Celana Dalam, Oh Celana Dalam

Status
Not open for further replies.

carpediem

New member
MENENTUKAN kegunaan sebuah benda dalam hidup kita memang tidak mudah. Terkadang kita hanya “tahu” tapi tidak “paham” kegunaan benda-benda yang kita miliki. Sebagai manusia, kita telah terbiasa dengan kondisi yang sudah ada sehingga ada rasa enggan untuk menilik kembali apa-apa yang ada di sekitar kita. Namun bila meluangkan sedikit waktu saja untuk memikirkan kegunaan benda-benda remeh dalam kehidupan kita, jelas akan muncul banyak pertanyaan dan decakan kagum. Bahkan tanpa kita sadari, eksistensinya begitu berarti atau (mungkin) sama sekali tidak berarti. Tapi yakinlah, semua yang diciptakan Tuhan selalu ada manfaatnya.

Tentunya akan terdapat banyak hal aneh bila sebelumnya kita tidak mengenalinya. Aneh karena kita belum terbiasa dengan pola demikian. Kita dapat terbiasa oleh suatu hal yang terjadi karena ada ‘perilaku alam’ yang mengikuti sehingga hal-hal tersebut akan menjadi sebuah kebiasaan. Dalam hal ini, sebuah kebiasaan diakibatkan akibat terjadinya perulangan momentum dari sebuah hal atas sebuah peristiwa.

Mari kita mengambil contoh sederhana. Siapa yang tidak mengenal celana dalam? Atau semua tidak tahu celana dalam? Bahkan boro-boro mengenakan celana dalam, fungsinya saja tidak tahu. Bagus kalau begitu. Kali ini kita bicara celana dalam sebagai simbol. Mungkin belum pernah ada seorang pun eksistensialis atau ahli filsafat yang mengkaji makna kehadiran celana dalam bagi kehidupan manusia. Bahkan seorang ahli simbol mungkin tidak pernah tahu dan dapat membuktikan makna simbolitas apa yang terkandung dalam selembar celana dalam. Celana dalam merupakan sebuah simbol yang merujuk kepada konsep filsafat yang membutuhkan pemikiran untuk memahaminya. Ada makna denotatif maupun konotatif di dalam sebuah celana dalam.

Kita tidak sempat berpikir jauh untuk mengkaji hal-hal kecil seperti makna dan kegunaan celana dalam. Celana dalam-berapapun-ukurannya tentu memiliki sebuah tujuan dan kegunaan. Bagi manusia yang mengaku beradab, celana dalam menjadi pelindung dan penutup aurat bagian bawah yang biasanya berisikan organ-organ intim. Bila di dalam celana dalam berisikan hal-hal lain selain itu, tentunya bukan tanggung jawab penulis.

Celana dalam diciptakan sebagai bagian dari kehidupan yang terus berkembang. Manusia purba menggunakan dedaunan atau cawat dari jenis kulit binatang sebagai prototipe pertama celana dalam masa kini untuk menutupi bagian kemaluan mereka. Tanpa celana dalam, mereka akan merasakan malu. Itupun kalau malu memang sudah menjadi bagian dalam idealisme manusia sejak dahulu kala. Namun mengapa celana dalam harus dikenakan di dalam? Ada yang biasa memberikan jawaban? Memang ada beberapa yang mencoba mendobrak arus kebiasaan dengan mengenakan celana dalam di luar tubuh mereka. Dan biasanya hal tersebut digunakan untuk membuktikan bahwa ada sesuatu yang khusus dari mereka. Ya—mereka sering dianggap sebagai kaum minoritas yang mampu membebaskan kaum mayoritas dari kesulitan. Mereka disebut pahlawan super.

Lalu kalau begitu ada pertanyaan lagi, mengapa celana dalam harus digunakan di bagian bawah tubuh? Apakah sedari dulu celana dalam telah termaktub dalam perkamen-perkamen berdebu di masa lalu, bahwa kelak akan ada sebuah penemuan mutakhir yang nantinya harus dikenakan di bagian bawah tubuh bernama celana dalam? Mungkin saja. Karena teori kebiasaan tersebut sudah begitu melekat di dalam diri kita. Siapa tahu penggunaan celana dalam memang sudah diatur oleh seseorang di jaman dahulu kala dan secara turun-temurun diikuti sehingga menjadi sebuah tren bahkan kebiasaan.

