Tukang Tipu & The News

Kalina

Moderator
Karakter Penipu Mendekati Psikopat

sellytipu2dlm.jpg


Jakarta - Penipu ulung seperti Selly Yustiawati dan Kikit yang berhasil mengelabui banyak orang dimungkinkan memiliki masalah kejiwaan. Karakter orang yang pandai menipu seperti mereka berdua dikatakan mendekati karakter psikopat.

"Orang seperti mereka itu sangat pandai menipu. Salah satu ciri dari mereka yang psikopat adalah sangat meyakinkan, pandai, cerdik, dan bisa menipu," ujar psikolog Universitas Indonesia (UI) Dr Yati Utoyo Lubis, dalam perbincangan dengan detikcom, Selasa (16/2/2010) malam.

Yati mengatakan, dirinya tidak bisa menyatakan bahwa Selly dan Kikit memang menderita masalah kejiwaan karena dirinya tidak bersentuhan langsung dengan keduanya. Tapi menurut dia, kepandaian menipu orang lain menjadi salah satu karakter kuat bagi seorang psikopat.

Terkait dengan keduanya yang melakukan perbuatannya secara berulang-ulang, Yati menjelaskan, hal tersebut karena para korban yang gampang diperdaya. Para pelaku kriminal penipuan seperti Selly dan Kikit, menurut Yati, baru akan jera dengan perbuatannya setelah mereka kena batunya.

"Pelaku kriminal mengulangi perbuatannya biasanya karena gampang dia menemukan korban, sehingga terus melakukannya sampai akhirnya ketumbuk batu," jelasnya.

Dikatakan dia, persoalan penipuan seperti ini sudah banyak terjadi sejak dulu. Hal ini dikarenakan di korban yang biasanya mudah percaya dengan orang lain. Untuk mengatasi penipuan dari para penipu ulung, Yati berpendapat, rasa curiga terhadap orang lain memang diperlukan.

"Bukan curiga yang mengarah ke paranoid, curiga perlu ketika ketemu dengan orang baru," tegas dia.

"Tapi tidak semua orang kena, harus waspada, jangan cepat percaya," ujar Yati mewanti-wanti.
 
Bls: Tukang Tipu & The News

Tipu 10 Karyawan Gran Mahakam, Selly Bawa Kabur Rp 20 Juta

Jakarta - Selly Yustiawati memang lihai dalam merayu. Baru 3 bulan bekerja di Hotel Gran Mahakam, Selly bisa memperdaya sekitar 10 karyawan dengan membawa kabur uang sekitar Rp 20 juta.

"Ada Rp 20 juta ke atas dari 10 orang. Dari level manajer sampai staf yang kena," ujar staf accounting Hotel Gran Mahakam yang enggan disebutkan namanya ketika berbincang dengan detikcom , Selasa (16/2/2010).

Aksi licik Selly itu, imbuhnya dimulai pada Desember 2008 hingga Januari 2009. Selly saat itu termasuk karyawan baru di hotel itu yang baru masuk pada November 2008.

"Awalnya dia melas-melas. Dia cerita orang tuanya bercerai, ibunya sakit keras habis opname operasi laser tenggorokan karena amandel," ujarnya.

Jika tidak mempan, imbuhnya, Selly menawarkan Blackberry (BB) murah. Saat itu Selly mengaku menjual BB yang harga pasarannya Rp 7 juta dengan harga Rp 2 juta saja. Para korbannya, diminta untuk mentransfer uang lebih dulu. Tak mempan juga, Selly mengeluarkan jurus menjual voucher murah.

"Misalnya dia bisa mendapatkan voucher Simpati Rp 50 ribu dengan harga Rp 30 ribu, voucher Esia Rp 25 ribu dengan harga Rp 15 ribu. Saya waktu itu tidak mau karena tak ada pangsa pasarnya. Tapi dia mengatakan ada engkong penadah yang bisa beli," tuturnya.

Selly menjanjikan penadah itu bisa membeli voucher Simpati seharga Rp 46 ribu dan voucher Esia yang dibeli dengan harga Rp 21 ribu. Tak tanggung-tanggung, untuk meyakinkan korbannya, Selly menelepon penadah itu di depan korbannya.

"Teleponnya di-loudspeaker, awalnya berisik banget lalu teleponnya dikecilin karena katanya teleponnya di tengah lalu lalang orang. Dia juga bilang punya kerja sama dengan orang dalam Telkomsel, Indosat dan Excelcomindo, kalau terbongkar bisa dipecat," kisahnya.

