Artikel Tentang Semua Jenis Anggrek

nurcahyo

New member
Badiman: Puas dengan melestarian anggrek pandan

Badiman: Puas dengan melestarian anggrek pandan



Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan biodiversity. Bahkan Indonesia sempat dijuluki sebagai negara Mega-Diversity. Salah satunya adalah dari jenis anggrek. Di kawasan Gunung Merapi (Yogyakarta dan Jawa Tengah), juga terdapat anggrek endemik yang tercantum dalam daftar Appendix II Convention on International Trade in Endengared Species (CITES).

Anggrek langka ini di habitat aslinya memang sudah mulai jarang ditemui. Namun anggrek ini justru banyak dijumpai di depan rumah-rumah penduduk sekitar Merapi. Oleh penduduk, anggrek ini disebut anggrek pandan karena bentuk daunnya menyerupai daun pandan. Sedangkan nama latinnya adalah Vanda Tricolor. Hal ini dikarenakan, anggrek tersebut memiliki bunga dengan tiga warna, yakni bunga berwarna putih dengan bercak-bercak ungu di seluruh bagian bunga serta bibir bunga berwarna merah.

Melihat kenyataan semakin terancamnya anggrek ini, pihak Dinas Kehutanan DI Yogyakarta melalui Balai Konservasi Sumber Daya Alam berupaya melakukan konservasi, baik secara in-situ maupun ex-situ.

Secara ex-situ, BKSDA melakukan kerjasama dengan masyarakat, baik melalui kelompok tani maupun karang taruna. Di Dusun Pelemsari, Kelurahan Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, terdapat satu kelompok dari karang taruna yang terlibat dalam program pelestarian anggrek ini.

Badiman (38 tahun), merupakan salah satu yang menjadi motor penggerak pelestarian anggrek di Dusun Pelemsari ini. Ketika beritabumi.or.id menghubunginya pada Rabu (6/12), dia mengatakan bahwa program ini sudah dilakukannya sejak tahun 1996/1997. Apalagi letusan Gunung Merapi pada tahun 1994 yang lalu turut menjadi penyebab utama nyaris musnahnya jenis anggrek ini di alam bebas.

Dalam melakukan pekerjaan ini, anggota karang taruna melakukan tugasnya secara bergantian. Namun yang paling menonjol melakukan pekerjaan ini adalah Badiman sendiri karena memang letak pengembangbiakan anggrek berada di pekarangannya.

Ketika ditanya tujuan akhir dari kegiatan ini, ia menegaskan bahwa kegiatan ini dilakukan benar-benar untuk tujuan melestarikan anggrek yang nyaris punah ini. "Kita melakukannya agar anggrek khas Gunung Merapi ini tidak punah. Sebagian sudah kami kembalikan ke alam lagi. Jadi semua ini tidak ada hubungannya atau bukan semata-mata bertujuan bisnis," ujarnya.

Dalam melakukan perbanyakan anggrek, digunakan sistem manual, baik melalui biji maupun dengan stek. Pekerjaan yang kelihatannya gampang ini, jika tidak dengan ketulusan hati juga tidak akan menghasilkan apa-apa. Sebab dari pekerjaan ini tidak ada yang memberi upah. "Kendati tidak mendapat upah, pekerjaan ini saya lakukan karena dari situlah kepuasan batin saya dapatkan," katanya.

Namun demikian, kegiatan ini bukannya tanpa kendala. Menurut Badiman, kendala yang mereka hadapi saat ini adalah sulitnya mencari media tanam (pakis). Kalaupun ada, harus membeli dari masyarakat dengan harga yang cukup mahal.

Untuk itu, dia sangat mengharapkan adanya orang atau lembaga yang mau menyumbangkan dananya karena kebutuhan untuk pemeliharaannya cukup banyak. Kalau bisa diistilahkan, kelompok ini membutuhkan semacam bapak angkat untuk anggrek agar upaya perbanyakan dan pelestariannya tidak putus di tengah jalan dan bila sudah banyak dapat dikembalikan ke habitat aslinya.

Dari hasil jerih payahnya ini, sekarang jumlah anggrek sudah semakin banyak dan disebarkan ke lima kelompok. "Hingga saat ini jumlahnya sudah menjadi sekitar 3.000 batang. Ini akan terus bertambah, karena kegiatan pengembangbiakan masih terus dilakukan," tegasnya dengan penuh semangat.

Sungguh-sungguh

Begitulah Badiman, bapak dua anak ini selalu bersemangat dan bersungguh-sungguh jika sedang melakukan pekerjaannya. Dia tidak pernah melihat apakah temannya bekerja atau tidak. Yang penting, jika dia bisa mengerjakannya, maka akan dia kerjakan walau teman yang lain bermalas-malasan.

