Cinta (Tak) Berat Sebelah pada Anak Tiri

resi_dj

New member
Kalau bicara soal hubungan ibu tiri dan anak tiri, pasti langsung terbayang kisah penuh air mata seperti film Ratapan Anak Tiri yang sempat ngetop di tahun 70-an itu. Film itu -setelah kisah Upik Abu dan Cinderela- seolah "menegaskan" bagi setiap anak bahwa orangtua tiri adalah sosok yang menyeramkan dan harus dijauhi. Cintanya selalu dianggap palsu, kasih sayangnya semu, dan perhatiannya sepihak.

Mengapa orangtua tiri dianggap "jauh" dari perilaku mencintai anak kandungnya? Tak lain karena kita sudah telanjur membenarkan imej soal keburukan orangtua tiri. Maka, ketika anak-anak menolak kehadiran orangtua tiri, bisa jadi lantaran mereka khawatir orangtua baru ini akan menjadi awal bencana dan penyebab timbulnya masalah-masalah baru dalam keluarga kelak.

Selain itu, tak dapat dipungkiri adanya faktor kedekatan dan emosi orangtua dengan anak. Pada orangtua kandung, kedalaman emosi dibangun sejak anak masih di kandungan, sehingga terjalinlah ikatan/bonding yang erat. Sedangkan hubungan orangtua tiri-anak tiri lemah karena kurangnya hubungan emosional dan singkatnya kebersamaan (baru muncul saat orangtua tiri masuk ke dalam keluarga). Hal itu menambah sulit hubungan orangtua tiri dan anak dri dan bahkan membuat frustrasi.



Tak Rela
Beberapa penelitian menunjukkan, anak-anak di bawah usia 5 tahun lebih mudah beradaptasi dengan orangtua barunya dibanding anak yang lebih besar, khususnya usia praremaja ke atas. Dengan kata lain, seorang anak berusia 10 tahun mungkin membutuhkan waktu 10 tahun sebelum mereka merasa benar-benar memiliki hubungan yang nyata dengan ayah/ibu tirinya.

Pasalnya, semakin besar usia anak, semakin ia menyadari bahwa hubungan orangtua kandungnya telah "porak-poranda", entah akibat kematian atau perceraian. Itu saja sudah membuat emosi mereka terguncang. Kehadiran orangtua tiri, ibaratnya seperti memberi "smackdown", pukulan dua kali karena mereka dihadapkan kenyataan harus menerima orang baru sebagai pengganti orangtua kandung mereka.

Kehadiran orang lain juga membuat mereka khawatir akan menimbulkan perubahan- perubahan dalam rumah yang diprakarsai oleh orangtua tiri itu. Terbayang oleh mereka adanya banyak peraturan baru, tata ruangan baru, dan segala yang serba baru yang belum tentu sama seleranya. Anak-anak bisa saja berpikir, "Aduh, aku enggak bisa bebas lagi di rumah sendiri."


Harapan Realistis
Berdasarkan kekhawatiran-kekhawatiran tersebut, jelaslah bahwa anak-anak tiri sering merasa bingung terhadap hubungan keluarga baru dan "benci" terhadap perubahan yang mungkin dibawa ke dalam kehidupan mereka.

Menyadari kedua hal ini, sebaiknya orangtua tiri tak perlu tergesa-gesa "masuk" ke dalam kehidupan anak-anak. Jika orangtua tiri dijauhi atau ditolak, jangan mudah sakit hati.
Umumnya perilaku ini muncul karena anak-anak bingung atas hubungan yang baru ini dan mereka tak mau kehilangan orangtua kandung mereka, baik secara fisik maupun emosi.

Beri anak-anak ruang dan waktu untuk mengatasi emosi mereka. Memberi mereka "jarak" tapi diiringi sikap tulus dari orangtua tiri malah akan menimbulkan kedekatan yang perlahan-lahan tumbuh.

Intinya, jangan memaksa diri untuk bisa segera dekat dengan mereka. Sebaliknya, bila anak-anak tiri dengan mudah bersikap terbuka dan menjadi dekat dengan orangtua barunya, jangan membuat mereka kecewa. Buka tangan lebar-lebar dan sambutlah mereka seperti anak kandung yang siap dididik, dibina, dan diberi limpahan kasih sayang.


