TASAWUF DAN PENGKULTUSAN RASULULLAH Shalallahu?alaihi Wassallam

andy_baex

New member
Rasulullah Shalallahu?alaihi Wassallam adalah sebaik-baik manusia, tidak ada yang melebihi beliau dalam hal kemuliaan dan kehormatan. Oleh karena itu, Allah Subhanahu Wa Ta?ala menjadikan beliau sebagai suri tauladan terbaik bagi umat manusia. Allah berfirman (artinya): ?Sungguh telah ada pada diri Rasulullah Shalallahu?alaihi Wassallam itu suri tauladan bagi kalian.? (Al Ahzab: 21)

Beliaulah yang harus kita cintai melebihi kecintaan terhadap diri kita sendiri, orang tua, anak, istri dan seluruh umat manusia. Namun Rasulullah Shalallahu?alaihi Wassallam melarang umatnya dari sikap berlebihan, terkhusus sikap pengkultusan terhadap diri beliau Shalallahu?alaihi Wassallam. Sebagaimana beliau bersabda:
لاَ تُطْرُوْنِيْ كَمَا أَطْرَتِ النَّصَارَى ابْنَ مِرْيَمَ ، إِنَّمَا أَنَا عَبْدٌ ، فَقُوْلُوا عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ
?Janganlah kalian mengkultuskan diriku, sebagaimana orang-orang Nasrani mengkultuskan Isa bin Maryam. Hanyalah aku ini seorang hamba, maka katakanlah: ?(Aku adalah) hamba Allah dan Rasul-Nya.? (H.R Al Bukhari)
Sangatlah disayangkan ternyata kaum Sufi merupakan kaum yang paling gencar melanggar perintah Rasulullah Shalallahu?alaihi Wassallam tersebut. Sekian banyak bukti pengkultusan mereka terhadap Rasulullah Shalallahu?alaihi Wassallam
terdapat dalam karya tulis tokoh-tokoh tersohor mereka. Sampai-sampai pengkultusan tersebut menjerumuskan mereka ke dalam jurang kesyirikan, baik dalam hal rububiyah, uluhiyah, ataupun asma? wa sifat.

DIANTARA BUKTI PENGKULTUSAN KAUM SUFI TERHADAP RASUL Shalallahu?alaihi Wassallam

Gambaran pengkultusan kaum Sufi terhadap Rasulullah Shalallahu?alaihi Wassallam sangatlah beraneka ragam, yang kesemuanya bermuara dari kedustaan, khayalan atau kebodohan. Dapatlah kita simak gambaran-gambaran tersebut melalui bukti-bukti berikut ini :
1. Rasulullah Shalallahu?alaihi Wassallam Diciptakan Dari Nur (Cahaya) Allah Subhanahu Wa Ta?ala

Diantara tokoh Sufi yang berpendapat demikian adalah Ibnu Arabi di dalam Al Futuhat Al Makkiyyah 1/119, Abdul Karim Al Jaili di dalam Al Insaanul Kaamil 2/46 dan beberapa yang lainnya.
Demi memudahkan penyebaran aqidah sesat ini, mereka memunculkan hadits yang tidak diketahui asal usulnya yang didustakan atas nama Rasulullah Shalallahu?alaihi Wassallam yaitu:
أَنَّ اللهَ تَعَالى خَلَقَ نُوْرِ نَبِيِّهِ مِنْ نُوْرِهِ
?Bahwasanya Allah Subhanahu Wa Ta?ala menciptakan cahaya nabi-Nya dari cahaya-Nya?
Allah Subhanahu Wa Ta?ala membantah keyakinan keji ini dengan menyatakan bahwa Rasulullah Shalallahu?alaihi Wassallam adalah seorang manusia sedangkan manusia itu diciptakan dari tanah bukan dari cahaya. Allah berfirman (artinya):
?Katakanlah (wahai Muhammad) :? Maha Suci Tuhanku, aku tidak lain adalah seorang manusia dan rasul.? (Al Israa?: 93)

Dia juga berfirman (artinya): ?Dan Allah menciptakan kalian (manusia) dari tanah, kemudian nuthfah lalu menjadikan kalian berpasang-pasangan.? (Faathir: 11)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menyatakan bahwa Nabi Shalallahu?alaihi Wassallam diciptakan dari unsur tanah dan tidak ada satupun manusia yang diciptakan dari cahaya. Disamping itu, keutamaan sebagian makhluk dibanding makhluk lainnya bukanlah karena unsur diciptakannya. Bahkan Nabi Adam beserta anak keturunannya yang shalih itu lebih utama dari malaikat walaupun malaikat tersebut diciptakan dari cahaya. (Disarikan dari Majmu? Fatawa 11/94-95)

2. Seluruh Alam Semesta Diciptakan Dari Nur (cahaya) Muhammad (Aqidah Nur Muhammadi)
Abdul Karim Al Jaili berkata: ?Dan tatkala Allah Subhanahu Wa Ta?ala menciptakan seluruh alam semesta ini dari nur Muhammad, maka hati Muhammad Shalallahu?alaihi Wassallam itu merupakan bagian yang malaikat Israfil diciptakan darinya ?lalu dia mengatakan? sesungguhnya Al Aqlu Al Awwal yaitu Muhammad Shalallahu?alaihi Wassallam, Allah ciptakan darinya Jibril sehingga Muhammad Shalallahu?alaihi Wassallam adalah ayah Jibril dan asal usul dari seluruh alam.? (Al Insaanul Kaamil 2/26-27).
Dari dua jenis keyakinan kufur ini, dapat disimpulkan bahwa Allah menciptakan Rasulullah Shalallahu?alaihi Wassallam dari cahaya-Nya, kemudian dari cahaya tersebut terciptalah seluruh alam semesta. Sehingga tidaklah yang ada di alam semesta ini melainkan bagian dari Dzat Allah Subhanahu Wa Ta?ala. Muncullah dari sini keterkaitan kedua keyakinan itu dengan aqidah Manunggaling Kawula Gusti. Sebuah skenario yang benar-benar keji. Wallahul Musta?an!!