Jiwa aktivisnya sudah terbentuk sejak ia masih kecil. Apalagi lingkungan tempat tinggalnya merupakan daerah pegunungan yang sangat menawan. Setelah tamat sekolah, dia merantau ke Jakarta mengikuti jejak kakak-kakaknya yang sudah lebih dulu pergi ke Jakarta.

Sekitar tahun 1990, dia bergabung dengan Sekretariat Kerjasama Pelestarian Hutan Indonesia (SKEPHI). Di sinilah, kecintaan terhadap lingkungan hidup semakin bertambah. Namun, pada tahun 1995 dia harus kembali ke kampungnya karena harus menjaga orang tuanya yang ditinggal merantau anak-anaknya.

Karena kecintaannya kepada lingkungan itulah, hingga sekarang dia terus berjuang dan rela berkorban baik harta maupun waktu untuk berbuat yang terbaik guna melestarikan lingkungan hidup. Kendati dia harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, tetapi dia akan tetap menyisihkan waktunya untuk mengurus anggrek-anggrek ini.
 
29 Jenis Anggrek Spesies Dilindungi UU



Di Indonesia, 29 jenis anggrek spesies telah dilindungi Undang-undang sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa (3 jenis masuk dalam Appendix I dan 26 jenis masuk dalam Appendix II).

Menurut Kris Heriyanto, jenis anggrek yang tidak dilindungi tapi masuk dalam Appendix CITES, seperti : Dendrobium lowii masuk appendix I, Phalaenopsis amabilis masuk Appendix II dan Bulbophyllum lobbii masuk dalam Appendix II.

Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) adalah Konvensi Perdagangan Internasional Fauna dan Flora Liar Langka (kesepakatan berbagai negara). Tujuan CITES untuk memastikan bahwa fauna dan flora liar yang diperdagangkan secara Internasional tidak dieksploitasi secara berlebihan/tidak berkelanjutan.

Indonesia meratifikasi CITES berdasarkan keputusan Prsiden No. 43 Tahun 1978 dengan management Authority ; Ditjen Dep. Kehutanan dan Scientific Authority ; LIPI.

Ada lima hal pokok yang menjadi dasar dibentuknya konvensi, adalah :

1. Perlunya perlindungan jangka panjang terhadap tumbuhan dan satwa liar.

2. Meningkatnya nilai sumber tumbuhan dan satwa liar bagi manusia

3. Adanya peran dari masyarakat dan negara dalam usaha perlindungan tumbuhan dan satwa liar.

4. Makin mendesaknya kebutuhan suatu kerja sama internasional untuk melindungi jenis-jenis tersebut dari eksploitasi lebih (over exploitation) melalui kontrol perdagangan internasional.

5. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka jenis-jenis atas dasar kelangkaannya yang ditentukan oleh konferensi Para Pihak CITES digolongkon dalam 3 kelompok atau Appendix, yaitu Appendix I, II dan III.

Appendix I adalah perdagangan Internasional (yang bersifat komersil) seluruhnya dilarang kecuali dari hasil penangkaran.

Appendix II adalah perdagangan internasional diperbolehkan tetapi dikontrol melalui kuota.

Appendix III perdagangan internasional diperbolehkan tapi dikontrol dengan pengawasan oleh negara lain (secara umum pembatsan perdagangannya lebih ringan dibandingkan dengan appendix II).

Pandangan terhadap masalah anggrek :

a. Untuk melindungi anggrek alam (spesies), masyarakat, pemerintah lokal dan daerah terkait dimana anggrek tersebut tumbuh perlu mendapat informasi, penguatan kapasitas dan adanya dukungan kebijakan sehingga dapat menjaga agar tidak terjadi pengambilan anggrek berlebihan.

b. Perlu dibangun mekanisme benefit sharing bagi masyarakat, sebagai insentif dalam menjaga ekosistem dimana anggrek tersebut tumbuh.

c. Explorasi terhadap pengenalan jenis anggrek alam (spesies) masih sangat dibutuhkan.

d. Pentingnya penelitian dan pengembangan anggrek untuk menunjang budidaya dan penyediaan bibit.

e. Kebijakan dan penegakan hukum menyangkut perdagangan anggrek perlu dibereskan, sehingga upaya perdagangan tetap menjaga pelestarian dan pemanfaatan lestari anggrek.

Pemanfaatan Anggrek

Semua anggrek hasil perbanyakan spesies dan hasil persilangan dapat dimanfaatkan (khusus Appendix I CITES harus terdaftar di skretariat CITES). Hasil perbanyakan spesies jenis-jenis yang dilindungi dan atau Appendix I CITES, TIDAK DIBENARKAN untuk diekspor.

Para pecinta anggrek tidak hanya menikmati keindahan dan kecantikan anggrek, tapi mereka juga melakukan penyilangan. Penyilangan dilakukan berdasarkan indahnya, dan karakteristik yang mungkin bermanfaat dihilangkan, tegas Sjahrizal Siregar, pencinta anggrek dari Bandung.