Bagaimana sikap pasangan?

Dalam menghadapi anak tiri diperlukan kokompakan orangtua kandung dan orangtua tiri. Itu sebabnya, saat mereka pacaran, sudah dibicarakan pola asuh apa yang hendak diterapkan. Terutama dari orangtua kandungnya harus mau blak-blakan bagaimana cara dia mendidik dan memberi kasih sayang kepada anak-anaknya.

Nah, si orangtua tiri bisa menyesuaikan, meski tak tertutup kemungkinan dia memberi masukan mana yang perlu dikoreksi. Selanjutnya, setelah menikah, kesepakatan-kesepakatan itulah yang dijalankan. Jangan sampai anak melihat orangtua tiri dan kandung beda pendapat dalam mendidik mereka. Kalau ini terbaca oleh anak, mereka bisa "mengadu domba". Apalagi kalau dari awalnya memang ada ketidaksukaan pada kehadiran orangtua tiri.

Selain itu, orangtua kandung tidak perlu membanding-bandingkan pola asuh yang dijalankan bersama pasangannya dulu karena akan menjadi kontraproduktif. Bukannya muncul solusi, yang ada malah problem baru karena pasangan barunya merasa diperlakukan tidak adil sehingga timbul rasa sakit hati. Bisa saja hal ini berdampak pada dirinya dalam menghadapi anak-anak tirinya semisal malah bersikap cuek pada kebutuhan mereka dan bukannya memberi kasih sayang.

@-->@--> semoga bermanfaat @-->@-->

-nakita-
 
Bls: Cinta (Tak) Berat Sebelah pada Anak Tiri

aku tak mau jadi anak tiri,ayah tiri, tiri,kakek tiri,cucu tiri dan tiri yang lain tapi kl ikan tiri aku mau .
 
Bls: Cinta (Tak) Berat Sebelah pada Anak Tiri

wah ikan tiri ya... pasti rasanya yang manis itu kan??

hmm, klo aku sih ya kalo dibilang deket ya enggak begitu deket juga sih sama mami aku, dibilang jauh juga enggak jauh banget, ngobrol2 juga biasa aja...
tapi yang pastinya aku ga bisa terbuka sama mami aku yang sekarang...
habisnya sebelum dan sesudah nikah juga paling ngumpulnya bentar2 duank karena kerjaan aku tentunya....
 
Bls: Cinta (Tak) Berat Sebelah pada Anak Tiri

tetangga gw punya anak tiri. tapi kelihatannya dia sayang banget tuh sama anaknya. menurut gw seh tergantung ibu/bapak tirinya deh.

tapi gw juga punya sodara yang pnya anak tiri
tetep baik sama anak tirinya walaup kejengkelannya ada aja gitu.
 
Bls: Cinta (Tak) Berat Sebelah pada Anak Tiri

makasih yak semua pendapatnya

@ ided: wahh aku juga mau tuih ikan tiri..dibikin balado sama kacang tanah..weew yummi

@ jeng bla: memang nggak akan ada orang lain atau sesuatu yang lain yang bisa menggantikan seseorang (siapapun itu) dalam hidup kita, tapi nggak ada salahnya menurutku buat jeng bla untuk lebih open dengan mami yang sekarang.........biar suasana lebih hmmmmmmm.....tentunya your father dan bundamu yang sudah di sana akan ikut senang melihatnya...menurut aku loh

@ giapianawati: waaahh patut ditiru tuh sikap tetanggamu terhadap anak tirinya jeng, moga nggak hanya kelihatan dari luarnya aja..tapi aslinya memang sayang juga dengan anak tirinya.
 
Bls: Cinta (Tak) Berat Sebelah pada Anak Tiri

iya tu sih menurut aku secara teori kali ya..mang penerapannya sulit bin nggak easy....tapi yak...chaaaaaaaaaaaaaaaaayyyyooo deh jeng bla
 
Back
Top