3. Rasulullah Shalallahu?alaihi Wassallam Memiliki Beberapa Sifat Ketuhanan (Rububiyyah) Sehingga Berhak Diibadahi
Keyakinan kufur ini tidaklah terlepas dari konsekuensi yang diraih ketika mereka menyatakan tentang aqidah Manunggaling Kawula Gusti. Dan inilah yang ditegaskan sendiri oleh pujangga-pujangga syair tersohor mereka.
Al Bushiri berkata di dalam syairnya yang terkenal:
Maka sesungguhnya diantara kedermawananmu (Muhammad) adalah adanya dunia dan akhirat
Dan diantara ilmumu adalah ilmu tentang Lauhul Mahfudh dan Al Qalam (yaitu ilmu tentang segala takdir di alam semesta ini)
(Burdatul Madiih hal. 35 yang terkenal dengan Qasidah Burdah).
Yusuf An Nabhani menukil perkataan Syamsuddin At Tuwaji Al Mishri:
Wahai utusan Allah, sesungguhnya aku ini lemah
Maka sembuhkanlah aku karena sesungguhnya engkau adalah pangkal kesembuhan
Wahai utusan Allah, bila engkau tidak menolongku
Maka pada siapa lagi menurutmu aku akan bersandar
(Syawaahidul Haq hal. 352)
Betapa jauhnya penyimpangan mereka dari aqidah yang benar?!!, padahal Allah Subhanahu Wa Ta?ala berfirman (artinya):
?Katakanlah (wahai Muhammad): ?Aku tidaklah memiliki manfaat atau dapat mencegah bahaya dari diriku sendiri kecuali yang Allah kehendaki. Kalau seandainya aku mengetahui yang ghaib maka tentunya aku dapat memperbanyak kebaikan untukku dan tidak ada satupun bahaya yang menimpaku?. (Al A?raaf:188)

?Dan bila Allah menimpakan kepadamu suatu kejelekan maka tidak akan ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia saja. Dan apabila Dia mendatangkan kebaikan kepadamu maka Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu?. (Al An?aam:17)

4. Rasulullah Shalallahu?alaihi Wassallam Dapat Dilihat Di Dunia Dalam Keadaan Terjaga (Setelah Beliau Meninggal Dunia)
Keyakinan ini mereka ambil berdasarkan hikayat-hikayat dusta yang berasal dari tokoh-tokoh tarekat mereka.
Asy Sya?rani menyatakan bahwa Abul Mawaahib Asy Syadzali berkata: ?Aku pernah melihat Rasulullah Shalallahu?alaihi Wassallam lalu berkata kepadaku tentang diri beliau: ?Aku sebenarnya tidaklah mati. Hanyalah kematianku (sekarang ini) sebagai persembunyianku dari orang-orang yang tidak mengerti tentang Allah.? Maka akupun melihat beliau dan beliaupun melihat aku.? (Thabaqatul Kubra 2/69 karya Asy Sya?rani).
Bahkan dengan tegas Abul Mawaahib membawakan sabda Nabi Shalallahu?alaihi Wassallam
dengan dusta bahwa barangsiapa yang tidak percaya dengan pertemuan dirinya dengan beliau, kemudian dia mati, maka dia mati dalam keadaan sebagai seorang Yahudi, Nashrani atau Majusi!! (Thabaqatul Kubra 2/67)
Sebagian murid Khaujili bin Abdirrahman (seorang tokoh Sufi jaman ini) menceritakan bahwa gurunya ini pernah melihat Rasulullah sebanyak 24 kali dalam sehari sedangkan dia dalam keadaan sadar. (Thabaqat Ibni Dhaifillah hal. 190)
Hikayat-hikayat yang mereka ceritakan ini sebenarnya mengandung beberapa perkara yang batil, diantaranya:
a. Jasad Rasulullah Shalallahu?alaihi Wassallam yang ada di kubur dapat kembali ke alam dunia. Padahal Allah Subhanahu Wa Taala berfirman (artinya): ?Dan di belakang mereka terdapat dinding (pemisah antara alam kubur dengan alam dunia) sampai hari mereka dibangkitkan (hari kiamat)?. (Al Mu?minuun: 100)
b. Rasulullah sekarang ini tidak meninggal dunia. Allah Subhanahu Wa Taala membantah hal ini dengan firman-Nya (artinya): ?Sesungguhnya engkau (Muhammad) akan mati dan merekapun akan mati (pula).? (Az Zumar: 30)
Kedua kandungan ini cukuplah sebagai bukti tentang sikap berlebihan (pengkultusan) mereka terhadap pribadi Rasulullah Shalallahu?alaihi Wassallam.

Ketika aqidah rusak mereka ini mulai terkuak, maka muncullah beragam pendapat lagi di dalam mengkaburkan maksud kalimat ?melihat Rasulullah Shalallahu?alaihi Wassallam dalam keadaan terjaga?. Diantara mereka ada yang mengatakan bahwa Rasulullah Shalallahu?alaihi Wassallam bisa dilihat dengan menjelma sebagai seorang syaikh terekat mereka, bahwa Rasulullah Shalallahu?alaihi Wassallam bisa dilihat dengan mata hati bukan mata kepala, Rasulullah Shalallahu?alaihi Wassallam bisa dilihat dalam keadaan antara tidur dan terjaga ataupun yang dilihat itu adalah ruh beliau bukan jasadnya. Pendapat terakhir ini diucapkan oleh tokoh Sufi jaman sekarang yaitu Muhammad Alwi Al Maliki dalam kitab Adz Dzakhaa?ir Al Muhammadiyah hal. 259 (Khasha?ishul Musthafa hal. 217-218).

Ternyata keyakinan ini ?yang sebenarnya telah terkuak kebatilannya? dijadikan kaum Sufi sebagai salah satu jembatan untuk memunculkan ajaran-ajaran baru (bid?ah) yang belum pernah diajarkan Rasulullah Shalallahu?alaihi Wassallam di masa beliau masih bersama para sahabatnya dahulu. Satu lagi skenario jahat untuk menodai ajaran agama suci ini.