Saat sudah yakin, Selly pun meminta korban mentransfer uangnya. Awalnya Selly memang menepati janjinya, membawakan voucher dan memberikan keuntungan sesuai janjinya.

"Setelah itu dia mengajak kerja sama dengan nominal yang lebih besar. Setelah uang ditransfer, nggak sempat terima hasilnya udah keburu ngabur setelah nipu temen saya yang lainnya," ujar staf yang kena tipu Rp 4,3 juta ini.
 
Bls: Tukang Tipu & The News

Ayah Selly: Anaknya Nakal, Ditangkap Saja

Jakarta - Keluarga Selly Yustiawati mengakui Selly merupakan anak nakal. Ayah Selly bahkan berharap agar anaknya segera ditangkap polisi.

"Anaknya nakal. Dia diuber-uber polisi, ditangkap sajalah," ujar ayah Selly, Yusral Rohban, kepada detikcom melalui telepon, Rabu (17/2/2010).

Yusral mengatakan, keluarga mengetahui perilaku Selly yang suka menipu tersebut sudah sejak lama. Menurutnya, Selly memang anak nakal dan keluarga sudah pasrah dengan perilakunya yang merugikan banyak orang tersebut.

Namun, menurut Yusral, semasa kecil putrinya merupakan anak yang tenang dan santai. Sehingga, lanjut Yusral, tidak terlihat tanda-tanda jika Selly pandai menipu.

Selly yang merupakan anak pertama dari 2 bersaudara ini, kata Yusral, memang sudah lama tidak tinggal dengan keluarganya. Yusral pun tidak mengetahui secara pasti dimana keberadaan putrinya saat ini.

"Enggak tahu jelas di mana dia," tuturnya.

Yusral hanya mengatakan, dirinya terakhir kali bertemu dengan putrinya pada Januari lalu, saat Selly digelandang ke Polsek Tanah Abang. Yusral mengakui dirinya jarang kontak dengan putrinya sejak 3 tahun lalu.
 
Bls: Tukang Tipu & The News

Selly Diduga Berada Di Bogor

sellytipudlm.jpg


Jakarta - Si penipu ulung Selly Yustiawati tidak diketahui jelas di mana keberadaanya. Namun, pihak keluarga menyatakan, terakhir kali Selly diketahui berada di Bogor.

"Enggak tahu, enggak jelas, katanya di Lampung, katanya di Bogor. Tapi akhir bulan lalu, saya diberitahu adik Selly katanya kakaknya ada di Bogor," ujar ayah Selly, Yusral Rohban, kepada detikcom melalui telepon, Rabu (17/2/2010).

Selly merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Adik laki-laki Selly yang saat ini masih duduk di bangku SMP pernah mengatakan kepada Yusral di mana keberadaan putrinya. Yusral sendiri mengakui hubungan Selly dengan keluarganya tidak begitu akrab. Menurut Yusral, Selly sudah tidak tinggal bersama keluarga lagi sejak dia melakukan aksi penipuan.

"Sudah lama sekali Selly tidak tinggal bersama keluarga. Dia sudah berkeluarga, sudah punya anak umur 5 tahun," tuturnya.

Sementara itu, Yusral menyatakan dirinya sudah sejak lama putus kontak dengan putrinya. Saat ini Yusral berada di rumah mertuanya di Cibubur karena pekerjaanya yang berada di luar kota, sedangkan sang istri, ibu Selly berada di rumah kontrakan mereka di Petukangan, Jakarta Selatan.
 
Bls: Tukang Tipu & The News

Keluarga Pusing Tanggung Ulah Selly

Jakarta - Keluarga Selly Yustiawati merasa terganggu dengan kelakuan Selly yang merugikan banyak orang. Keluarga mengaku sering didatangi pihak-pihak yang ingin menagih hutang kepada Selly.

"Sudah pusing saya, dia diuber-uber polisi. Ibunya sudah putus asa," ujar ayah Selly, Yusral Rohban, kepada detikcom melalui telepon, Rabu (17/2/2010).

Dikatakan Yusral, akibat ulah anaknya yang suka menipu, pihak keluarga-lah yang menanggung dampaknya. Yusral mengaku, rumahnya sering didatangi orang-orang yang menjadi korban Selly.

"Banyak yang datang ke rumah untuk menagih hutang, tapi saya tidak bayar. Saya bilang itu urusan anak saya, bukan keluarga," tuturnya.

