nurcahyo
New member
Apakah Setiap Perdarahan Otak Harus Dioperasi?
Oleh: Dr. Handrawan Nadesul, Dokter Umum
Kasus:
?Dokter saya mau tanya apakah setiap kasus perdarahan otak selalu harus dioperasi? Soalnya ada teman yang di operasi hanya dari melihat hasil CT-Scan saja. Apa memang begitu?? (Rob. Jw., Bandung)
Jawaban:
Tergantung di Mana
Perdarahan otak biasanya disebabkan oleh serangan stroke. Ada salah satu cabang pembuluh darah otak yang pecah, dan bekuan darah yang tumpah menekan bagian tertentu dari otak. Tergantung bagian otak mana yang tertekan sehingga mengganggu fungsinya, dan seberapa besar bekuan darah yang terbentuk, dokter akan mempertimbangkan untuk mengangkatnya atau membiarkannya saja.
Perdarahan otak, kita tahu, bisa terjadi di bagian otak mana saja. Perdarahan di batang otak, misalnya, tentu lebih berat dibanding di lokasi lain karena pusat vital berada di sana, selain pusat kesadaran. Kasus demikian sering menjadi kedaruratan medis agar tidak menyisakan kecacatan permanen.
Prinsipnya, bila bekuan darah dalam otak masih kecil dan dinilai tidak progresif menjadi bertambah besar serta pada wilayah otak yang kurang begitu vital, biasanya tubuh akan menyerapnya sendiri. Perdarahan otak dengan bekuan yang relatif besar, terlebih di lokasi vital otak, tentu perlu diangkat, bahkan mungkin harus segera.
Perdarahan otak juga bisa terjadi pada kasus memar otak, tumor otak, selain pada kelainan pembuluh darah otak. Pada orang yang sebetulnya tidak berisiko terserang stroke (bukan high risk, atau bukan pula orang dengan profil stroke) dan terjadi perdarahan, kemungkinan perdarahan terjadi oleh dua penyebab ini atau tumor otak. Bisa juga sebab kelainan anomali pembuluh darah otak atau sumsum tulang belakang (aneurisma) dan akibat trauma kecelakaan pada kepala.
Pembuluh darah otak dan pembuluh pada sumsum tulang belakang yang anomali mudah sekali pecah atau terganggu. Orang muda yang terserang kelumpuhan atau terganggu fungsi otak lalnnya, mungkin diakibatkan oleh kelainan ini.
Termasuk bila mengalami perdarahan otak atau pembuluh pada sumsum tulang belakang akibat pemberian obat pengencer darah infus yang mahal itu. Jenis obat ini bersifat kontraindikasi untuk kasus aneurisma.
Sampai Koma
Perdarahan otak yang umumnya bikin kesadaran menurun sampai koma, perlu dipertimbangkan apakah piihan membuka kepala masih ada gunanya. Derajat penurunan kesadaran pasien perlu dinilai terlebih dahulu, apakah masih ada harapan hidup sekiranya mau dioperasi juga, dengan pertimbangan tidak hanya akan sia-sia belaka.
Analisis seorang dokter memang sebuah ramuan seni dan ilmu. Juga dalam kasus perdarahan otak. Sebagai ilmu, dunia medis bukan selalu bisa diukur secara perhitungan matematis benar.
Yang secara medis dinilai tidak ada harapan lagi, bisa saja ternyata masih ada harapan sembuh. Ada kasus yang harus dilakukan tindakan medis, menolak ditindak, ternyata masih tetap sehat. Sejumlah faktor bekerja di sini.
Selain kemungkinan kekeliruan dokter dalam menilai, faktor kondisi pasien sendiri, sifat penyakit dan kelainan yang terjadi, rasa percaya pasien pada dokternya, dan adakah kekuatan tak terlihat (invisible) di luar tangan dokter, ikut menentukan perjalanan kesembuhan pasien
Oleh: Dr. Handrawan Nadesul, Dokter Umum
Kasus:
?Dokter saya mau tanya apakah setiap kasus perdarahan otak selalu harus dioperasi? Soalnya ada teman yang di operasi hanya dari melihat hasil CT-Scan saja. Apa memang begitu?? (Rob. Jw., Bandung)
Jawaban:
Tergantung di Mana
Perdarahan otak biasanya disebabkan oleh serangan stroke. Ada salah satu cabang pembuluh darah otak yang pecah, dan bekuan darah yang tumpah menekan bagian tertentu dari otak. Tergantung bagian otak mana yang tertekan sehingga mengganggu fungsinya, dan seberapa besar bekuan darah yang terbentuk, dokter akan mempertimbangkan untuk mengangkatnya atau membiarkannya saja.
Perdarahan otak, kita tahu, bisa terjadi di bagian otak mana saja. Perdarahan di batang otak, misalnya, tentu lebih berat dibanding di lokasi lain karena pusat vital berada di sana, selain pusat kesadaran. Kasus demikian sering menjadi kedaruratan medis agar tidak menyisakan kecacatan permanen.
Prinsipnya, bila bekuan darah dalam otak masih kecil dan dinilai tidak progresif menjadi bertambah besar serta pada wilayah otak yang kurang begitu vital, biasanya tubuh akan menyerapnya sendiri. Perdarahan otak dengan bekuan yang relatif besar, terlebih di lokasi vital otak, tentu perlu diangkat, bahkan mungkin harus segera.
Perdarahan otak juga bisa terjadi pada kasus memar otak, tumor otak, selain pada kelainan pembuluh darah otak. Pada orang yang sebetulnya tidak berisiko terserang stroke (bukan high risk, atau bukan pula orang dengan profil stroke) dan terjadi perdarahan, kemungkinan perdarahan terjadi oleh dua penyebab ini atau tumor otak. Bisa juga sebab kelainan anomali pembuluh darah otak atau sumsum tulang belakang (aneurisma) dan akibat trauma kecelakaan pada kepala.
Pembuluh darah otak dan pembuluh pada sumsum tulang belakang yang anomali mudah sekali pecah atau terganggu. Orang muda yang terserang kelumpuhan atau terganggu fungsi otak lalnnya, mungkin diakibatkan oleh kelainan ini.
Termasuk bila mengalami perdarahan otak atau pembuluh pada sumsum tulang belakang akibat pemberian obat pengencer darah infus yang mahal itu. Jenis obat ini bersifat kontraindikasi untuk kasus aneurisma.
Sampai Koma
Perdarahan otak yang umumnya bikin kesadaran menurun sampai koma, perlu dipertimbangkan apakah piihan membuka kepala masih ada gunanya. Derajat penurunan kesadaran pasien perlu dinilai terlebih dahulu, apakah masih ada harapan hidup sekiranya mau dioperasi juga, dengan pertimbangan tidak hanya akan sia-sia belaka.
Analisis seorang dokter memang sebuah ramuan seni dan ilmu. Juga dalam kasus perdarahan otak. Sebagai ilmu, dunia medis bukan selalu bisa diukur secara perhitungan matematis benar.
Yang secara medis dinilai tidak ada harapan lagi, bisa saja ternyata masih ada harapan sembuh. Ada kasus yang harus dilakukan tindakan medis, menolak ditindak, ternyata masih tetap sehat. Sejumlah faktor bekerja di sini.
Selain kemungkinan kekeliruan dokter dalam menilai, faktor kondisi pasien sendiri, sifat penyakit dan kelainan yang terjadi, rasa percaya pasien pada dokternya, dan adakah kekuatan tak terlihat (invisible) di luar tangan dokter, ikut menentukan perjalanan kesembuhan pasien