Demikian pula pernyataan sesat yang dilontarkan Umar Al Fuuti bahwa Ahmad At Tijani (pendiri tarekat At Tijaniyah) pernah diijinkan Rasulullah Shalallahu?alaihi Wassallam untuk mengajari manusia setelah bersemedi, kemudian beliau menetapkan sebuah wirid tertentu kepada dirinya, yang sebelumnya beliau mengabarkan tentang kedudukan Ahmad At Tijani yang tinggi, keutamaan wirid tersebut dan janji Allah kepada siapa saja yang mencintai Ahmad At Tijani dari kalangan pengikutnya (Rimaahu Hizbirrahiim 1/191).

Muhammad As Sayyid At Tijani mengungkapkan bahwa Rasulullah Shalallahu?alaihi Wassallam bersama para Al Khulafaur Rasyidin pernah menghadiri majelis wirid Ahmad At Tijani. Lalu beliau Shalallahu?alaihi Wassallam memberikan syafa?at kepada hadirin ketika itu. (Al Hidayah Ar Rabbaniyah hal. 12)


WIRID-WIRID BID?AH KAUM SUFI
Mereka tidak hanya menuangkan pengkultusan Rasulullah Shalallahu?alaihi Wassallam melalui pendapat ataupun untaian-untaian syair saja, tetapi juga melalui wirid dalam bentuk shalawat nabi. Bahkan, dengan shalawat inilah banyak sekali kaum muslimin ?walaupun tidak terikat dengan ajaran mereka? terjatuh ke dalam jeratan mereka. Hal ini disebabkan beberapa perkara, diantaranya:

a. Mereka tidak jarang membawakan ayat-ayat ataupun hadits-hadits shahih yang masih bersifat umum yang menganjurkan seorang muslim untuk bershalawat atau berdzikir.
b. Hikayat-hikayat dusta yang menceritakan tentang keutamaan-keutamaan membaca shalawat tertentu.

Di antara shalawat yang sangat terkenal di tengah kaum muslimin adalah shalawat Al Faatih yang apabila membacanya mendapatkan keutamaan seperti membaca Al Qur?an sebanyak 6000 kali, shalawat Nariyah yang apabila membacanya sebanyak 4444 kali maka hajatnya akan terpenuhi atau terlepas dari kesulitan, dan juga beberapa shalawat lainnya yang kental dengan nuansa kesyirikan di dalam kitab Dalaailul Khairaat karya Muhammad bin Sulaiman Al Jazuli yang sering dibaca sebagian kaum muslimin terutama pada hari Jum?at.
(Untuk lebih rincinya, insya Allah akan diangkat topik ?Sufi dan Shalawat-shalawat Bid?ah Mereka?)

HADITS-HADITS LEMAH DAN PALSU YANG TERSEBAR DI KALANGAN UMAT
Hadits Ibnu Umar  :
مَنْ زَارَ قَبْرِيْ وَجَبَتْ لَهُ شَفَاعَتِيْ
?Barangsiapa yang menziarahi kuburku maka berhak baginya syafa?atku?
Keterangan:
Hadits ini mungkar karena di dalam sanadnya terdapat seorang perawi yang bernama Musa bin Hilal Al ?Abdi. Beberapa ulama ahli hadits seperti Abu Hatim, Al Bukhari, An Nasai, Al Hakim, Ibnu Abdil Hadi, Ibnu Hajar dan Al Baihaqi sendiri (yang meriwayatkan hadits tersebut) mengkritik perawi tersebut. Asy Syaikh Al Albani menyatakan bahwa hadits tersebut mungkar. (Irwa?ul Ghalil no. 1128)

Hadits-hadits yang semakna dengan hadits di atas kerapkali dibawakan para tokoh Sufi didalam mengajak kaum muslimin untuk meyakini adanya keutamaan tertentu di dalam menziarahi makam beliau, sampai akhirnya mengkultuskan beliau seperti bertawasul atau berdoa kepada beliau dan mengkeramatkan makam beliau.
Adapun ziarah ke kubur beliau dan juga selain beliau maka hal ini diperbolehkan selama dengan tujuan dan cara yang diajarkan Rasulullah Shalallahu?alaihi Wassallam.

(Sumber : Buletin Islam Al Ilmu Edisi 49/II/III/ 1426, Jember.
 
Tasawuf dan Wali

Mengangkat tema tasawuf dan kaum Sufi terasa hampa dan kosong tanpa mencuatkan pemikiran mereka tentang wali dan demikian juga karamah. Pasalnya, mitos ataupun legenda lawas tentang wali dan karamah ini telah menjadi senjata andalan mereka didalam mengelabui kaum muslimin. Sehingga dalam gambaran kebanyakan orang, wali Allah adalah setiap orang yang bisa mengeluarkan keanehan dan mempertontonkannya sesuai permintaan. Selain itu, dia juga termasuk orang yang suka mengerjakan shalat lima waktu atau terlihat memiliki ilmu agama. Bagi siapa yang memililki ciri-ciri tersebut, maka akan mudah baginya untuk menyandang gelar wali Allah sekalipun dia melakukan kesyirikan dan kebid?ahan.

WALI MENURUT AL QUR?AN DAN AS SUNNAH
Adalah perkara yang lumrah bila kita mendengar kata-kata wali Allah. Di sisi lain, terkadang menjadi suatu yang asing bila disebut kata wali setan. Itulah yang sering kita jumpai di antara kaum muslimin. Bahkan sering menjadi sesuatu yang aneh bagi mereka kalau mendengar kata wali setan. Fakta ini menggambarkan betapa jauhnya persepi saudara kita kaum muslimin dari pemahaman yang benar tentang hakikat wali Allah dan lawannya, wali setan. Padahal Allah telah menetapkan bahwa wali itu ada dua jenis yaitu:
-wali Allah
-wali setan
Allah berfirman (artinya): ?Ingatlah sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran pada mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. Yaitu orang-orang yang beriman dan bertakwa.? (Yunus:62-63)

Dia berfirman tentang wali setan (artinya): ?Sesungguhnya Mereka tidak lain adalah setan yang menakut-nakuti wali-walinya (kawan-kawannya), karena itu janganlah kalian takut kepada mereka jika kalian benar-benar orang yang beriman.? (Ali Imran:175)
Dari kedua ayat ini jelaslah bahwa wali Allah itu adalah siapa saja yang beriman dan bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya. Sedangkan wali setan itu adalah lawan dari mereka.