Menurut Sjahrizal perbanyakan/penyilangan anggrek spesies diambil dari hutan, dan ini tidak melalui ijin dari aparat setempat. Maka bila kita mengikuti peraturan, para pencinta anggrek seharusnya sudah dikenakan sanksi, karena telah melanggar peraturan, lanjut Sjahrizal. Hasil penyilangan yang indah untuk dijadikan perdagangan internasional.

Janganlah jual anggrek yang langka ke luar, lantas beri dari yang baru. Tolong perlakuan secara eksitu diakreditasi, dan apa syarat-syarat hutan yang dilindungi untuk anggrek, pesan Sjahrizal di akhir acara.
 
Selamatkan Anggrek Spesies

Selamatkan Anggrek Spesies



Ada 5000 jenis anggrek di alam, dan 29 jenis anggrek spesies Indonesia (termasuk anggrek hitam) telah dilindungi oleh pemerintah. Usaha budidaya anggrek tidak kalah pentingnya dengan terjadinya longsor, banjir, kelaparan dan lain-lain.

Indonesia termasuk 10 negara Megadiversity, dengan memiliki 90 tipe ekosistem yaitu ekosistem perairan laut dalam, terumbu karang, padang lamun, mangrove, pesisir pantai dan muara, lahan basah (sungai, rawa, danau, gambut), hutan pantai, padang rumput, savana, pertanian, hutan hujan daratan rendah, pegunungan, sampai ke ekosistem alpin di Puncak Jayawijaya, menurut Anida Haryatmo dari Yayasan Kehati dalam acara Diskusi Panel ?Selamatkan Anggrek Spesies Indonesia.?

Masalah Anggrek di Indonesia :

- Hilangnya anggrek alam (anggrek spesies) karena rusaknya ekosistem (konversi alam, penebangan hutan, kebakaran hutan) dan pengambilan tanpa batas dari alam (tingginya minat terhadap anggrek asli).

- Ekspor anggrek alam secara illegal.

- Perlu perbaikan dalam praktek Implementasi CITES (untuk jenis anggrek yang termasuk dalam appendix II CITES, tapi otoritas melarang seluruh ekspor anggrek non hibrida).

- Walau memiliki plasma nutfah anggrek yang besar, namun penelitian dan pengembangan belum mencukupi mendukung tersedianya bibit baru dan budidaya yang bisa berkompetisi.

-. Budidaya anggrek asli Indonesia oleh negeri luar. Benefit sharing bagi masyarakat tidak ada.

-. Tingginya anggrek hibrida (silangan) dari luar negeri yang masuk.

Negara kurang waspada dengan apa yang kita miliki, maka kurang menyelamatkan apa yang seharusnya menjadi devisa di negara ini, kata Rahmat Witoelar, Menteri Lingkungan Hidup, sebagai Keytone Speaker Diskusi Panel "Selamatkan Anggrek Spesies Indonesia" tanggal 14 Pebruari 2006 di Taman Anggrek Indonesia Permai, TMII.

Kerusakan habitat dan pemanfaatan (termasuk perdagangan) yang tidak terkendali, penyebab utama bahaya kepunahan spesies. Kerusakan habitat disebabkan oleh pembukaan hutan untuk kepentingan konversi bagi pemanfaatan lahan, dengan tidak memperhitungkan Keanekaragaman Hayati.

Kondisi kerusakan habitat diperparah dengan maraknya illegal logging yang telah merambah ke dalam kawasan-kawasan konservasi, dan kejadian kebakaran hutan yang berlangsung setiap tahun dengan luasan yang sangat besar, mengancam keanekaragaman hayati Indonesia sangat terancam.

Illegal logging dapat menyangkut harkat hidup orang banyak, termasuk dalam kaidah/hukum Pembangunan Berkelanjutan. Ada tiga pilar Pembangunan Berkelanjutan yang saling berkaitan yaitu Environmental Sustainability, Economic Sustainability dan Social Sustainability. Lingkungan sebagai dasar titik tolak dan merupakan pondasi dari semua pembangunan lain.

Menurut Rahmat Witoelar, dalam menyelamatkan spesies ini perlu dilibatkan Menteri Pariwisata dan Menteri Kehutanan. Menteri Lingkungan hidup sebagai vokal point, yaitu sebagai jembatan karena secara optimal menteri-menteri tersebut yang dapat melakukan kegiatan ini.

Departemen Kehutanan telah melakukan konservasi pada Insitu (termasuk Taman Nasional, Suaka Alam, Taman Wisata Alam) dan Eksitu (termasuk penangkaran dan perbanyakan), menurut Kris Heriyanto, dari Konservasi Keanekaragaman Hayati, Ditjen PHKA, Departemen Kehutanan.

Menteri Lingkungan Hidup dan Menteri Kehutanan beserta aparat terkait harus memperhatikan habitat anggrek, supaya anggrek bisa lestari. Himbauan untuk menteri Kehutanan, kata Rahmat Witoelar, tolong dijaga anggrek ini demi biodiversity bukan demi illegal loggingnya karena Indonesia sebagai Champion of Biodiversity.

