Hakikat Tasawuf Dan Sufi

Bls: Hakikat Tasawuf Dan Sufi

ALLAH BERADA DI BUMI MENJELANG KIAMAT!!!!

Tenang-tenangkan diri...
Sila layari manatuhanallah.wordpress.com

Setelah layari,sila buat rujukkan ke jabatan agama tempatan untuk rujukan susulan ke jabatan agama islam Malaysia,sebelum membuat sebarang penilaian...

- Terima Kasih

Krulayar
 
Bls: Hakikat Tasawuf Dan Sufi

Maap para senior-senior disini, boleh ikut bertanya ga ?
mau tanya donk, banyak yang bilang tasawuf itu sesat, bener ga ? trus sesatnya dari sudut pandang apa ? akidahkah atau akhlaq kah atau syariat kah ?

Terima kasih sudah di ijinkan bertanya :)

Ilmu tasawuf tidak sesat, tapi yang sesat itu adalah orang nya (orang yang belajar tasawuf kepada guru yang bukan ahli tasawuf atau para murid yang salah dalam melaksanakan tuntunan gurunya yang ahli tasawuf) :)(

Saya sendiri bukan orang tasawuf dan saya tidak menggunakan istilah itu. saya lebih suka menggunakan istilah Tauhid atau Hakikat karena ilmu tasawuf termasuk dalam bidang Tauhid.

Dalam ajaran Islam, Syariat dan Hakikat/Tauhid itu tidak bisa dipisahkan dan harus dijalankan bersama-sama.
Syariat tanpa Hakikat maka akan sia-sia, sebaliknya Hakikat tanpa syariat maka akan hancur.

Terjadinya perdebatan atau perselisihan antara orang yang hanya menjalankan syariat dan orang yang hanya menjalankan hakikat/tauhid atau tasawuf, itu karena mereka tidak menempatkan suatu masalah/bidang pada tempatnya. Mereka mencampur adukkan bidang syariat dengan bidang hakikat dan menjadikanya suatu perdebatan. padahal bidang syariat dan kakikat itu jelas berbeda.

Jadi kalau ada pertanyaan dibidang syariat, ya harus dijawab dengan bidang syariat bukan dengan bidang hakikat. Begitu juga sebaliknya kalau ada pertanyaan dibidang hakikat harus dijawab dengan bidang hakikat bukan dengan syariat. Bagaimana mungkin mereka bisa menemukan sebuah kesepakatan padahal kedua bidang ilmu tadi sudah jelas berbeda.

Dalam ajaran Islam, Syariat dan Hakikat/Tauhid itu tidak bisa dipisahkan dan harus dijalankan bersama-sama.
Syariat tanpa Hakikat maka akan sia-sia, sebaliknya Hakikat tanpa syariat maka akan rusak/hancur.

Dibawah ini adalah salah satu contoh kenapa kita harus menjalankan syariat dan hakikat secara bersamaan.

Hadits:
Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob radiallahuanhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya setiap amal perbuatan itu tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang akan dibalas berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan". (HR. Bukhori dan Muslim)

Yang dimaksud amal perbuatan disini adalah perbuatan baik yang tidak melanggar hukum agama, karena itu digunakan kata amal. Adapun perbuatan buruk, niat baiknya tidak akan merubah buruknya menjadi baik.

Catatan :
Hadits ini merupakan salah satu dari hadits-hadits yang menjadi inti ajaran Islam.
Imam Ahmad dan Imam syafi’i berkata: Dalam hadits tentang niat ini mencakup sepertiga ilmu. Sebabnya adalah bahwa perbuatan hamba terdiri dari perbuatan hati, lisan dan anggota badan, sedangkan niat merupakan salah satu dari ketiganya.
Diriwayatkan dari Imam Syafi’i bahwa dia berkata: Hadits ini mencakup tujuh puluh bab dalam fiqh.

Pelajaran apa yang terdapat dalam Hadits diatas?
1.Niat merupakan syarat diterima atau tidaknya amal perbuatan, dan amal ibadah tidak akan dinilai sebagai ibadah kecuali berdasarkan niat yang Ikhlas (karena Allah ta’ala).
2.Waktu pelaksanaan niat dilakukan pada awal ibadah dan tempatnya di hati.
3. Ikhlas dan membebaskan niat semata-mata hanya karena Allah ta’ala dituntut pada semua amal shaleh dan ibadah.
4. Semua pebuatan yang bermanfaat dan mubah (boleh) jika diiringi niat karena mencari keridhoan Allah maka dia akan bernilai ibadah.
5. Yang membedakan antara ibadah dan adat (kebiasaan/rutinitas) adalah niat.
6. Hadits diatas menunjukkan bahwa niat merupakan bagian dari iman karena dia merupakan pekerjaan hati, dan iman menurut pemahaman Ahli Sunnah Wal Jamaah adalah membenarkan dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan.

Lebih jelasnya lagi amal/perbuatan itu adalah bidang syariat, sedangkan niat yang ikhlas itu adalah bidang tauhid/hakikat. Jadi amal ibadah (syariat) tanpa dibarengi dengan niat yang ikhlas (hakikat) maka amal ibadah tersebut akan sia-sia karena tidak akan dinilai sebagai ibadah dihadapan Allah SWT. Sedangkan niat (hakikat) tanpa dibarengi dengan amal/perbuatan (syariat) maka akan rusak/hancur karena mereka merasa sudah melakukan suatu hal yang benar padahal mereka tidak melakukan apa-apa, inilah yang menyebabkan timbulnya suatu fitnah.

Sampai disini dulu semoga bisa bermanfaat.
Intinya kita harus menjalankan kedua bidang ilmu tadi yaitu syariat dan hakikat/tauhid dan harus menempatkan kedua bidang ilmu itu pada tempatnya masing-masing (jangan dicampur adukkan). Bidang syariat harus dilaksanakan dengan ketentuan ilmu syariat dan bidang hakikat/tauhid harus dilaksanakan dengan ketentuan ilmu hakikat/tauhid.

Al Mukarrom Romo KH.Abdul Madjid Ma`roef QS.RA menyebutnya "Yukti kuladzi haqqin haqqoh" atau mengisi disegala bidang dan menempatkan bidang-bidang tersebut pada tempatnya masing-masing. Disebutkan disegala bidang berarti tidak terbatas pada bidang agama saja tapi juga bidang-bidang yang lain yang ada di kehidupan kita dan bidang-bidang tersebut harus di isi atau dilaksanakan sesuai dengan bidangnya masing-masing. Seperti bidang syariat/fiqih, tauhid/hakikat, bekerja, bermasyarakat, dll. Seperti soal ini kita harus menempatkannya pada pada forum yang benar jangan ditempatkan di forum marketing. hehehe... jadi ngelantur ya..?:D
 
Back
Top