Yusral bahkan berharap agar putri sulungnya tersebut segera ditangkap polisi. Dia tidak tahu harus berbuat apa untuk menghadapi ulah putrinya tersebut. Keluarga menyerahkan sepenuhnya kepada pihak yang berwenang.
 
Bls: Tukang Tipu & The News

Di Gran Mahakam, Selly Berwajah Innocent dan Jago Komputer

Jakarta - Selain berpenampilan menarik, wajah innocent juga merupakan daya tarik Selly Yustiawati saat merayu korbannya untuk menyerahkan sejumlah uang saat menjadi karyawan Hotel Gran Mahakam. Di hotel itu Selly juga dikenal jago dalam mengutak-atik komputer.

"Penampilannya menarik dan innocent, orangnya seperti tanpa dosa. Bisa orang simpatik sama dia karena kebetulan di Gran Mahakam orangnya kekeluargaan, akrab. Pada saat dia mendekati saya, saya welcome aja kita saling percaya karena nggak pernah kejadian kayak gitu sebelumnya," ujar staf accounting Hotel Gran Mahakam yang enggan disebut namanya.

Hal itu disampaikan dia saat berbincang dengan detikcom , Selasa (16/2/2010).

Kinerja Selly selama sekitar 3 bulan kerja di hotel itu, menurutnya, juga tidak terlalu kelihatan. Kepada staf itu, Selly mengatakan pintar mengotak-atik komputer.

"Pintar dalam arti mengutak-utik program Linux atau apa. Dia bikin data base Linux. Dia bilang dia otodidak, temennya yang ajarin. Dia waras bisa ngomong panjang lebar tentang komputer seolah-olah kayak ngerti padahal bukan bidangnya. Memang 25 persen kerjanya sudah selesai, sudah menunjukkan hasil memperbaiki sistem," tuturnya.

Sebelumnya Selly telah menipu 10 orang dari jajaran manajer hingga staf Hotel Gran Mahakam. Selly telah membawa kabur Rp 20 juta dengan modus butuh uang karena orang tuanya sakit, menjual Blackberry murah hingga menjual voucher murah.

"Ya Selly pintarnya begitu, kecil-kecil (penipuannya)," ujar staf itu yang mengaku terakhir bertemu Selly saat digelandang ke Polsek Tanah Abang pada Januari 2010 lalu yang juga ditemani ayahnya, Yusral Rohban.

Saat itu staf itu bertanya apakah Selly ingat akan uang-uang karyawan Hotel Gran Mahakam yang dibawa pergi. Dan Selly pun menjawab, "Ingat Mbak, ingat. Tenang saya balikin nanti. Tinggal bilang ke papa,".
 
Bls: Tukang Tipu & The News

Selly Pakai Ransel Berlogo Kompas untuk Yakinkan Korban

Jakarta - Selly Yustiawati, penipu yang banyak makan korban sejak 2006 itu ternyata sampai menginap di rumah korban dalam aksi terbarunya. Ia mengaku bekerja sebagai wartawan Kompas. Selly membawa tas berlogo Kompas untuk meyakinkan pengakuannya.

Selly datang ke rumah CB di Depok pada Sabtu (6/2/2010). Selly mengaku bernama Rasellya Rahman Taher dan merupakan teman Facebook AT, adik CB. Kepada keluarga CB, Rasellya mengenalkan diri sebagai wartawan Kompas.

"Dia minta izin ikut menginap karena diminta sembunyi sama bosnya terkait pemberitaan kasus korupsi di DPRD Bogor," kata CB kepada detikcom, Rabu (17/2/2010).

Walaupun Selly hanya teman Facebook AT, namun karena sopan dan ramah dia mudah diterima. Penampilannya sederhana, kaos hijau, celana tiga perempat, rambut panjang diikat dan ransel bertuliskan Kompas. Maka yakinlah CB sekeluarga kalau Selly alias Rasellya adalah wartawan surat kabar besar itu.

Sabtu malam itu, dia pun bercerita serunya menjadi wartawan Kompas. Dia ditugaskan untuk meliput berita-berita kriminal. Dia pernah ikut digerebek saat menyamar dalam liputan narkoba. Redaksi Kompas pun memintanya tinggal dari hotel ke hotel karena nyawanya terancam.

"Dia bilang tugasnya selalu berisiko makanya dia dibayar besar oleh Kompas," katanya.

Selly pun tampak alim dengan rajin salat di rumah CB. Perempuan ini pun sempat keluar rumah untuk membelikan makanan. Untuk lebih menarik simpati, dia bercerita soal pacarnya yang mati karena kanker darah. Ayah ibunya tinggal di Bandung dan dia memiliki adik bernama Ardeniel Rahman Taher.