Kantor Menteri lingkungan Hidup akan membantu proses pendaftaran spesies khusus Indonesia ke Kekayaan Intelektual. Untuk informasi lebih lanjut bisa menghubungi Amanda Katili, tegas Rahmat pada akhir sambutan.
 
Metamorfosis Seorang Penganggrek

Matahari di atas langit Denpasar, Bali, mulai condong ke barat. Beny Ariawan Riangsa datang ke sebuah tempat kursus bahasa Inggris 2 jam sebelum kelas dimulai. Belasan meter dari gedung kursus, ia memarkir mobil boks di ruas Jalan Hayam Wuruk. Seratus pot anggrek di dalam keranjang dikeluarkan lalu ditata di atas trotoar. Baru 5 menit kerabat vanili itu dipajang, sepasukan tibum (Polisi Pamong Praja, red) berwajah garang datang menyita. Linangan air mata di wajah Beny menjadi saksi pengambilan paksa atas dendrobium.

Lenyap sudah harapan Beny mendulang untung sebelum kursus dimulai. 'Saya ngga jadi kursus. Malu, sedih, dan kecewa bercampur jadi satu. Saya langsung pulang,' tutur kelahiran Karangasem 34 tahun silam itu. Dari pengalaman pada Maret 2000 itulah Beny kapok menjual anggrek ala kaki lima di sembarang tempat. Sebuah tekad terpatri di dada pria berkacamata itu. Suatu hari ia ingin memiliki nurseri sendiri.

Untuk mewujudkan impian itu Beny mulai dengan menjadi pemasok, bukan pengecer. Ia mengambil anggrek yang mengeluarkan kenop (muncul calon bunga, red) dari Jawa Timur dan Denpasar. Tanaman itu dirawat sebulan sampai bunga mekar. Kebun perawatan itu hanya memanfaatkan halaman rumah seluas 150 m2. Saat wartawan Trubus Syah Angkasa berkunjung ke sana 3 tahun silam, kebun itu sangat sederhana. Beny menjual tanaman anggreknya kepada para pedagang tanaman hias di Bedugul. Setiap bulan ia memasok 500 pot beragam jenis anggrek. Itu pada 2000-an.

Kini setiap bulan dari kebun di Karangasem itu dikirim 15.000 pot anggrek berbagai ukuran ke seluruh penjuru nusantara. Sebanyak 75% jenis dendrobium. Sisanya vanda dan phalaenopsis

trubus-online.com
 
Surabaya Orchid

gx. gumeracha ?red socks? x z. advance australia ?adelaide? milik Hendra Gunawan itu memang layak menjadi yang terbaik. Penampilannya paling cantik dan sehat di antara peserta lain. Kuntum-kuntum bunga berwarna cokelat tua memenuhi tangkai. ?Kuntum bunga panjang melebihi 50% dan hampir terbuka semua, ? ujar Veronica, salah satu juri. Penampilan anggrek itu kian menawan berkat kehadiran warna ungu di lidahnya. Tak hanya itu, dompolan bunga semuanya menghadap ke depan.

Gelar itu merupakan prestasi tertinggi yang pernah diraih zgx. gumeracha ?red socks? x z. advance australia ?adelaide? sejak ikut lomba setahun silam. Pada Surabaya Orchid Show 2005, ia dikalahkan phalaenopsis giorgie vasquez x hawaiian legend milik Herman Wijaya. Anggrek koleksi Hendra itu harus puas menempati peringkat the best section pada seksi hibrida jenis lain. Namun, pada Tahun Anjing ini, si kauskaki merah membuktikan diri sebagai yang terbaik.


trubus-online.com
 
Dua Rupa Anggrek Borneo

Anggrek unik itu Rini dapatkan dari seorang rekan yang mencari Vandopsis lowii—nama lainnya—ke daerah asal di Kalimantan Timur. Nun di salah satu sudut rawa-rawa di sekitar Pontianak, anggota famili Orchidaceae itu ditemukan. D. lowii hidup menempel di pohon-pohon yang tumbuh di daerah itu. Kadang anggrek Borneo itu juga ditemukan di tepian sungai.
Tangkai bunga yang bisa mencapai 1—1,5 m dihiasi bunga berlainan rupa. Yang dekat dengan pangkal berwarna kuning cerah dengan bintik-bintik merah darah. Bentuknya seperti bintang. Semakin ke bawah mendekati ujung tangkai, bunga berbentuk seperti laba-laba bermotif belang-belang merah tua dan kuning.
Yang ada di kebun Anggrek Kepitu, nurseri milik Rini, hanya bertangkai sepanjang 10 cm. Maklum itu kali pertama kerabat vanili itu berbunga. “Yang merah belang kuning di ujung ini sudah 2 minggu muncul. Yang kuning menyusul 10 hari kemudian,” tutur alumnus Universitas Negeri Yogyakarta itu sambil menunjuk anggrek kebanggaannya. Menurut Wirakusuma S, penganggrek senior di Jawa Timur, bunga seperti itu tidak pernah ditemukan pada anggrek lain. Aroma harum menguar dari bunga yang tengah mekar.

