk menyentuh bagian tubuh yang private, kecuali ibu hadir disamping anak (e.g. waktu physical checkup).
• Ajarkan anak untuk tidak menanggalkan pakaian didepan umum saat mereka sudah cukup umur untuk ganti pakaian sendiri.
• Ajarkan anak anak untuk secepatnya memberitahukan orang dewasa yang dipercaya (guru, orang tua) jika ada yang menyuruhnya untuk menanggalkan pakaian, atau mencoba menanggalkannya, menjamah atau mencoba menjamah mereka dibagian yang private.
- .Menyisihkan banyak waktu untuk anak anak sangatlah penting. Ngobrol dan bermain dengan mereka. Coba ketahui sifat kepribadian anak, apa yang membuat anak marah. Anda akan terkejut menyadari bahwa mungkin banyak yang anda tidak ketahui mengenai anak.
Seperti yang sering dilontarkan orang tua, "saya kenal anak saya, ah.
Tidak mungkin dia begitu".
Ajari anak agar tidak memberikan informasi mengenai diri atau keluarga.
Nah, ini akan membuat anak bingung, karena informasi mengenai diri dan
keluarga perlu diberi kepada guru, polisi atau dokter. Dalam hal ini, anak perlu diberitahukan akan hal-hal yang tidak perlu diketahui orang. Orang tua bisa pilih sendiri. Seperti latihan lainnya, orang tua bisa membuat satu skenario dan berlatih dengan anak. Pujilah anak jika anak menjawab dengan baik. Jelaskan pada anak mengapa informasi tertentu harus dijaga. Sebagai orang dewasa/orang tua/kerabat anak, kita hanya bisa mendidik anak anak mengenai dunia tempat kita hidup. Tidak semua orang itu baik, tidak semua orang itu jahat.
- Buatlah files mengenai anak (e.g., photo, umur, keterangan fisik,
alamat, phone numbers, sidik jari, foot print, alamat sanak saudara,
dental/medical records, etc.). Update file ini setiap tahun.
- Sarankan anak untuk tidak menjauh dari kelompok jika berjalan
menuju lokasi tertentu atau pulang. Tak perlu mengambil jalan pendek kalau harus terpisah dari kelompok.
- Hati hati dalam memilih pengasuh (child sitter). Check referencenya.
- Kalau harus meninggalkan anak dirumah sendirian (jika cukup
umur), beritahu anak cara baik untuk menjawab bell pintu, atau telephone. Jangan dibiarkan anak keluyuran ditoko, restoran atau tempat bermain. Anak harus dibawah pengawasan visual. Bawa anak jika perlu menggunakan kamar kecil (untuk hal hal kecil dan besar).
- Ajari anak nama lengkap mereka, nomor telepon dan alamat rumah.
Bagaimana menggunakan bantuan operator di telepon rumah atau umum.
Bagaiman mendapatkan bantuan polisi.
- Ajari anak untuk tidak berpakaian terbuka, yang memamerkan banyak
bagian tubuh. - Hati hati akan orang yang menawarkan anak pekerjaan (membersihkan
rumah, ajak anjing jalan jalan). Ajari anak untuk tidak menghampiri rumah orang lain tanpa ditemani seorang dewasa yang dipercaya. Ini jika anak berjualan untuk mencari dana. Juga untuk tidak menerima tawaran untuk ikut kendaraan sembarang orang.
- Beritahukan sekolah akan nama nama orang yang boleh menjemput anak.
- Sarankan anak supaya punya teman seumur, yang bisa mengeroyok rame-rame bila seorang dari kelompok di serang orang dewasa yang tidak dikenal.
@-->@--> sekali lagi....para orang tua...be aware@-->@-->
semoga berguna -berbagai sumber-