Hari pun berganti Minggu (7/2/2010). Rumah CB semakin ramai dengan datangnya keluarga PB yang merupakan adik CB. Saat itulah Selly mulai beraksi menawarkan bisnis pulsa dan ponsel murah.

"Ponsel Esia Rp 300.000 dia jual Rp 75 ribu. Pulsa Esia Rp 50 ribu dia jual Rp 30 ribu. Kita jadi tergiur," jelas CB.

Pada Senin (8/2/2010) Selly pamit untuk kembali bekerja. Selly mengaku diminta redaktur Kompas untuk liputan ke Medan. Sementara keluarga CB pun bersiap mentransfer uang Rp 4,6 juta ke rekening Bank Mandiri Selly, untuk bisnis pulsa murah. Uang dikirim dan Selly pun menghilang, tidak jelas rimbanya.
 
Bls: Tukang Tipu & The News

Malu, Korban Selly dan Kikit Enggan Lapor Polisi

Jakarta - Dampak aksi penipuan yang dilakukan Selly Yustiawati dan Kikit sangat serius terhadap korban. Mereka trauma karena ditipu dan takut untuk melapor.

Misalnya saja CB dan keluarganya yang ditipu Rp 4,6 juta. Mereka merasa trauma atas penipuan tersebut, namun sungkan untuk melapor ke polisi.

"Nanti kan urusannya jadi panjang. Kita belum siap mental," kata CB kepada detikcom, Rabu (17/2/2010).

Hal yang sama juga diakui wartawan Kompas, Sarie. Para karyawan Kompas Gramedia ditipu Rp 30 juta. Mereka merasa trauma tapi tidak melapor polisi. Apalagi kemudian Selly mencatut identitas sebagai wartawan Kompas dan beraksi dengan ransel Kompas.

"Mereka banyak yang merasa malu, kenapa sampai bisa tertipu," kata Sarie dalam perbincangan Senin (15/2/2010).

Para karyawan Kompas berhasil menjebak dan menyeret Selly ke Polsek Tanah Abang. Namun Selly lolos karena polisi malah menganjurkan tidak dibuat laporan.

"Justru mereka yang menyarankan tidak buat laporan, hanya surat perjanjian," kata Ong, wartawan Kompas lain.

Kondisi sama juga dihadapi korban-korban Kikit. Menurut AR, teman-temannya yang menjadi korban penipuan Kikit masih belum bisa melupakan kejahatan itu.

"Mereka secara kejiwaan masih marah, trauma pastinya," kata AR.

Sementara Kriminolog Erlangga Masdiana mengatakan, dampak trauma dan malu untuk melapor ini adalah bagian dari permainan psikologi yang dilakukan sang penipu. Korban dibuat pasrah dengan keadaannya.

"Mereka jadi malu, menilai kasusnya hanya masalah kecil, buang waktu, nanti polisi cuek. Kalau korban tidak menuntut serius, polisi juga nggak serius," kata Erlangga.
 
Bls: Tukang Tipu & The News

Dalam Sehari Bisa 5-7 Orang Datangi Rumah Selly Tagih Utang

Jakarta - Rumah Selly Yustiawati, penipu yang banyak makan korban sejak 2006 ini sudah sering didatangi orang tidak dikenal. Dalam sehari, bisa 5-7 orang mendatangi rumah Selly hanya untuk menagih utang.

"Orang nagih utang sudah sering datang kemari. Dalam sehari bisa 5-7 orang datang kemari. Ada yang marah-marah," ujar pembantu rumah tangga rumah Selly, Ratnawati, di rumah Selly, Jl H Taing No 1 A RT 06 RW 06, Petukangan Selatan, Jakarta Selatan, Rabu (17/2/2010).

Menurut Ratna, meski datang dengan marah-marah, para penagih utang Selly itu akhirnya berdamai. Ayah Selly membuat perjanjian dengan sang penagih untuk melunasi utang-utang Selly.

"Yang saya tahu memang pernah menipu di Kompas, Hotel Gran Mahakam, dan menjanjikan orang-orang untuk dijadikan SPG," ungkapnya.

Ratna mengatakan, sejak kasus Kompas terungkap, Selly sudah pergi dari rumah. Orangtua sudah menghubungi Selly tapi telepon selulernya mati. Bahkan Selly sempat dicari di daerah Bogor tapi tidak ketemu juga.

