OrDiBal: Mira Lesmana

Kalina

Moderator
109313large.jpg


Misi Mulia di Balik Film Sang Pemimpi
Cegah Wabah Ngomong Lu Gue

JAKARTA - Tidak ada yang meragukan kualitas film-film produksi Miles Productions. Hampir semua film keluaran rumah produksi tersebut meraup untung besar dan laku di sejumlah festival bergengsi internasional. Yang terkini, Sang Pemimpi (SP) tengah diputar di sejumlah bioskop tanah air.

Sekuel film Laskar Pelangi (LP) itu juga diprediksi meraih sukses seperti film pendahulunya yang sukses mendapat 4,6 juta penonton. Namun, bagi sosok yang berada di balik sukses deretan film keluaran Miles itu, SP yang diangkat dari novel tetralogi karya Andrea Hirata itu justru diprediksi tidak akan se-booming LP.

Bagi Mira Lesmana, produser sekaligus penulis skenario SP, sekuel tersebut diperkirakan hanya meraup untung 60-70 persen dari pendahulunya. ''Dari awal membuat SP, saya sudah memprediksi segmen yang lebih kecil. Yaitu, remaja dan dewasa. Sebab, SP meng-explore kisah Ikal di usia remaja,'' papar Mira ditemui di Warung Kopi, Alun-Alun Indonesia, Grand Indonesia, Jakarta Pusat, pada Jumat (1/1).

Prediksi perempuan 45 tahun itu ternyata salah. Baru diputar dua minggu, ternyata SP ditonton 1,5 juta orang. Angka itu mendekati perolehan LP dalam kurun waktu yang sama. ''Karena itu, saya benar-benar tidak mengira bakal sebesar itu perolehannya. Di samping itu, penonton anak-anak ternyata juga banyak,'' papar wanita kelahiran 8 Agustus 1964 itu.

Putri pasangan Jack Lesmana dan Nien Lesmana itu mengungkapkan, sekuel SP memang berbeda dengan sekuel kebanyakan. Dia menuturkan, pada umumnya sebuah sekuel film dibuat karena film terdahulunya sukses. Selain itu, sekuel biasanya dibuat berdasar novel, seperti serial Harry Potter.

SP memang dibuat sebagai lanjutan dari LP. Namun, kisah yang dieksplorasi sudah berbeda dengan pendahulunya. ''Karena ini kisah Ikal saat remaja, rentangnya cukup jauh dari ketika dia masih kecil. Kalau mau bikin sekuel yang benar-benar sekuel, kita mungkin akan melanjutkan LP yang menceritakan kisah anggota Laskar Pelangi,'' paparnya.

Soal upaya promosi SP, istri aktor kawakan Mathias Muchus itu memaparkan bahwa upaya yang dijalani hampir serupa dengan LP. Dia hanya perlu memastikan bahwa penonton mengetahui isi dan segmen LP. Salah satu di antaranya, melakukan road show ke sejumlah kota.

Hingga kini, Mira dan sutradara SP Riri Riza sudah mengunjungi lima kota. Yaitu, Jogjakarta, Bandung, Banjarmasin, Medan, Makassar, Malang, dan Belitung. ''Minggu depan kami akan ke Palembang, Surabaya, Balikpapan, dan Aceh. Khusus yang di Aceh dan Belitung, kami pakai layar tancap,'' kata ibu dua putra itu.

Mira menambahkan, respons penonton Belitung sangat memuaskan. Sekitar 100 ribu orang memadati lokasi layar tancap. ''Saya sampai terharu melihat respons penonton di sana,'' imbuhnya.

Menyaksikan respons penonton yang luar biasa terhadap LP ataupun SP, Mira menyatakan tidak heran. Sebagai insan perfilman, Mira selalu merasa prihatin dengan film-film Indonesia yang masih didominasi dengan tema-tema Jakarta oriented yang mengedepankan gaya hidup kota Jakarta.

Padahal, kata dia, Indonesia adalah negara yang sangat kaya. ''Mengapa tidak dimanfaatkan dengan sebaik mungkin. Mengapa juga harus bikin film yang selalu tentang kehidupan metropolitan. Entar orang-orang Indonesia ngomongnya pada gue, lo semua,'' sindirnya, lantas terbahak.