Al Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan: ?Wali-wali Allah adalah mereka yang beriman dan bertakwa sebagaimana telah dijelaskan oleh Allah tentang mereka, sehingga setiap orang yang bertakwa adalah wali-Nya.? (Tafsir Ibnu Katsir 2/422). Al Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan: ?Wali Allah adalah orang yang berilmu tentang Allah dan dia terus-menerus diatas ketaatan kepada-Nya dengan penuh keikhlasan.? (Fathul Bari 11/ 342).

Didalam ayat yang lainnya Allah menyatakan bahwa wali Allah itu tidak mesti ma?shum (terpelihara dari kesalahan). Dia berfirman (artinya): ?Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, maka mereka itulah orang-orang yang bertakwa. Mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki disisi Rabb mereka. Itulah balasan bagi orang-orang yang berbuat baik. Agar Allah akan mengampuni bagi mereka perbuatan paling buruk yang mereka kerjakan kemudian membalas mereka dengan ganjaran yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.? (Az Zumar: 33-35)

KARAMAH MENURUT AL QUR?AN DAN AS SUNNAH
Demikian juga halnya, Allah dan Rasul-Nya menerangkan bahwa karamah itu memang ada pada sebagian manusia yang bertakwa, baik dimasa dahulu maupun dimasa yang akan datang sampai hari kiamat. Diantaranya apa yang Allah kisahkan tentang Maryam didalam surat Ali Imran: 37 ataupun Ashhabul Kahfi dalam surat Al Kahfi dan kisah pemuda mukmin yang dibunuh Dajjal di akhir jaman (H.R. Al Bukhari no. 7132 dan Muslim no. 2938). Selain itu, kenyataan yang kita lihat ataupun dengar dari berita yang mutawaatir bahwa karamah itu memang terjadi di jaman kita ini.

Adapun definisi karamah itu sendiri adalah: kejadian diluar kebiasaan yang Allah anugerahkan kepada seorang hamba tanpa disertai pengakuan (pemiliknya) sebagai seorang nabi, tidak memiliki pendahuluan tertentu berupa doa, bacaan, ataupun dzikir khusus, yang terjadi pada seorang hamba yang shalih, baik dia mengetahui terjadinya (karamah tersebut) ataupun tidak, dalam rangka mengokohkan hamba tersebut dan agamanya. (Syarhu Ushulil I?tiqad 9/15 dan Syarhu Al Aqidah Al Wasithiyah 2/298 karya Asy Syaikh Ibnu Utsaimin)

APAKAH WALI ALLAH ITU MEMILIKI ATRIBUT-ATRIBUT TERTENTU?
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menyatakan bahwa wali-wali Allah itu tidak memiliki sesuatu yang membedakan mereka dengan manusia lainnya dari perkara-perkara dhahir yang hukumnya mubah seperti pakaian, potongan rambut atau kuku. Dan merekapun terkadang dijumpai sebagai ahli Al Qur?an, ilmu agama, jihad, pedagang, pengrajin atau para petani. (Disarikan dari Majmu? Fatawa 11/194)

APAKAH WALI ALLAH ITU HARUS MEMILIKI KARAMAH? LEBIH UTAMA MANAKAH ANTARA WALI YANG MEMILIKINYA DENGAN YANG TIDAK?
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menyatakan bahwa tidak setiap wali itu harus memiliki karamah. Bahkan, wali Allah yang tidak memiliki karamah bisa jadi lebih utama daripada yang memilikinya. Oleh karena itu, karamah yang terjadi di kalangan para tabi?in itu lebih banyak daripada di kalangan para sahabat, padahal para sahabat lebih tinggi derajatnya daripada para tabi?in. (Disarikan dari Majmu? Fatawa 11/283)

APAKAH SETIAP YANG DILUAR KEBIASAAN DINAMAKAN DENGAN ?KARAMAH??
Asy Syaikh Abdul Aziz bin Nashir Ar Rasyid rahimahullah memberi kesimpulan bahwa sesuatu yang diluar kebiasaan itu ada tiga macam:
-Mu?jizat yang terjadi pada para rasul dan nabi
-Karamah yang terjadi pada para wali Allah
-Tipuan setan yang terjadi pada wali-wali setan
(Disarikan dari At Tanbihaatus Saniyyah hal. 312-313).

Sedangkan untuk mengetahui apakah itu karamah atau tipu daya setan tentu saja dengan kita mengenal sejauh mana keimanan dan ketakwaan pada masing-masing orang yang mendapatkannya (wali) tersebut. Al Imam Asy Syafi?i rahimahullah berkata: ?Apabila kalian melihat seseorang berjalan diatas air atau terbang di udara maka janganlah mempercayainya dan tertipu dengannya sampai kalian mengetahui bagaimana dia dalam mengikuti Rasulullah .? (A?lamus Sunnah Al Manshurah hal. 193)

WALI DAN KARAMAH MENURUT KAUM SUFI
Pandangan kaum Sufi tentang wali dan karamah sangatlah rancu, bahkan menyimpang dari Al Qur?an dan Sunnah Rasulullah. Diantara pandangan mereka adalah sebagai berikut:

1. Wali Adalah Gambaran Tentang Sosok Yang Telah Menyatu Dan Melebur Diri Dengan Allah Subhanahu Wa Ta?ala.
Hal ini sebagaimana yang dinyatakan oleh Al Manuufi (dedengkot Sufi) dalam kitabnya Jamharatul ?Auliya? 1/98-99 (lihat Firaq Mu?ashirah 2/ 699)

2. Gelar wali merupakan pemberian dari Allah Subhanahu Wa Ta?ala yang bisa diraih tanpa melakukan amalan (sebab), dan bisa diraih oleh seorang yang baik atau pelaku kemaksiatan sekalipun. (Lihat Firaq Mu?ashirah 2/701)

3. Wali Memiliki Kekhususan Melebihi Kekhususan Nabi Shalallahu?alaihi Wassallam.
Diantara kekhususan tersebut adalah:
a. Mengetahui apa yang ada di hati manusia sebagaimana ucapan An-Nabhani tentang Muhammad Saifuddin Al Farutsi An Naqsyabandi.
b. Mampu menolak malaikat maut yang hendak mencabut nyawa atau mengembalikan nyawa seseorang. Hal ini diterangkan Muhammad Shadiq Al Qaadiri tentang Asy Syaikh Abdul Qadir Al Jailani.
c. Mampu berjalan di atas air dan terbang di udara. An Nabhani menceritakan hal itu tentang diri Muhammad As Sarwi yang dikenal dengan Ibnu Abil Hamaa?il.
d. Dapat menunaikan shalat lima waktu di Makkah padahal mereka ada di negeri yang sangat jauh. An Nabhani membela perbuatan wali-wali mereka tersebut.
e. Memiliki kesanggupan untuk memberi janin pada seorang ibu walaupun tidak ditakdirkan Allah Subhanahu Wa Ta?ala. Sekali lagi kedustaan Muhammad Shadiq Al Qaadiri tentang Asy Syaikh Abdul Qadir Al Jailani.
(Dinukil dari buku-buku kaum Sufi melalui kitab Khashaa?ishul Mushthafa hal. 280-293).