trubus-online.com
 
Kolektor Anggrek Spesies

Perjalanan pulang dari Bali ke Jakarta mengendarai mobil VW Combi pada 2002 menjadi pengalaman tak terlupakan bagi Rudhy T Mintarto. Pasalnya ia sempat tertahan selama 2—3 jam di pos polisi pelabuhan Gilimanuk. Itu lantaran di dalam mobil menumpang lebih dari 25 pot anggrek spesies pesanan istri, Latifah E Kusrini, yang tak dilengkapi surat-surat.

Peristiwa itu sempat terulang di Makassar pada 2004. Hanya saja saat itu Rudhy tak sendiri, sang istri ikut serta. Maklum Latifahlah yang penggemar berat anggrek. Belakangan Rudhy tertular. Anggota Orchidaceae yang mereka bawa tertahan di perusahaan pengiriman selama 2 hari. Penyebabnya pun sama, kerabat vanili itu tak memiliki keterangan lengkap.

“Sebenarnya tak jadi masalah bila dikemas dalam dus kecil, ukuran indomie, tapi waktu itu kita mengemas dalam paket besar ukuran kulkas 2 pintu, sehingga butuh surat,” ujar pria berambut panjang itu. Dua kali mengalami masalah karena anggrek, tak menghentikan langkah Latifah tetap berburu anggrek spesies.

Wanita berusia 44 tahun itu tergila-gila anggrek spesies sejak 3 tahun terakhir. Itu berawal dari penolakan salah satu kebun raya saat Latifah meminta izin untuk melihat koleksi anggrek alam di sana. Penasaran dengan anggrek spesies, akhirnya wanita yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga itu pun mulai mencari dan mengoleksi.


trubus-online.com
 
Kisah Tiga Srikandi di Belantara Borneo

Kisah Tiga Srikandi di Belantara Borneo
Oleh trubus


Beginilah pemandangan di halaman depan kediaman Ir Agustina Listiawati, MP, di salah satu sudut kota Pontianak, Kalimantan Barat. Pot-pot berwarna jingga, hijau, dan hitam, berderet rapi di atas rak-rak kayu dan besi. Shading net hitam membentang sepanjang atap greenhouse sederhana seluas 120 m2 dan 200 m2. Puluhan tempurung kelapa menempel di beberapa dinding greenhouse yang terbuat dari kawat. Potongan-potongan pakis menggantung rapi di sana-sini, berselingan dengan pot-pot plastik.

Di sanalah, Lies -sapaan akrab Agustina Listiawati -merawat ratusan 300 anggrek spesies asli Kalimantan Barat yang terkenal eksotis. Sebut saja misalnya Phalaenopsis bellina berdaun lebar dengan bunga mungil berwarna putih kehijauan bersaput merah keunguan. Atau Arachis breviscava yang berbunga kuning dengan totol-totol cokelat tua. Ada juga Paraphalaenopsis serpentilingua berbunga putih berlidah kuning yang tumbuh bergerombol. Saat anggrek-anggrek spesies itu berkembang, berbunga-bunga pulalah hati Lies.

Anggrek borneo
Pemandangan hampir serupa terlihat di kediaman Ir Chairani Siregar, MSc dan Ir Purwanti, MSi -juga di Pontianak. Di nurseri A &Z Orchids milik Chairani, terlihat Dyakia hendersoniana . Anggrek berbunga mungil berwarna merah cerah itu endemik Kalimantan. Di alam bebas, tanaman epifi t itu kini sangat jarang dijumpai. Koleksi lain, Macodes petola. Anggota famili Orchidaceae itu salah satu koleksi istimewa perempuan kelahiran Tapanuli, 8 Februari 1949 itu. Maklum jewel orchids -begitu sebutannya -salah satu anggrek yang berdaun paling indah.

Lain lagi koleksi Purwaningsih. Master dari Institut Pertanian Bogor itu, mengoleksi Tainia pausipolia -anggrek tanah berbunga merah tua seperti manggis yang tahan lama. Di habitatnya di tepian sungai di hutan-hutan dataran tinggi Sanggau, Sintang, dan Landak keindahannya bisa dinikmati sepanjang tahun. Jenis lain, Phalaenopsis cornucervi . Kerabat vanili asal Sambas, Singkawang, Bengkayang, Sanggau, dan Sekadau itu sering disebut anggrek ekor buaya atau anggrek bulan loreng karena motif bunga yang loreng-loreng.

