Gemuk Lebih Mudah Depresi

nurcahyo

New member
Gemuk Lebih Mudah Depresi

Orang gemuk itu jauh dari bahagia, benarkah? Sebuah studi menyebutkan kegemukan bisa memicu depresi dan mempengaruhi mood seseorang. Meskipun belum pasti orang gemuk selalu tak bahagia, namun pernyataan tersebut didukung sebuah teori berdasarkan penelitian yang dimuat dalam jurnal 'Archives of General Psychiatry', edisi Juli yang akan dirilis Senin pekan depan, seperti dilansir AP pada Selasa (04/07).

Depresi menyebabkan orang jadi malas beraktivitas dan membuat mereka menjadi gemuk, selain itu pengobatan juga bisa membuat penambahan berat badan makin meningkat. Di lain pihak orang gemuk sering menjadi bahan ejekan yang membuat mereka makin minder dan tak bahagia.

Studi yang dipimpin Dr. Gregory Simon, dari Group Health Cooperative, di Seattle, sebuah lembaga perencana kesehatan nonprofit yang berada di Pacific Northwest ini meneliti lebih dari 9 ribu orang dewasa. Hasilnya sekitar 25 persen orang gemuk lebih sering mengalami rasa cemas yang berlebihan dan mood (suasana hati) yang tak stabil, dibanding orang dengan berat badan normal.

"Stereotype yang mengatakan orang gemuk itu makmur dan bahagia hanya sebuah isapan jempol semata, karena pada kenyataanya dan dalam catatan medis mereka lebih banyak mengalami depresi," jelas Dr. Wayne Fenton dari National Institute of Mental Health, yang mendanai riset ini.

Kondisi tersebut cukup lumrah dijumpai, bahkan sekitar sepertiga penduduk AS mengalami obesitas dan depresi sendiri dialami sekitar 10 persen dari populasi atau mendekati 21 juta orang dewasa AS setiap tahunnya.

Studi terbaru ini membantu studi yang pernah dilakukan sebelumnya, yang meneliti hubungan penyakit mental (termasuk depresi) dengan peningkatan berat badan. Dan penelitian terbaru ini membantu menegaskan kembali tentang hubungan tersebut.

"Ini merupakan kajian epidemiologi psikiatrik yang membuktikan bahwa memang ada hubungan antara pertumbuhan berat badan dan gangguan mental," papar Dr. Susan McElroy, seorang professor psikiatri di University of Cincinnati dan editor panduan buku acuan obesitas dan gangguan mental.

Studi ini didasarkan survei nasional pada sekitar 9.125 orang dewasa yang menjalani interview kesehatan mental yang dilengkapi catatan ukuran berat dan tinggi badan partisipan.

Sekitar seperempat dari seluruh participan masuk dalam kategori obesitas, sekitar 22 persen dari mereka mengalami gangguan mood (seperti depresi dan rasa cemas berlebihan) dibanding 18 persen partisipan yang tak mengalami obesitas. (ap/rit)
 
Saya hampir tak percaya, ini seperti menambahsudutkan kekurangan manusia yang gemuk, meskipun dilandasi dengan bukti eksperimental. Memang seperti lingkaran, manusia depresi, lalu ia banyak makan, kemudian menjadi gemuk, sesudah itu bertambahlah depresinya karena menambah masalah baru berkaitan dengan rasa percaya diri,penghargaan pada diri sendiri berkurang, dan menimbulkan rasa minder dengan keabnormalan ukuran tubuh dari sewajarnya. Begitu dan seterusnya...Apa anda bukan penjual obat anti gemuk nih?
 
Saya ada info buat memantau perkembangan berat Vs. tinggi badan, ada di http://beratbadan.sytehost.com/.

Bisa dicoba download tool yang ada di situ..


Gemuk Lebih Mudah Depresi

Orang gemuk itu jauh dari bahagia, benarkah? Sebuah studi menyebutkan kegemukan bisa memicu depresi dan mempengaruhi mood seseorang. Meskipun belum pasti orang gemuk selalu tak bahagia, namun pernyataan tersebut didukung sebuah teori berdasarkan penelitian yang dimuat dalam jurnal 'Archives of General Psychiatry', edisi Juli yang akan dirilis Senin pekan depan, seperti dilansir AP pada Selasa (04/07).

Depresi menyebabkan orang jadi malas beraktivitas dan membuat mereka menjadi gemuk, selain itu pengobatan juga bisa membuat penambahan berat badan makin meningkat. Di lain pihak orang gemuk sering menjadi bahan ejekan yang membuat mereka makin minder dan tak bahagia.

Studi yang dipimpin Dr. Gregory Simon, dari Group Health Cooperative, di Seattle, sebuah lembaga perencana kesehatan nonprofit yang berada di Pacific Northwest ini meneliti lebih dari 9 ribu orang dewasa. Hasilnya sekitar 25 persen orang gemuk lebih sering mengalami rasa cemas yang berlebihan dan mood (suasana hati) yang tak stabil, dibanding orang dengan berat badan normal.

"Stereotype yang mengatakan orang gemuk itu makmur dan bahagia hanya sebuah isapan jempol semata, karena pada kenyataanya dan dalam catatan medis mereka lebih banyak mengalami depresi," jelas Dr. Wayne Fenton dari National Institute of Mental Health, yang mendanai riset ini.

Kondisi tersebut cukup lumrah dijumpai, bahkan sekitar sepertiga penduduk AS mengalami obesitas dan depresi sendiri dialami sekitar 10 persen dari populasi atau mendekati 21 juta orang dewasa AS setiap tahunnya.

Studi terbaru ini membantu studi yang pernah dilakukan sebelumnya, yang meneliti hubungan penyakit mental (termasuk depresi) dengan peningkatan berat badan. Dan penelitian terbaru ini membantu menegaskan kembali tentang hubungan tersebut.

"Ini merupakan kajian epidemiologi psikiatrik yang membuktikan bahwa memang ada hubungan antara pertumbuhan berat badan dan gangguan mental," papar Dr. Susan McElroy, seorang professor psikiatri di University of Cincinnati dan editor panduan buku acuan obesitas dan gangguan mental.

Studi ini didasarkan survei nasional pada sekitar 9.125 orang dewasa yang menjalani interview kesehatan mental yang dilengkapi catatan ukuran berat dan tinggi badan partisipan.

Sekitar seperempat dari seluruh participan masuk dalam kategori obesitas, sekitar 22 persen dari mereka mengalami gangguan mood (seperti depresi dan rasa cemas berlebihan) dibanding 18 persen partisipan yang tak mengalami obesitas. (ap/rit)
 
Last edited:
Back
Top