Dan masih ada lagi keanehan-keanehan yang ada pada tokoh-tokoh atau wali-wali mereka. Subhanallah, semua itu adalah kedustaan yang nyata!! Sebelumnya Ibnu Arabi menyatakan kalau kedudukan wali itu lebih tinggi dari pada nabi. Didalam sebuah syairnya dia mengatakan:
Kedudukan puncak kenabian berada pada suatu tingkatan
Sedikit dibawah wali dan diatas rasul
(Lathaa?iful Asraar hal.49)
Demikian juga Abu Yazid Al Busthami berkata: ?Kami telah mendalami suatu lautan, yang para nabi hanya mampu di tepi-tepinya saja.? (Firaq Mu?ashirah 2/698)

4. Seorang Wali Tidak Terikat Dengan Syariat Islam
Asy Sya?rani menyatakan bahwa Ad Dabbagh pernah berkata: ?Pada salah satu tingkatan kewalian dapat dibayangkan seorang wali duduk bersama orang-orang yang sedang minum khamr (minuman keras), dan dia ikut juga minum bersama mereka. Orang-orang pasti menyangka ia seorang peminum khamr, namun sebenarnya ruhnya telah berubah bentuk dan menjelma seperti yang terlihat tersebut. (Ath Thabaqaatul Kubra 2/41)

5. Seorang Wali Harus Ma?shum (Terjaga Dari Dosa)
Ibnu Arabi berkata: ?Salah satu syarat menjadi imam kebatinan adalah harus ma?shum. Adapun imam dhahir (syariat-pen) tidak bisa mencapai derajat kema?shuman.? (Al Futuuhaat Al Makkiyah 3/183)

6. Seorang Wali Harus Ditaati Secara Mutlak
Al Ghazali berkata: ?Apapun yang telah diinstruksikan syaikhnya dalam proses belajar mengajar maka hendaklah dia mengikutinya dan membuang pendapat pribadinya. Karena, kesalahan syaikhnya itu lebih baik daripada kebenaran yang ada pada dirinya.? (Ihya? Ulumuddin 1/50)

7. Perbuatan Maksiat Seorang Wali Dianggap Sebagai Karamah
Dalam menceritakan karamah Ali Wahisyi, Asy Sya?rany berkata: ?Syaikh kami itu, bila sedang mengunjungi kami, dia tinggal di rumah seorang wanita tuna susila/pelacur.? (Ath Thabaqaatul Kubra 2/135)

8. Karamah Menjadikan Seorang Wali Memiliki Kema?shuman
Al Qusyairi berkata: ?Salah satu fungsi karamah yang dimiliki oleh para wali agar selalu mendapat taufiq untuk berbuat taat dan ma?shum dari maksiat dan penyelisihan syari?at.? (Ar Risalah Al Qusyairiyah hal.150)

Para pembaca, dari bahasan diatas akhirnya kita dapat menyimpulkan bahwasanya pengertian wali menurut kaum sufi sangatlah rancu dan menyimpang, karena dengan pengertian sufi tersebut siapa saja bisa menjadi wali, walaupun ia pelaku kesyirikan, bid?ah atau kemaksiatan. Ini jelas-jelas bertentangan dengan Al Qur?an, As Sunnah dan fitrah yang suci.
Wallahu a?lam bishshawaab.

HADITS-HADITS LEMAH DAN PALSU YANG TERSEBAR DIKALANGAN UMAT
Hadits Ubadah bin Shamit :

الأَبْدَالُ في هَذِهِ الأُمَّةِ ثَلاَثُوْنَ ?
?Wali Al Abdaal di umat ini ada 30 orang??
Keterangan:
Asy Syaikh Al Albani rahimahullah banyak membawakan hadits tentang wali Al Abdaal didalam Silsilah Adh Dha?ifah hadits no. 936, 1392, 1474, 1475, 1476, 1477, 1478, 1479, 2993, 4341, 4779 dan 5248.
Beliau mengatakan bahwa seluruh hadits tentang wali Al Abdaal adalah lemah, tidak ada satupun yang shahih. (Lihat pembahasan ini lebih detailnya didalam Majmu? Fatawa 11/433-444)
 
Hanya orang tasauf yg dpt membaca

hadist Rasullullah :

Dalam tubuh anak Adam ada daging dalamnya ada Hati dalm hati ada lubuk hati didalamnya rahasia didalam rahasia ada nyawa didlmnya ada Nur Ilahi yang tersembunyi didalamnya lagi ada Aku
 
Re: Hanya orang tasauf yg dpt membaca

Aku = Muhammad SAW????

Bukankah seharusnya lebih tepatnya; di dalam Aku terdapat Nur Ilahi, dan bukan sebaliknya.... Allah ada dimana-mana, bahkan lebih dekat dari urat nadi kita masing-masing, baik itu muslim maupun non-muslim.

Bukankah di dalam Al Qur'an telah disebutkan bahwa Nabi Muhammad hanyalah manusia biasa..... dan Tidak ada sesuatu pun yang menyerupai Allah baik itu secara wujud maupun sifatnya, atau entah apapun itu istilah atau namanya.
 
