Selamatkan ' Melayu ' !!

tengku_ryo

New member
Beberapa waktu yang lalu, sesuatu membuat hati dan pikiran saya menjadi gundah, sebuah peryataan yang mengatakan bahwa pengaruh musik Melayu menurunkan kualitas musik Indonesia, pernyataan yang dikeluarkan oleh seorang musisi papan atas di negeri ini, hal itu terjadi karena maraknya band atau grup musik pendatang baru yang merebut pasar industri musik yang di klaim secara sepihak sebagai representasi musik Melayu, padahal bila kita tinjau dengan seksama kelompok-kelompok musik yang dimaksud itu sama sekali tidak menggusung musik Melayu, tetapi lebih cendrung ke nuansa pop rock ala Malaysia yang sempat booming di pertengahan tahun 90an.
Musik Melayu memiliki jenis ritme tersendiri seperti Zapin, Joget, Mak Inang, Gazal, Senandung dan lainnya, begitu pula dengan cara menyanyikan sebuah lagu, memiliki cengkok dan lengkok yang khas, berbeda dengan dang dut atau keroncong.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan dipenuhi dalam membawakan sebuah aliran atau jenis musik tertentu, baik itu sekala nada ( scale ) maupun ritmiknya, contohnya pada musik Blues dimana scale yang digunakan pada umumnya adalah Pentatonic Blues Mayor/Minor dan jenis ritmik atau progresinya seperti 12bar Blues atau Rock Blues dan lain lain, contoh lain bisa kita amati pada musik Jazz, progressi akord dan scale,jenis ritmik seperti swing, 6/8 atau bee bop dan lain lain, harus memiliki pondasi dan dasar khusus agar bisa menghadirkan nuansa musik tersebut dengan benar.
Begitu pula dengan musik Melayu, nuansanya akan timbul bila ada unsur unsur yang mendukung, baik dari jenis bunyi bunyian, ritmik maupun melodi lagu dan berikut dengan ornamentasinya yang disebut Grenek.

Sangat menyedihkan dan memalukan sebenarnya menghadapi kenyataan bahwa banyak musisi kita bahkan yang sudah berada dipapan atas tidak mengenal musik dari budayanya sendiri, lebih memahami musik musik dari budaya barat seperti Rock n Roll, Fussion, Metal, Grunge dan lain sebagainya, berikut dengan budaya ber-prilaku,berbusana dan bahkan berbicara, dan sangat berbangga hati dengan itu semua.

Sebenarnya hal seperti itu tidak menjadi masalah, karena musik itu harus dibebaskan dari hal yang menyempitkan nya, namun setidaknya walaupun tidak menggusung musik yang bernuansa tradisi negeri hendaknya ada sebuah penghormatan dan rasa menghargai, tidak kemudian asal sembarang menilai dalam kebutaan budaya.

Kata " Melayu " itu memang hanyalah sebuah suku kata tetapi kata itu mengalir didalam darah jutaan manusia yang terlahir sebagai putera puteri bangsa ( bukan lagi suku-red ) Melayu, yang buminya terhampar melampaui batas negara, yang membuat saya sangat gundah adalah saat pernyataan pernyatan yang tak berdasar semacam itu mempengaruhi generasi muda yang dengan gampang menerima bahkan meyakini suatu informasi, gaya dan trend dari figur yang di idolakannya.

Apakah kita hanya tinggal diam disaat anak anak kita malu menjadi " Orang Melayu " hanya karena ucapan bodoh sang publik figur?

Apakah suku kata Jawa, Batak, Betawi, Minang, Bugis, Papua , Ambon dan lain sebagainya menerima bila diperlakukan sama ?

Suku kata ' Melayu ' harus diredefinisi sehingga tidak dengan random mewakili sesuatu yang ditujukan masyarakat secara umum, apalagi sesuatu yang menggambarkan prilaku negatif seperti, " Janji Melayu, Jam Melayu, Kerja Melayu, Politik Melayu dan hal jelek lainnya, bukankah ini adalah doktrinasi tidak langsung yang sungguh jahat merasuki pikiran kita ?

Mari sama kita meluruskan ini semua....
 
Bls: Selamatkan ' Melayu ' !!

Suku kata ' Melayu ' harus diredefinisi sehingga tidak dengan random mewakili sesuatu yang ditujukan masyarakat secara umum, apalagi sesuatu yang menggambarkan prilaku negatif seperti, " Janji Melayu, Jam Melayu, Kerja Melayu, Politik Melayu dan hal jelek lainnya, bukankah ini adalah doktrinasi tidak langsung yang sungguh jahat merasuki pikiran kita ?

Mari sama kita meluruskan ini semua....

pertanyaannya sekarang:
apakah kita termasuk melayu ?
 
Back
Top