"Kalau kesehariannya Selly jarang keluar. Dia juga pendiam tapi memang pintar. Keluarga nggak nyangka dia jadi penipu seperti itu," imbuhnya.
 
Bls: Tukang Tipu & The News

Korban Selly Disarankan Lapor ke Polisi

Jakarta - Belum ada satu pun korban penipuan yang dilakukan Selly Yustiawati dan Kikit melapor ke kepolisian. Polda Metro Jaya mengimbau agar korban Selly segera melapor supaya penipuan itu bisa diproses hukum.

"Di Polda belum ada laporan. Disarankan korbannya melapor dulu, menyampaikan apa yang dialaminya. Itu sangat penting. Karena, polisi juga bertindak berdasarkan laporan, ada faktanya. Kalau belum ada yang melapor bagaimana kita bertindak," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Boy Rafli Amar, di Polda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (17/2/2010).

Menurut dia, Polda juga tidak masalah jika nantinya para korban dan Selly berinisiatif menyelesaikan secara musyawarah.

"Karena ini delik relatif, bukan delik murni. Kalau delik relatif bisa diselesaikan secara musyawarah antara korban dan terlapor. Jika perbuatan itu berulang, kita harus mempelajari dulu faktanya," ujar Boy.

Korban Selly sebelumnya mengaku malu melaporkan kasus penipuan yang menimpa mereka. Mereka juga ada yang beranggapan apabila kasus ini diproses di kepolisian maka urusannya semakin panjang.
 
Bls: Tukang Tipu & The News

Kisah Jaka yang Ditipu Selly Rp 100 Juta

Jakarta - Seorang korban penipuan Selly Yustiawati kehilangan uang Rp 100 juta lebih. Dia menuding Selly beraksi bersama keluarganya.

Sebut saja namanya Jaka, adalah suplier alat keselamatan kerja. Pada Februari 2009, dia berkenalan dengan Selly di sebuah cafe di Kemang. Selly mengaku bernama Rasellya Rahban Taher, karyawan Gran Mahakam. Singkat cerita mereka berteman.

Dalam perkembangannya, Selly mulai bercerita punya orang tua yang bercerai. Menurut pengakuan Selly, ayahnya pejabat Pertamina yang suka menyiksanya dan memiliki preman-preman dari Badan Narkotika Nasional (BNN). Ibunya yang menjadi manajer bank BCA di Bandung harus menyembunyikannya.

"Baru lah dia mulai menawarkan bisnis pulsa murah. Saya tertarik karena untungnya banyak. Saya setor Rp 70 juta, dua teman saya ikutan. Total lebih dari Rp 100 juta," kata Jaka kepada detikcom, Rabu (17/2/2010).

Setelah uang di tangan Selly, baru Selly mulai berkelit. Dia berkisah, para preman BNN kiriman ayahnya datang mengambil semua. Selly pun menghubungkan Jaka dengan perempuan yang mengaku ibunda Selly.

"Uang kamu gampang nanti balik lagi. Saya lagi di Singapura nih. Bapaknya memang kejam, suka mukul," kata Jaka menirukan ibunda Selly.

Jaka dan kawan-kawan pun mencarikan Selly kost di Jl Kelapa Dua, Depok dekat Kampus Gunadarma. Tokoh ketiga pun dikenalkan, pria bernama Yanto yang menjadi orang kepercayaan ibunda Selly.

"Ibunya bilang ada uang Rp 500 juta di Pak Yanto. Itu uang kita bertiga untuk dikembalikan. Sisanya untuk biaya hidup Selly," kata Jaka.

Jaka semakin curiga, namun tetap memegang janji Selly. Dia lalu membuat janji dengan Yanto awal Mei 2009 di RS Mitra Depok. Namun Yanto meminta Selly tidak ikut agar tidak diburu preman BNN lagi. Selly pun ditinggal di kost, Jaka berangkat sendiri ke RS Mitra Depok.

"Saya tunggu orangnya nggak muncul bilangnya sudah dekat. Tiba-tiba Selly juga mengaku diserbu preman BNN di kost-nya dan dibawa paksa. Terus semua telepon mereka nggak bisa dihubungi," papar Jaka.

Cukup lama Jaka berburu Selly dan berkomunikasi dengan para karyawan Kompas yang juga menjadi korban. Jaka ikut datang ke Polsek Tanah Abang pada 7 Januari 2010 saat Selly digelandang ke sana.