Re: Hanya orang tasauf yg dpt membaca

apa yang tlah sy tuliskan tak dapat diputar balikkan.setelah Adam mengakui kesalahannya,maka dia berdoa kepada ALLAH.Ya Allah maafkanlah hamba dengan kebenarannya Muhammad,Allah menjawab :darimana km tau wahai Adam tentang Muhammad sedang Aku belum menzohirkannya,Adam berkata: aku melihat di pintu Ars tulisan LaailahaIllallah Muhammaddarasullullah.AllAh:benar wahai Adam sesungguhnya Muhammad adalh hambaku yang paling kukasihi apabila kamu meminta dengan kebenaran Muhammad maka kukabulkan doamu.inilah yang disebutbertawassul
 
Re: Tasawuf dan Wali

Saudaraku yang seIman, menurut pendapat saya alangkah tidak baiknya dan tidak fairnya kita, bila kita membuat sebuah kesimpulan akan sesuatu hal, terutama hal tersebut berhubungan erat dengan masalah rasa dan pengalaman. seperti halnya tentang pengertian Wali atau masalah kewalian. Saudaraku janganlah kita mengkalim bahwa pandangan kaum sufi itu sudah menyimpang dan bahkan mungkin dapat menyesatkan, hanya dengan kita mengutip-beberapa pernyataan yang menurut pendapat kita itu sudah menyimpang, tanpa kita selidiki pernyataan sebagian kaum sufi itu sudah jelas kebenarannya memang seperti itu redaksinya atau ada yang ditambah atau dikurang, atau mungkin seperti itu redaksinya tapi sipembuat pernyataan itu kondisinya dalam keadaan bagimana ? hal tersebut akan amat sulit kita klarifikasi. Jadi menurut saya marilah kita berhati legowo untuk berusaha bersikap berbuat jangan sampai membuat orang tersinggung, dan tidak terlalu cepat membuat kesimpulan terhadap suatu hal yang pada hakikatnya kia sendiri tidak memahaminya.saya pernah mendenga sebuah pernyataan dari kaum sufi, bahwa mereka menyatakan "Orang yang belum merasakan maka sesungguhnya dia itu belum tahu ". hal tersebut disebutkannya berkaitan dengan masalah beragama, bertuhan, beribadah dan segala yang berhubungan dengan masalah keimanan. mohon maaf saya atas komentar ini, karena saya juga masih belajar jadi mari kita sama-sama berdiskusi demi menambah pengetahuan dan mencari kebenaran, insya Allah , kita diampuni. Amin.Wassallam.
 
Assalamu 'alaikum Wr.wb.
Saudaraku, mas andy, dari kutipan-kutipan anda ini, saya memperoleh kesan begitu bencinya mas andy dengan ilmu Tasawuf dan sufi. namun apakah mas andy pernah belajar tasawuf ?, kutipan tulisan-tulisan itu sangat jelas bermaksud menyudutkan orang-orang yang mempelajari Ilmu Tasawuf, terus pada tulisan2, tersebut jelas sekali divonis orang-orang sufi zaman dahulu dan sekarang adalah sesat dan bid'ah. Menurut mas andy, apakah orang yang menulis artikel atau buku yang disebutkan diatas dan orang2 yang menyebarkannya udah pasti tidak sesat ?, dan sudah yakin berada pada jalan yang benar ?, jangan2 mungkin bahkan lebih sesat lagi?,
mohon maaf mas, kalo menurut pendapat saya, hal-hal yang menyangkut urusan yang berhubungan dengan masalah-masalah kerohanian ( Methafisika = ghaib) yang dipelajari dalam ilmu tasauf sangat sulit dikomentari, oleh orang yang kurang memahami apalagi tidak merasakan dan mengalaminya, jadi hal-hal tersebut tidak usahlah di publikasi, ntar bisa-bisa kita ikut-ikutan berdosa karena membantu menyebarkannya, pdahal isinya kita tidak tahu pasti tentang kebenarannya. Setahu saya tidaklah persis seperti yang diceritakan pada kutipan2 tersebut, sesungguhnya orang yang memahami betul Ilmu tasauf, mereka tidak akan pernah cerita apalagi mempublikasakannya, sebab kauh sufi itu salah satu cirinya adalah tidak banyak ber bicara, dan tidak akan menceritakan pengalaman kerohanianya pada orang lain.
Jika mas andy nantinya berkenan diskusi lebih lanjut saya akan mencoba memberikan sedikit penjelasan sebatas yang saya tahu kepada mas andy. Trimakasih.
 
menurut saya,tasawuf/sufisme bukan dari islam.. sebelum saya breakdown, saya pengen tahu

apa yang menyebabkan para saudara2 penganut aliran sufi/tasawuf, MENGIRA itu dari rasulullah SAW?
 
Yang pasti, siapapun anda, dari golongan apapun (baik itu tasawuf, wahabi, NU, Muhammadiyah, ahmadiyah, dll) yang menganggap ada manusia (termasuk N Muhammad) yang memiliki sifat ketuhanan (ilahiyah), maka telah kafir.

:mad:
 
menurut saya,tasawuf/sufisme bukan dari islam.. sebelum saya breakdown, saya pengen tahu

apa yang menyebabkan para saudara2 penganut aliran sufi/tasawuf, MENGIRA itu dari rasulullah SAW?


Terus Kalo menurut abang bukan dari Islam darimana ya ?.. kok cerita sufi itu adanya di kalangan Islam ?, Trus Gimana Menurut Abang, Kalo bukan dari Islam Berarti Imam Ghazali Itu .....?, Trus apa menurut abang para Imam-Imam Terdahulu itu .... tidak mempelajari apakah ini bersumber dari Islam atau bukan ?, apalagi kalo berbicara soal bertuhan ?, darima kita peroleh ilmunya kalo bukan dari Ilmu tasauf/ sufi ?, soalnya saya lagi belajar mau mengenal diri, dan agar dapat mengabdi dengan benar kepada Allah Swt. Toloong bantu yaaaa,,,,,,!:gift:
 
intinya tasawuf adalah bagian dari pengkajian TAUHID,
permulaan yang di kaji dalam ialah meng-kaji diri kita dulu.
------ siapa kita (manusia) ------
------ siapa pencipta kita manusia ( ALLAH )----
------ apa kewajiban manusia -----
-------apa hak manusia -----
dst

kiranya ada ikhwa2 di sini yang kontra dgn kaum "tasawuf",
cobalah membuka wawasan, marilah sama-sama kita mencari tahu dulu,,,ikutin dulu pengajian tasawuf itu,
tapai syaratnya mo belajar apaun itu ' BAWALAH WADAH YANG KOSONG "
jgn mebantah dulu,,,rasakan dulu ,,, manis kah ??? pahitkah ???
selanjutnya keputusan di tangan anda sendiri apa mau trus atau stop.
karena pembuktian kebenaran itu bukan cuma dari setumpuk buku yang di karang oleh orang2 yang bergelar syekh ataupun kyai ga ga jelas.

