Selalu Semangat

graphe

New member
Mendekati akhir tahun, Budi semakin hilang semangat. Tidak mungkin
mengejar target bulan ini. Apalagi kalau dihitung-hitung waktu yang
tersisa bulan ini hanya tinggal beberapa hari lagi.
Sebentar lagi banyak calon pelanggan yang berlibur akhir tahun. Budi
kesal. Orang lain senang kalau ada libur panjang, tapi Budi paling
kesal kalau musim liburan tiba. Apalagi libur panjang. Mau
menawarkan produknya kepada siapa?

Semua orang yang dikenalnya pasti pergi berlibur. Kalaupun tidak
libur, biasanya tidak banyak kegiatan di kantor mereka. Biasanya
order ditunda tahun depan.

Pagi ini Budi menghadiri undangan salah seorang teman yang berulang
tahun. Acaranya sederhana saja. Makan pagi ramai-ramai di pinggir
jalan. Menunya bubur ayam lengkap. Enak juga sih, soalnya gratis.

Selesai makan, mereka masih bercakap-cakap dan bercanda. Saat itu
kebetulan di samping mereka terdapat sekelompok orang yang sedang
makan bubur ayam juga.

Dari pembicaraan mereka, agaknya orang-orang itu adalah karyawan
dari sebuah perusahaan yang baru saja selesai mengikuti acara akhir
tahun di perusahaannya. Mereka dari berbagai daerah. Hari ini
sebagian dari mereka akan pulang ke kotanya masing-masing.

Ketika semua sedang berbincang-bincang, tiba-tiba salah seorang dari
mereka melihat seseorang yang baru saja turun dari mobil dan
berjalan memasuki sebuah gedung perkantoran tak jauh dari tempat
mereka makan.

Dia terkejut dan berkata:"Eh, itu dia Bapak Agus. President director-
nya. Wah susah sekali menemui beliau. Sudah tujuh bulan aku belum
juga berhasil menemuinya. Sibuk sekali dia. Presdir sih."

Semua teman-temannya memandangi Bapak Agus yang sedang berjalan
cepat masuk ke gedung. Sambil makan, mereka mengangguk-angguk.

Tiba-tiba, salah seorang dari mereka, seorang ibu yang mungkin
berusia sekitar 50 tahun, langsung berdiri. Dia berdiri dengan mulut
yang masih mengunyah ayam, meninggalkan bubur ayamnya, menyambar
tasnya lalu berlari cepat-cepat ke gedung tersebut.

Semua orang kaget. Tak ada seorang pun dari mereka yang bergerak.
Tak ada seorang pun yang menyusulnya. Semua hanya kaget dan
memandanginya berlari-lari. Beberapa orang menggeleng-gelengka n
kepala.

Budi melihat semua kejadian ini dengan jelas. Budi mencoba meneba-
nebak apa yang sedang dilakukan oleh ibu tadi.

Apa tujuannya masuk ke gedung itu? Apakah ada hubungannya dengan
Bapak Agus itu? Apakah dia akan mengejar dan menjumpai Bapak Agus?
Apakah dia hanya kebetulan saja ingin ke kamar kecil cepat-cepat?
Apakah dia ada janji, dan hampir lupa janjinya? Entahlah.

Budi ingin mengetahui jawabannya. Karena itu Budi memutuskan untuk
menunggu ibu itu kembali. Dia ingin tahu apa yang dilakukannya.

Sekitar 20 menit kemudian, ibu itu kembali ke tempat bubur ayam
sambil tersenyum-senyum. Semua teman-temannya menyambutnya dengan
antusias.

Mereka menanyakan apa yang telah dilakukan ibu itu. Budi juga ingin
tahu. Sambil tersenyum-senyum, ibu itu berkata: "Saya mengejar Bapak
Agus." Teman-temannya kaget. Malah pria yang tadi mengenali Bapak
Agus, terheran-heran: "Hah?? Pak Agus?? Bisa ketemu?"

Berhasil

Ibu itu mengangguk. "Ketemu, dong. Pak Agus sudah masuk lift. Saya
kejar. Hampir saya kejepit pintu lift. Tapi saya berhasil masuk.
Malah Pak Agus yang membantu menahan pintu untuk saya. Jadinya malah
berkenalan di dalam lift."

"Terus bagaimana?" tanya teman-temannya. "Ya, udah. Saya langsung
bilang bahwa saya memang ingin menemui Pak Agus. Jadi saya langsung
meminta waktu untuk bertemu. Eh, dia oke. Asyiiik." Teman-temannya
bertepuk tangan. "Terus bagaimana hasil pertemuannya? " tanya mereka.
Budi semakin tertarik untuk mendengarkan.

"Ya, bagus. Saya langsung presentasi singkat. Dia sih pada dasarnya
oke. Hanya saja dia minta saya presentasi lagi minggu depan di
hadapan para manajernya. Katanya hanya untuk berkenalan dengan
mereka. Soalnya dia juga bilang sudah oke dengan produk kita. Pasti
beli deh!" Teman-temannya bertepuk tangan lagi.

Wah! Budi tercengang melihat peristiwa itu. Ibu yang tadi betul-
betul luar biasa. Sudah tahu Pak Agus sulit ditemui, eh begitu
melihat Pak Agus, dia langsung memanfaatkan kesempatan untuk
menemuinya. Ibu itu bisa menggunakan kesempatan dalam kesempitan.

Dia berpikir cepat, juga segera mengikuti dorongan hatinya, dan
berani langsung bertindak. Pada saat semua orang sedang santai,
bahkan saat itu mereka sedang tidak bekerja, sedang santai, sedang
libur, tapi ibu itu tetap bersemangat tinggi.

Budi sangat senang. Rasanya kepalanya yang tadi kusut jadi ringan,
hatinya menjadi gembira. Semangatnya bangkit kembali. Dia yang
tadinya kesal karena sudah musim liburan, kini melihat bahwa yang
menentukan keberhasilan seseorang bukan suasana atau hari libur,
tapi orang itu sendiri.

Semangat orang itu sendiri. Juga tindakan yang cepat. Ibu itu
berhasil menjual di saat yang tidak disangka-sangka. Bahkan ibu itu
juga tidak menyangka. Dia hanya bermodalkan semangat.

Budi kini sadar. Dia tidak perlu kesal. Tidak perlu frustrasi. Tidak
perlu menyalahkan liburan. Yang penting tetap bersemangat.
Manfaatkan tiap kesempatan. Never give up!!! Whatever happens!!!

Sumber: Selalu Semangat oleh Lisa Nuryanti, Director Expands
Consulting motivator dan praktisi bisnis
 
Back
Top