Bukan hal aneh bila halaman rumah Lies, Chairani, dan Purwaningsih melulu berisi anggrek-anggrek spesies asal Kalimantan. Ketiga perempuan yang sama-sama berprofesi sebagai pengajar di Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura itu dikenal sebagai 3 serangkai pencinta anggrek borneo. Boleh dibilang merekalah kolektor anggrek spesies borneo -terutama dari Kalimantan Barat -terlengkap.

Keluar-masuk hutan untuk mendapatkan koleksi baru sudah jadi santapan rutin. Mulai dari hutan-hutan di Sambas, Singkawang, Landak, Sanggau -semua di Kalimantan Barat -sampai Serikin dan Biawak -wilayah Malaysia Timur yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Bengkayang Sambas, serta Kuching, ibukota Serawak. Maklum sekitar 80%anggrek koleksi mereka memang hasil berburu langsung ke hutan-hutan. ?Hampir semua hutan di seluruh Kalimantan Barat sudah kami jelajahi, kecuali yang berada di Kabupaen Ketapang dan Kapuashulu,? kenang Lies.

Terendam air
Kegiatan memburu anggrek di perbatasan Sambas dan Serawak menjadi pengalaman paling berkesan. Perjalanan itu dimulai dari Pontianak menuju Sambas - ibukota Kabupaten Sambas yang ditempuh dengan waktu 5 jam berkendaraan roda empat. Dari Sambas, rombongan bergerak ke arah Kecamatan Galing selama 3 jam bermobil. Sampai di sana, mereka mesti berganti kendaraan dengan ojek karena jalan yang ditempuh hanya bisa dilalui kendaraan roda dua. Selama 2 jam, perempuan-perempuan tangguh itu dibuat pontang-panting di jalan berbukit-bukit yang berpasir dan berdebu.

Namun, mereka pantang menyerah demi mendapatkan Paphiopedilum sandrianum -anggrek yang konon hanya ada di Sajingabesar di Gunung Kaliau. Sayang, begitu tiba di lokasi, sang buruan tak kunjung ditemukan. ?Kami malah menemukan Arachis breviscava yang sedang berbunga. Itu pun cuma ada 2 tanaman setinggi 3 m, ? kata Lies.

Pengalaman tak kalah mendebarkan waktu memburu Paraphalaenopsis serpentilingua di Kabupaten Sekadau. Perjalanan mencari anggrek berjuluk lau tikus (ekor tikus, red) itu tak semudah yang dibayangkan. Dipandu warga setempat, mereka bermotor air menempuh perjalanan selama 2 jam menyusuri sungai. Itu dilanjutkan dengan berjalan kaki selama 2 jam di tanah banjir setinggi pinggang. Apadaya, setelah berjuang selama 4 jam, yang didapat hanya 2 tanaman setinggi 30 cm. Toh, medan berat selama perburuan tak menyurutkan langkah para srikandi itu mencari anggrek-anggrek spesies baru. ?Habis jalan ke hutan menyenangkan. Semua beban pikiran sepertinya lepas, ? kata Lies. Pantas tiga serangkai itu tidak pernah kapok keluar-masuk hutan.

Dari pameran
Kebersamaan mereka sebetulnya tanpa sengaja. Mula-mula Lies, Chairani, dan Purwaningsih berjalan sendiri-sendiri mengoleksi tanaman epifi t itu. Sejak semasa kuliah Lies sudah gemar mengoleksi anggrek. Namun, waktu itu jenis-jenis hibrida yang banyak dimiliki. Chairani yang mengambil master di University of Kentucky, Lexington, Amerika Serikat, suka anggrek gara-gara terpikat pesona anggrek merpati Dendrobium crumenatum yang harum.

Belakangan setelah sama-sama aktif di PAI, mereka melirik anggrek spesies. ?Keragamannya luar biasa. Mulai dari yang berukuran bunga kecil sampai besar. Bunganya ada yang tahan setengah hari sampai yang berbulan-bulan. Ada yang beraroma harum seperti Coelogyne asperata dan Phalaenopsis belina sampai yang berbau busuk seperti Bulbophyllum beccari, ? kata Lies, Chairani, dan Purwaningsih sepakat. Anggrek spesies yang pertama dimiliki Lies ialah anggrek tebu Grammatophyllum speciosum , anggrek pandan Cymbidium finlaysonianum , dan Dorrotis pulcherrima . Chairani punya Plocoglotis lowii . Sementara koleksi pertama Purwaningsih adalah Phalaenopsis bellina dan Tainia pauspolia.

Sebuah pameran di Museum Negeri Kalimantan Barat pada 2002 akhirnya mempertemukan mereka. Waktu itu, masing-masing diminta mengisi stan Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura yang masih kosong. Kebetulan Lies, Chairani, dan Purwaningsih dikenal oleh teman-teman sebagai pencinta tanaman. Jadilah mereka bertiga mengisi stan itu.