Mira mengungkapkan, dirinya dan Riri Riza memang memiliki misi dalam setiap film yang mereka buat. Mayoritas film yang mereka produksi mengandung konteks lokal. Bagi Mira, konteks tersebut harus ada di setiap film mereka. ''Indonesia itu sangat beragam. Sayang sekali kalau kita cuma bikin film yang metropolitan oriented gitu. Kita harus bangga dong sama keberagaman itu,'' tuturnya.

Adik kandung musikus Indra Lesmana itu mengamati bahwa jumlah film dengan konteks lokal sangat minim di Indonesia. ''Kalaupun ada, muatan yang diusung cukup berat sepertinya. Padahal, yang perlu digambarkan hanya tempat, dialek, dan kekayaan lokal,'' imbuhnya.

Mira berharap, kesuksesan LP dan SP bisa menginspirasi banyak orang untuk lebih mencintai budaya bangsa sendiri.
 
Bls: OrDiBal: Mira Lesmana

Edensor dan Bumi Manusia Target Diproduksi pada 2011
SEBAGAI produser film, Mira Lesmana dikenal bertangan dingin. Dia punya banyak pertimbangan sebelum memutuskan untuk memproduksi sebuah film. Terbukti, kualitas film menjadi perhatian utama. Karena itu, dalam setahun, dia mungkin hanya mengeluarkan satu film. "Ya, paling mentok dua. Tapi, nggak pernah lebih dari itu," ujarnya.

Setelah film Sang Pemimpi (SP), bisa ditebak Mira akan disibukkan dengan pembuatan film lanjutan SP, yakni Edensor. Film ketiga yang mengangkat kisah Ikal dan Arai dewasa itu diprediksi berbujet besar. Gambar akan diambil dari tujuh negara.

Hal tersebut tidak dibantah Mira. Miles Production akan membutuhkan bujet yang tidak sedikit untuk film tersebut. Karena itu, dia sudah berpikir, bahkan sebelum LP dibuat. Untuk mengurangi beban, Mira bakal menggandeng co-producer dari negara-negara di Eropa dan Afrika, tempat berlangsungnya syuting Edensor. "Paling tidak, saya butuh waktu satu tahun untuk mencari pendanaan bagi film Edensor. Karena itu, baru pada 2011, Edensor mulai syuting," ujar alumnus Institut Kesenian Jakarta (IKJ) tersebut.

Dalam Edensor, seperti SP, Mira akan kembali menjadi co-writer bersama Riri Riza. Sementara itu, Salman Aristo menjadi penulis utama. Soal konten film, Mira menuturkan akan ada eksplorasi pengembangan karakter dua tokoh utama. Dia juga mengatakan tidak ragu untuk kembali menggunakan penyanyi Ariel sebagai pemeran Arai dalam Edensor.

"Awalnya, memang banyak yang protes begitu nama Ariel muncul sebagai pemeran Arai. Tapi, setelah lihat aktingnya, terbukti kan, aktingnya bagus, logat Belitung-nya hampir sempurna," puji Mira.

Dia menambahkan, Edensor bakal membidik segmen yang lebih kecil, yakni dewasa. "Tapi, jika ternyata banyak penonton dari kalangan remaja, ya saya sangat senang," imbuhnya.

Film kedua yang akan diproduksi pada 2011 adalah film Bumi Manusia, yang merupakan adaptasi dari novel karya Pramoedya Ananta Toer. Menurut Mira, salah satu karya masterpiece dalam dunia sastra itu cukup menarik untuk diangkat menjadi sebuah film. Namun, dia mengakui akan ada banyak tantangan saat pembuatan film tersebut. "Bayangkan saja, setting-nya pada 1899. Saat itu, Indonesia belum menjadi republik. Jadi, bisa dibayangkan gimana sulitnya. Karena itu, butuh setahun lah untuk riset dan mempersiapkan semuanya. Tapi, pasti bisa," ujar Mira yang kini berusaha menyelesaikan film dokumenter grup musik legendaris tanah air, Godbless, tersebut.
 