mungkin saudara di sini lebih tertarik dgn pengajian tauhid ? atau lainnya,,,di persilahkan
karena kita disini semua nya islam dengan tujuan yg sama tentunya mencapai keridhoan ALLAH,

afwan
 
Last edited:
intinya tasawuf adalah bagian dari pengkajian TAUHID,
permulaan yang di kaji dalam ialah meng-kaji diri kita dulu.
------ siapa kita (manusia) ------
------ siapa pencipta kita manusia ( ALLAH )----
------ apa kewajiban manusia -----
-------apa hak manusia -----
dst

kiranya ada ikhwa2 di sini yang kontra dgn kaum "tasawuf",
cobalah membuka wawasan, marilah sama-sama kita mencari tahu dulu,,,ikutin dulu pengajian tasawuf itu,
tapai syaratnya mo belajar apaun itu ' BAWALAH WADAH YANG KOSONG "
jgn mebantah dulu,,,rasakan dulu ,,, manis kah ??? pahitkah ???
selanjutnya keputusan di tangan anda sendiri apa mau trus atau stop.
karena pembuktian kebenaran itu bukan cuma dari setumpuk buku yang di karang oleh orang2 yang bergelar syekh ataupun kyai ga ga jelas.

mungkin saudara di sini lebih tertarik dgn pengajian tauhid ? atau lainnya,,,di persilahkan
karena kita disini semua nya islam dengan tujuan yg sama tentunya mencapai keridhoan ALLAH,

afwan

:mantapp: Setuju banget....., Orang yang belum merasakan, sesungguhnya dia belum tahu. Gua senang banget ada teman yang sepaham. Ok Trims. kita lanjut lagi yah...
:)
 
tassawuf bukanlah dari islam

Assalamu'alaikum

Maaf ya, saya baru bisa reply, karena sibuk dengan pekerjaan, bahkan saya sempet lupa pernah posting disini.

pertama, saya ingin mengingatkan kepada saudara-saudara muslim tentang firman suci Allah SWT:
17_36.png

walaa taqfu maa laysa laka bihi 'ilmun inna alssam'a waalbashara waalfu-aada kullu ulaa-ika kaana 'anhu mas-uulaan

?Dan jangan kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, pengelihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggung jawabannya? QS.Al-Isr?[17]:36

Demikian juga masalah tasawuf, mendalaminya tidak boleh dengan cara mengikut saja, kita harus mengetahui darimana datangnya hal itu. Inilah yang di ingatkan allah SWT dalam QS. Al-Isra' 36, bukankah kita dianugerahi akal dan fikir untuk mencari pengetahuan, kebenaran?!

Baiklah, akan saya breakdown beberapa point keberatan mas sajidin, tapi sebelum saya jelaskan, yang ingin saya tekankan... adalah; apakah esensi ajaran islam itu sendiri? rukun iman dan rukun islam kiranya cukup jadi pegangan. Untuk lebih dekat dan dalam dengan kalimat kaffah, mutlak kiranya tidak boleh bercampur dengan pemikiran dari non-islam.

sebagai tambahan penjelasan mas @andi_baex saya lihat cukup baik.

baik saya mulai:

Terus Kalo menurut abang bukan dari Islam darimana ya ?.. kok cerita sufi itu adanya di kalangan Islam ?, Trus Gimana Menurut Abang, Kalo bukan dari Islam Berarti Imam Ghazali Itu .....?
Pertama, semoga Allah SWT menjauhkan saya dari menghujat para ulama-ulama yang memiliki ilmu, apa yang saya kemukakan berdasarkan analisis dan diskusi dengan teman-temen yang pernah bergelut dengan dunia 'sufi' (tapi dia bukan islam), dan saya takjub mengetahui begitu banyak persamaannya, kalau tidak mau dikatakan PERSIS.

Maka, dengan beritikad baik, saya menggali jalur-jalur yang mengatakan bahwa tasawuf atau sufi adalah bagian islam.

Saya akan membahas dari akar kata dulu:

Tassawuf, berasal dari kata Sufi, dan diduga berasal dari Ibnu Shauf, yang sudah dikenal sejak sebelum islam sebagai gelar dari anak arab yang saleh, yang sering mengasingkan diri dekat Ka'bah. Tapi itu tidak benar, sebab Nabi SAW pada saat bertahannuts di gua hira tidak mengikuti pola tahannuts Ibnu Shauf.

Bisa jadi akar kata sufi berasal dari Shufah, dipergunakan untuk nama ijazah orang naik haji. Mungkin karena berasal dari kata kerja shafa yang berarti bersih dan suci.

tak tertutup kemungkinan pula berasal dari bahasa yunani, sophia; yang berarti hikmat atau filsafat. ini saya pandang lebih mendekati kebenaran, sebab sumber pemikiran islam, setelah quran dan hadist merujuk pada negara-negara syria, persia dan mesir yang masih merujuk pada filosofi yunani (platonis, neoplatonis) dan yang paling berpengaruh adalah filosofi PANTHESIM, DAN EMANASI yang di ajarkan dalam kristen. apa itu, panthesim dan emanasi? insya allah akan saya kupas di bagian berikutnya.

Tapi ada pendapat yang dirajihkan oleh Ibn Thaimiyah, bahwa sufi itu bernisbat kepada pakaian dari suf (bulu domba yang kasar)

Jadi, pada masa lalu, suf adalah bentuk pengakuan orang-orang yang mengaku zuhud*, dengan menampilkan kehidupan yang penuh penderitaan dan penuh kesusahan.
*di point zuhud, sendiri bisa dijadikan bahasan yang cukup panjang, insya allah akan saya pisah saja ya..