?Dari situ kami jadi sering ngobrol-ngobrol , ? kata Lies yang kini memiliki Khuby Orchids. Usut punya usut, ternyata ketiga aktivis organisasi Perhimpunan Anggrek Indonesia Provinsi Kalimantan Barat dan Kota Pontianak itu sama-sama gemar berburu anggrek spesies ke hutan. Daripada berburu sendiri-sendiri, akhirnya mereka pun sepakat bergabung. Eksplorasi bersama pertama ialah ke hutan-hutan di Kabupaten Sambas sepanjang 2003 -2004 yang dibiayai oleh pemda setempat. Dari perburuan perdana itu, lalu penjelajahan berlanjut ke hutan-hutan di 7 kabupaten lain.

Anggrek borneo lestari
Kini, kerja keras 3 srikandi itu terpampang jelas di nurseri masing-masing. Chairani mengoleksi sekitar 300 spesies. Macodes petola dan Arachis breviscava yang langka jadi koleksi kebanggaan. Sejumlah sama juga dikoleksi Lies. Ketua Litbang dan Konservasi PAI Kota Pontianak itu paling suka dengan Nevervilia discolor. Sementara dari 100 koleksi Purwaningsih, Tainia pausipolia dan Porpiroglottis maxwelie jadi kesayangan. T. pausipolia milik perempuan kelahiran Pontianak, 16 September 1958 itu menjadi juara umum dalam Borneo Orchids Show pada 2003.

Dari belantara borneo, anggrek-anggrek itu ditangkarkan. Hasil keluar-masuk hutan mereka dokumentasikan dalam sebuah terbitan tentang anggrek spesies Kalimantan Barat. Kepedulian untuk melestarikan anggrek-anggrek spesies borneo agar tak punah jadi perekat erat hubungan mereka
 
Dua Rupa Anggrek Borneo

Dua Rupa Anggrek Borneo
Oleh admin


Anggrek unik itu Rini dapatkan dari seorang rekan yang mencari Vandopsis lowii—nama lainnya—ke daerah asal di Kalimantan Timur. Nun di salah satu sudut rawa-rawa di sekitar Pontianak, anggota famili Orchidaceae itu ditemukan. D. lowii hidup menempel di pohon-pohon yang tumbuh di daerah itu. Kadang anggrek Borneo itu juga ditemukan di tepian sungai.
Tangkai bunga yang bisa mencapai 1—1,5 m dihiasi bunga berlainan rupa. Yang dekat dengan pangkal berwarna kuning cerah dengan bintik-bintik merah darah. Bentuknya seperti bintang. Semakin ke bawah mendekati ujung tangkai, bunga berbentuk seperti laba-laba bermotif belang-belang merah tua dan kuning.
Yang ada di kebun Anggrek Kepitu, nurseri milik Rini, hanya bertangkai sepanjang 10 cm. Maklum itu kali pertama kerabat vanili itu berbunga. “Yang merah belang kuning di ujung ini sudah 2 minggu muncul. Yang kuning menyusul 10 hari kemudian,” tutur alumnus Universitas Negeri Yogyakarta itu sambil menunjuk anggrek kebanggaannya. Menurut Wirakusuma S, penganggrek senior di Jawa Timur, bunga seperti itu tidak pernah ditemukan pada anggrek lain. Aroma harum menguar dari bunga yang tengah mekar.

Lembap dan gelap
Rini pantas sumringah anggrek asli Borneo itu berbunga di kebunnya di Sleman, Yogyakarta. D. lowii biasanya sulit hidup di luar habitat asli. Tempat tumbuh di pohon-pohon di tepian sungai dan rawa berkelembapan sangat tinggi dan gelap. Curah hujan tinggi. Makanya tanpa perlakuan khusus, tanaman efipit itu tak bakal bertahan hidup. Terbukti dari 200 tanaman yang dibawa seorang kolektor ke Jawa Timur hanya 25 yang selamat. Sampai kini belum satu pun berbunga.
Lain halnya dengan D. lowii di kebun Rini. Dari 12 tanaman hanya 1 pohon yang mati. Anggrek terbilang langka itu pun belajar berbunga hanya 6 bulan setelah dirawat. Rahasianya, Rini membungkus batang si cantik dan unik itu dengan pakis moss, lalu disiram rutin. Itu supaya kelembapan tinggi. Anggrek berdaun seperti vanda itu diletakkan di bawah rak di dalam greenhouse dengan naungan ganda. Dengan begitu suasana di sekitar tanaman berkesan gelap.
Hasilnya, anggrek borneo itu tampil mempesona. Rekan-rekan Rini pun berebut ingin memiliki. “Ada yang berani beli Rp1-juta per tanaman, tapi tidak saya lepas dulu. Malah saya ingin menambah koleksi lagi,” kata guru sebuah SMU Negeri di Magelang itu.