Bls: OrDiBal: Mira Lesmana

Mira Lesmana Tak Mau Terbuai Kesibukan
SEBAGAI produser, tidak ada yang meragukan seorang Mira Lesmana. Namun, Mira tetap wanita pada umumnya. Kesan girl power yang melekat kepadanya tidak membuat dia lupa sisi feminin yang dimilikinya, khususnya sebagai seorang ibu. Sukses sebagai produser film, Mira berupaya meraih hal yang sama dalam kehidupan rumah tangga.

Sebagai ibu dua orang anak -Galih Galinggis, 18, dan Kafka Keandre, 11- Mira mengatakan sangat perhatian kepada dua buah hatinya itu. Meski disibukkan dengan segala hal seputar film, perempuan murah senyum tersebut selalu menjaga komunikasi dengan dua anaknya. "Yang penting, komunikasi jalan terus dan jangan sampai terputus. Saya harus tahu, di mana mereka berada dan lagi ngapain," papar perempuan bersuara serak-serak basah itu.

Mira juga tidak terbuai dengan kesibukan. Begitu merasa terlalu sibuk dan terlalu lama meninggalkan dua buah hatinya, dia langsung terpikir untuk mengambil cuti. "Seperti sekarang, saya sudah merencanakan bakal cuti sebulan," kata dia.

Selain cuti, Mira menyiasati dengan mengajak buah hatinya ketika dirinya tengah mengikuti road show sebuah film. "Biasanya, yang mau diajak itu yang kecil. Kayak kemarin waktu road show di Banjarmasin, dia ikut. Besok ini yang di Surabaya, dia juga ikut," imbuhnya.

Sebagai perempuan, Mira mengatakan tergolong sosok yang cukup vokal. Dia tidak segan bersuara jika tidak setuju dengan suatu hal. Beruntung, sang suami, Mathias Muchus, mendukung penuh karakter Mira tersebut. "Dia malah menganggap, kebebasan bersuara itu penting, kok," ujarnya, lantas terbahak.

Mira mengatakan akan melakukan apa saja agar keinginannya terwujud. ''Saya akan berupaya mempersuasi orang lain. Gimana caranya keinginan saya disetujui, tapi kalau nggak apa boleh buat. Yang terpenting, coba dulu dengan segala cara," imbuhnya.

Karena itu, Mira berani mengatakan bahwa keluarganya termasuk keluarga yang demokratis. Semua anggota keluarga memiliki suara, termasuk dua anaknya. "Jadi, kalau dibilang punya power, semua juga punya power. Kita sering kok voting, misalnya lagi bahas suatu masalah," katanya.
 
Bls: OrDiBal: Mira Lesmana

Mira Lesmana Produseri Penyanyi Cilik Dara Swandana
JAKARTA - Kepedulian Mira Lesmana terhadap dunia anak-anak tak cukup diwujudkan dengan membesut film untuk anak-anak. Lebih luas lagi, istri aktor senior Mathias Muchus itu kini terjun ke dunia musik dan membidani album penyanyi cilik Dara Swandana yang bertajuk Tiga Kata Ajaib.

Debut album bocah manis pasangan M. Effendi Sitompul dan Devita Fitri tersebut merupakan hasil kerja sama Miles Music dengan Trinity Optima Production. Keseriusan Mira menggarap proyek musik itu ditandai dengan menggandeng musisi yang juga anggota DPR Theresia Ebenna Ezeria Pardede atau Tere sebagai komposer. Melly Goeslaw pun ikut menyumbang satu lagu dalam mini album berisi enam lagu tersebut.

Disinggung soal keterlibatannya, Mira mengatakan dipicu keprihatinan. Dalam pandangannya, anak-anak sekarang dipaksa menjadi dewasa. Alih-alih mendengarkan lagu anak, mereka justru lebih banyak mendengarkan dan menyanyikan lagu-lagu band dewasa. ''Apalagi setelah era Sherina dan Tasya berakhir, album anak-anak seperti menghilang,'' kata Mira saat peluncuran album Dara di FX Entertainment kemarin (10/3).

Bakat Dara ditemukan Mira saat menjadi juri di sebuah kompetisi menyanyi. Ketertarikan Mira kepada Dara justru bukan karena teknik vokal yang canggih. ''Mungkin Dara memang tidak mempunyai teknik vokal yang dahsyat seperti Sherina. Tetapi, kepolosannya dan tingkahnya yang natural sebagai anak-anak membuat saya klik,'' katanya.
 
Back
Top