Tionghoa dan Cawagub DKI Jakarta, Sebuah Harapan

andree_erlangga

New member
Rapat Kerja Daerah Khusus (Rakerdasus) DPD PDI Perjuangan telah berlangsung dua hari yakni 16 dan 17 Desember 2006, yang bertujuan menjaring bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta. Dalam Rakerdasus itu 6 cagub tampil memaparkan visi dan misinya.

Keenam bakal calon gubernur itu 3 di ataranya berasal dari unsur Purnawirawan TNI yakni Bibit Waluyo, Agum Gumelar, Eddy Waluyo, dan 3 Non TNI yakni Fauzi Bowo, Sarwono Kusumatmaja dan Faisal Basri. Juga tampil 10 orang bakal calon wakil gubernur Slamet Kirbiantoro, Djasri Marin, Audi Tambunan, Maringan Pangaribuan, Eddy Syahrial, Prabowo Soenirman, Rano Karno, Biem Benyamin, H Sudarto dan Eddie Kusuma, satu-satunya dari Etnis Tionghoa.

Desas-desus pun muncul di tengah masyarakat Tionghoa karena tampilnya seorang Tionghoa yang bernama Eddie Kusuma. Berbagai tanggapan baik pro maupun kontra terjadi terhadap dirinya, namun kesimpulan pro dan kontro hanya mempersoalkan etnistas kehadirannya, seorang Tionghoa ikut dalam Pilkada DKI Jakarta.

Masyarakat Tionghoa di Jakarta terdapat 3 kelompok di bidang politik, mereka adalah kelompok emosional dengan etnistasnya yang disebut juga kalangan emosional; kelompok rasional yakni kaum terpelajar dan kelompok apatis yang tidak mau tahu urusan politik.

Kelompok emosional seharusnya lebih besar daripada kelompok rasional yang sesungguhnya kedua kelompok ini sangat minum jumlahnya, katakanlah paling banyak pun hanya 25 persen jumlah seluruh komunitas Tionghoa yang ada di Jakarta.

Yang 75 persen adalah kelompok apatis, yakni pedagang, ibu rumah tangga, dll. (berpolitik.com)

Sekarang menjadi pertanyaan, apakah Eddie Kusuma mewakili etnis Tionghoa dalam Pilkada masih relevan?
 
Back
Top