Bersanggul
Tak hanya D. lowii yang tampil cantik di kebun Rini. Di sana juga ada sanguino lantum—anggrek berukuran ekstra mini. Penampilannya unik. Petal atas menggulung mirip model sanggul perempuan di Cina. Anggrek asal Borneo itu kelihatan kian menarik dengan daun berkerut dengan warna hijau di permukaan atas dan merah keunguan di bawah.
Yang tak kalah cantik dendrobium keriting berwarna kombinasi hijau dan kuning lembut. Penampilannya mirip Dendrobium johanis. “Tapi karena berwarna pupus Pak Moling—Moling Simardjo, penganggrek senior di Jawa Timur, red—menduga itu johanis alba,” kata Rini. Jenis-jenis dendrobium berpetal keriting memang banyak dikoleksi ibu 2 anak itu. Waktu Trubus meliput ke sana terlihat si keriting berwarna merah kecokelatan dan kuning kecokelatan.
Koleksi lain yang jadi kebanggaan ialah Grammatophyllum marthae asal Filipina. Jenis itu juga banyak ditemukan di Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara. Namun, yang ada di kebun Rini lebih besar dan totol-totol cokelatnya dominan di atas warna kuning. Anggrek berumur 3 tahun itu digelayuti tangkai bunga sepanjang 2 m yang dihias ratusan bunga cantik.

Bahan silangan
Anggrek cantik pun Trubus temukan di ajang Trubus Expo awal Desember silam. Dendobrium singkawangense di anjungan Rahayu Orchids menjadi salah satu pusat perhatian. Maklum anggrek spesies itu salah satu yang berbunga kuning. Penampilannya kian menarik dengan lidah kejinggaan dan daun yang hijau terang tanda sehat. Dendrobium asli Indonesia itu pun kerap jadi incaran para penyilang. “Jenis-jenis formosum type seperti D. singkawangense ini banyak dicari sebagai indukan,” ujar Wirakusuma. Mereka berharap sang induk akan menurunkan warna jingga yang dimiliki pada anakan.
D. debra-debri milik Mazna Hashim juga menarik. Sosok bunga mirip cattleya. Warnanya campuran merah muda tua dengan semburat merah muda pucat. Warna merah muda tua pun menghiasi “lidah”. Sayangnya kecantikan bunga D. debra-debri hanya bisa dinikmati bila dirawat di dataran tinggi di atas 1.000 m dpl. “Di dataran menengah bisa berbunga tapi tidak maksimal,” tutur Wirakusuma. Kalau di dataran tinggi puluhan bunga muncul dalam setangkai, di dataran menengah paling hanya 5 kuntum.
 
saya dulunya tidak begitu suka Anggrek, karena bentuknya kaku dan walaupun mempunyai kharkater petal yang menarik buats ayas angat membosankan. Cuman beberapa tahun yang lalu saat ulang tahun saya dikirimin 100 tanaman anggrek berbagai jenis, terpaksa deh saya harus membuat orchids corner di salah satu sudut belakang rumah saya..lama-lama karena terbiasa melihat, ya gatal juga buat belid an nambah koleksi..apalagi beberapa teman masih menyuplai saya dengan anggrek. (bukan jenis yang rare ya? cuman jenis biasa saja)
 
1_orchid-dendrobium-2.jpg
 
Bls: Artikel Tentang Semua Jenis Anggrek

Bagi para penggemar anggrek, coba Anda sering sering berkunjung ke nursery-nursery yang ada di Indonesia, terutama nursery milik penganggrek yang cukup punya nama sebagai penganggrek senior pemerhari masalah pelestarian species. you'll be surprised, umumnya mereka meyediakan anggrek species jungle collected bahkan pernah saya lihat, ada yang baru explor dari hutan, langsung ditanam di media papan pakis (yang juga sudah masuk appendix II), akar belum nempel di media, sudah dijual di pameran. =p= jangan tanya itu anggrek dari daerah mana, dtt atau dtr karena penjaga stand bukan beliau pemilik nursery. Tidak ada informasi sama sekali teknis pemeliharaan yang dianjurkan>:##. masih bisakah kita berharap anggrek-anggrek tersebut selamat di tangan pembeli, yang pada umumnya adalah orang awam dalam dunia anggrek species?
Friends, jujur saya sama sekali tidak mempercayai penganggrek senior skala nasional kita karena mereka umumnya adalah justru perusak alam, dengan mengexplor habis-habisan anggrek alam, menjual dengan tidak bertanggung jawab.
Saat ini saya merasa sendirian dalam mempertahankan kelangsungan species anggrek Indonesia. Mengumpulkan speci demi speci anggrek, mengidentifikasi jenis, mencari teknik pembudidayaaan yang tepat, memperbanyak baik vegetatif maupun generatif, membagi ke teman-teman yang masih peduli kelestarian anggrek species, atau melakukan penanaman kembali di alam yang micro climate nya masih bisa untuk anggrek tersebut, dan tentunya lokasinya tidak diketahui oleh para penganggrek senior agar tidak dihabisi.
ada yang mau bantu?
 
Back
Top