Bila celana dalam digunakan di kepala, misalnya, apakah itu akan mengurangi atau mengubah sifat dasar dari selembar celana dalam? Atau bahkan dapat mengubah namanya menjadi celana kepala dalam? Mungkin ini cukup konyol dan membingungkan. Namun tidak terbantahkan bahwa celana dalam pun dapat digunakan di kepala sebagai pengganti benda bernama topi atau payung. Pergeseran dan komplementasi simbolitas seperti ini yang menarik untuk dikaji. Sebab tanpa bantuan simbol dalam kehidupan kita, akan banyak dikotomi hal dalam aspek-aspek kehidupan. Kita terbantu dengan gagasan bahwa celana dalam adalah lembaran kain yang digunakan untuk menutupi bagian bawah tubuh. Namun bila ada gagasan baru dikemukan dan itu tidak terbantahkan bahwa celana dalam pun dapat digunakan di kepala, maka jelas sekali lagi kita terbantu oleh simbolitas dari celana dalam tersebut.

Tidak dapat dipungkiri bahwa kekuatan celana dalam sebagai sebuah simbol telah banyak membantu kehidupan kita dalam menggali berbagai makna. Tanpa celana dalam, kita akan telanjang di dalam. Ada sesuatu yang bergelayut yang mungkin akan mengganggu rutinitas kita. Bahkan ironisnya, kita malah tidak akan pernah mengenali celana dalam sebagai benda yang berfungsi penting bagi kehidupan kita. Sebab tanpa mengalami proses pemahaman, celana dalam dapat dijadikan sebagai hiasan dinding, pot bunga, sapu tangan bahkan aksesoris. Apakah itu mengerikan? Atau justru akan jadi sangat menyenangkan?

Sungguh, penemuan celana dalam memang sangat luar biasa. Celana dalam tidak hanya berhasil secara fungsi namun sukses dalam tradisi. Hadirnya dua sisi dalam celana dalam menjadi perbendaharaan kultur dalam kehidupan manusia. Kesibukan manusia bahkan kondisi finansial seseorang dapat terbantu dengan sisi-sisi dari celana dalam. Masing-masing bagian dapat berfungsi secara optimal dan proporsional. Dan yang lebih menyenangkan, tidak perlu ada yang tahu sisi-sisi mana yang sedang digunakan.
Yang pasti celana dalam ditemukan dalam ketidaksengajaan. Namun yang menyedihkan, mengapa kehadiran celana dalam sering sekali terabaikan. Padahal celana dalam adalah penemuan yang sungguh fantastis. Penemuan yang menjadi puncak dari peralihan manusia yang primitif menjadi manusia modern. Walaupun manusia primitif sebenarnya sudah lebih awal menemukan celana dalam daripada manusia modern.

Celana dalam adalah sebuah contoh sederhana betapa sebuah benda memberikan peranan penting dalam kehidupan. Apa yang terjadi bila celana dalam tidak pernah ditemukan? Saya yakin, semua dapat membayangkan sendiri tanpa pernah dijabarkan secara gamblang. Semua sudah mengerti betapa celana dalam sangat penting dalam kehidupan kita.

Tanpa kita sadari, celana dalam merupakan sebuah pernyataan akan suatu hal, peristiwa, atau keadaan. Dengan melihat selembar celana dalam yang masih putih bersih, berarti celana dalam tersebut masih tergolong baru, atau mungkin juga sudah sering dipakai namun pemiliknya begitu telaten membersihkan kotoran yang melekat di celana dalamnya, atau malah sebaliknya, bahwa sang pemilik celana dalam memang tidak begitu menyukai menggunakan celana dalam sehingga celana dalamnya nyaris tidak pernah digunakan.

Nasib celana dalam memang cukup ironis. Ia sering diabaikan bahkan dicampakkan. Padahal sampai sekarang kita belum mengetahui siapa penemu celana dalam, dan apa tujuan awal penciptaannya. Ensiklopedia termahsyur sekalipun tidak menyebutkan siapa penemu celana dalam. Bahkan ada negara yang pantas disandingkan dengan celana dalam, misal Malingsia Celana Dalam. Cocok bukan?

Celana dalam mungkin cukup relevan dengan kehidupan kita. Noda sedikit di celana dalam, sudah dianggap sebagai hal jorok. Padahal masih banyak ruang bebas lainnya yang dapat digunakan. Namun imej jorok sudah sedemikian rupa melekat sehingga apapun yang terjadi, walaupun sudah dicuci sebersih apapun, jorok tetaplah jorok. Pun celana dalam mencoba mengingatkan kepada kita bahwa meremehkan sesuatu yang dianggap kecil adalah hal yang tidak baik. Sebab apapun yang hadir dan terjadi di dunia ini harusnya dapat disikapi dan dinalari secara kritis.

Apa warna celana dalam yang kalian kenakan hari ini?
>8o>8o>8|
 
Bls: Celana Dalam, Oh Celana Dalam

Abu2.
Bagus juga tulisannya,tapi menurut penulis sndr simbol apa yg terkandung dlm celana dalam.
 
Status
Not open for further replies.
Back
Top