"Ada tuh yang menjadi bapaknya. Tapi bapaknya biasa aja tuh tampangnya, bukan kaya tukang pukul anak. Malah cuek begitu," jelas Jaka.

Jaka juga heran kenapa Polsek Tanah Abang tidak membuat laporan dari korban malahan menyarankan membuat surat perjanjian. Namun Jaka tidak mau, dia memaksa Selly membuat kwitansi sebagai barang bukti.

"Saya nggak mau ini jadi perdata, ini pidana. Saya masih simpan kwitansinya," kata Jaka.

Jaka mempertimbangkan permintaan Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Boy Rafli Amar yang meminta korban melapor ke Polda Metro Jaya. Dia menduga Selly dan keluarganya bersekongkol.

"Saya nggak bilang yakin ya, tapi dari pengalaman saya semua keluarganya dilibatkan. Ada ibunya dan ayahnya," pungkas Jaka.
 
Bls: Tukang Tipu & The News

Tetangga Kaget Selly yang Pendiam Terlibat Penipuan

Jakarta - Berbagai kisah penipuan oleh Selly Yustiawati sampai juga ke telinga para tetangganya. Para tetangga pun menjadi heboh membicarakan kasus ini.

Selly tinggal di Jl Haji Taing No 1A, RT 06/ RW 06 Petukangan Selatan, Jakarta Selatan. Ini adalah kawasan pemukiman yang cukup padat.

"Akhirnya jadi ramai tuh orang di sini pada ngomongin Selly. Kita juga pada kaget Selly tukang tipu," kata Nurul, tetangga Selly, kepada detikcom, Rabu (17/2/2010).

Menurut Nurul, Selly adalah anak pendiam dan jarang keluar rumah. Namun setelah Selly selesai kuliah dan bekerja, mereka tidak pernah lagi melihat Selly.

"Saya sudah pernah dengar kelakuan Selly, tapi nggak begitu kenal anaknya," kata Wati, tetangga yang lain.

Warga pun menjadi was-was atas kasus penipuan Selly. Namun sejauh ini belum ada tetangga yang menjadi korban. "Untung warga nggak jadi korban dia," pungkas mereka.
 
Bls: Tukang Tipu & The News

Tipu Puluhan Orang, Selly Diduga Bisa Hipnosis

Jakarta - Sudah jatuh puluhan korban akibat penipuan Selly Yustiawati. Digelandang ke Polsek Tanah Abang pun dia lolos. Selly diduga berbakat hipnosis secara alami.

Pada awal Januari 2010, Selly digelandang wartawan Kompas dan para korbannya ke Polsek Tanah Abang. Polisi pun sudah ada di situ. Alih-alih dilaporkan, Selly dengan kemampuan cuap-cuap akhirnya hanya diminta membuat surat perjanjian saja.

"Orang berkumpul satu Polsek pun bisa dia pengaruhi," kata pakar hipnoterapi Mardigu WP dalam bincang-bincang dengan detikcom, Rabu (17/2/2010).

Menurut Mardigu, hanya ada 5 persen manusia di dunia yang secara alami bisa menghipnosis orang. Romi Rafael dan Uya Kuya pun harus belajar, namun Selly tidak. Jika Romi dan Uya harus membuat targetnya tertidur, Selly bisa menghipnosis orang dengan tetap tersadar.

"Itu namanya waking hipnotist. Targetnya tetap sadar," kata Mardigu lagi.

Dia yakin Selly memiliki IQ di atas 135 poin. Selly pun punya kemampuan bicara yang meyakinkan dan bisa dengan cepat menilai sifat korbannya. Lewat berbicara dia sudah menghipnosis orang, tidak perlu menyentuh korban seperti ahli hipnosis lain.

"Belum bicara saja dia sudah tahu kelemahan lawan bicaranya," pungkasnya.

Selly menurut Mardigu adalah seorang kleptomania. Klepto tidak melulu soal orang yang suka mencuri, tapi ini adalah orang yang kecanduan adrenalin. Menipu orang pun memicu adrenalin pelaku.

"Ada kepuasan batin kalau dia sudah menipu orang," pungkasnya.
 
Bls: Tukang Tipu & The News

sellytipudlm.jpg


kal kok fhoto nya cuma 1,mana lagi fhoto fhoto nya

wah cantik ya,aku juga mau di hipnotis oleh selly
 
Last edited:
Bls: Tukang Tipu & The News

wah cantik.... daripada jadi tukang tipu kenapa ga jadi Aktris aja, kan pinter akting tuh
 
Back
Top