Sedangkan definisi Tasawuf menurut Harun Nasution, adalah upaya mendekatkan diri dengan Tuhan itu, dan dapat mengambil bentuk ittihad (bersatu dengan Tuhan)

dan ada banyak lagi, bahkan Al-Junaid mengatakan: Tassawuf adalah tuhan yang menjadikan kamu mati untuk hidup kembali di dalam-Nya."

Maka dapatlah diambil kesimpulan, bahwa tassawuf adalah: usaha yang sungguh-sungguh dengan jalan mengasingkan diri sambil bertafakur (kontempelasi), melepaskan diri dari segala sifat duniawi dan memusatkan diri hanya pada Tuhan sehingga bersatu dengan-Nya.

Aboebakar Atjeh menyatakan: "bagaimanapun diputarbalikan, bagaimanapun disalurkan dengan kalimat-kalimat yang tersirat indah, bagi orang sufi, Tuhan dan manusia itu adalah satu. Mereka beranggapan bahwa Tuhan tidak dapat dipisahkan dari dirinya. Tuhan bagi sudi tidak hanya berada di langit tapi timana saja. oleh karena itu, para sufi melihat Tuhan dalam segala keadaan gaib dan tidak gaib, didalam dirinya atau diluar dirinya. orang sufi yakin bahwa kemana saja mukanya dipalingkan, disitu tuhan berada. Orang sufi tidak memiliki mata, yang ada hanya mata tuhan; ia tidak mempunyai anggota yang bergerak, jika tidak digerakkan oleh Tuhan; tidak ada bentuk yang bukan bentuk tuhan."

intinya: al-wahdah wal-wujud, atau al-hulul atau al-ittihad semua itu bermuara pada pantheism-emanasi(bersatunya kembali manusia dengan tuhan) yang sama.. dari Hindu-Budha yang kemudian di serap Kristen, dan orang-orang Islam masa lalu dengan gamang mengikuti pula.
(na'udzubilah)

Mas Sajidin, jika mas mencari literatur yang berkenaan dengan sejarah tasawuf ini, akan sangat banyak sekali. dan ini mungkin mengejutkan anda.

Secara history dapatlah ditelusuri, interaksi orang-orang Arab dan kaum Nasrani pada masa jahiliyah maupun masa Islam, menjadi titik tolak.

Adanya segi kesamaan antara kehidupan para Asketis atau sufi, dalam hal ajaran serta tata cara melatih jiwa (riyadhah) dan mengasingkan diri (khalwat) dengan kehidupan almasih dan ajaran-ajaranya, serta dengan para rahib dalam cara mereka bersembayang dan berpakaian.

Jadi bisa dikatakan, kaum asketis arab tumbuh secara lokal kemudian mengembangkan dirinya tanpa lepas dari pengaruh lain (kristen) yang lebih dulu ada sebelum islam. Sebagaimana yang diketahui, kependetaan kristen cukup dikenal oleh orang arab sepanjang gurun sinai dan syria.

Dari sisi histori ini, kita bisa mengambil dugaan bahwa yang memberi inspirasi asketisisme pada generasi pertama apa asketis islam adalah biarawan kristen.

baiklah.. saya akan masuk dalam esensi tasawuf itu apa:
sebagai orang yang mengerti sepintas kilas sufi atau tasawuf, tentunya mas sajidin mengenal tokoh-tokoh yang pernah mengatakan, "ana-al Haq"(akulah kebenaran itu)-al-Hallaj, terus "manunggaling kawulo gusti" (bersatunya manusia dengan tuhan)-syeh siti jenar..

apa yang mereka anut, benar-benar serupa dengan teroi platonis dalam filsafat monisme.
1. jalan menurun dengan emanasi: tuhan->akal->jiwa-> univerum yang serba berbeda
2. jalan menaik dengan pantehism yaitu bersatunya kembali jiwa manusia dengan tuhan: jiwa manusia->jiwa->akal->tuhan.

dan panthesime inilah, jalan yang ditempuh oleh tasawuf.
---------
sementara segini dulu ya... mohon maaf karena keterbatasan waktu, dan mas Sajidin... jangan buru-buru mengambil kesimpulan pendek bahwa jika tasawuf memang bukan dari islam, maka Al-Ghazali itu bukan islam... :) bukan seperti itu, pernah baca buku tentang: kegundahan hati al-Ghazali? coba anda resapi dulu, mencapai kaffah dengan filsafat itu sulit.... cenderung tersesat..

Bukankah rasulullah sudah mengajarkan kaffah dan mendekatkan diri yang lebih baik?

insya allah akan saya sambung lagi postingan saya ini... (masih panjang)

Trus apa menurut abang para Imam-Imam Terdahulu itu .... tidak mempelajari apakah ini bersumber dari Islam atau bukan ?, apalagi kalo berbicara soal bertuhan ?, darima kita peroleh ilmunya kalo bukan dari Ilmu tasauf/ sufi ?, soalnya saya lagi belajar mau mengenal diri, dan agar dapat mengabdi dengan benar kepada Allah Swt. Toloong bantu yaaaa,,,,,,!:gift:

bagian ini akan saya jadikan PR untuk postingan berikutnya ya...

wassalam
 
Ass. mengenai koment diatas menurut sy jangan sekali-kali memberi komen jika belum tau atau mempelajari ilmunya dulu, sy yg mengetahui sedikit tentang Tasauf jd ketawa sendiri mengenai komen anda, apalagi sampai menganggap orang tasauf sesat apalagi bukan Islam , yg jelas sy jd bertanya apakah anda seorang muslim ?
 
Ass. mengenai koment diatas menurut sy jangan sekali-kali memberi komen jika belum tau atau mempelajari ilmunya dulu, sy yg mengetahui sedikit tentang Tasauf jd ketawa sendiri mengenai komen anda, apalagi sampai menganggap orang tasauf sesat apalagi bukan Islam , yg jelas sy jd bertanya apakah anda seorang muslim ?
 
kalo belum mempelajari Tasauf jangan pernah mengatakannya sesat. pelajari, pahami, pikirkan, karena ilmu Tasauf merupakakan Rahasia Tuhan hanya bagi yang dikehendakinya, ntar bukan dpt pahala malah dosa
 
Back
Top