BAB 3
Xu Qi Bao (许起报)
Qian Tang (前�*�)
Ini kota pertama, tempat Huan Yong pertama kali reinkarnasi, menjadi Xu Qi Bao. Hakim kaya raya, pelit, kejam, dan jahat. Pengadilannya penuh dengan darah.
Suatu hari, seorang pencuri benda pusaka berhasil ditangkap. Qi Bao pun mengadilinya.
Qi Bao: "Qing Xiao! Apa.. Kau mengaku salah?"
Qing Xiao: "I, iya, Tuan Hakim. Hamba mengaku.."
Qi Bao: "Kalau begitu, penggal dia! Supaya arwahnya bisa reinkarnasi jadi orang baik!"
Para pengawal menyeret pencuri itu ke tempat eksekusi. Lalu memenggal kepalanya.
Qi Bao tertawa puas. Ia tidak peduli dengan aksi protes yang dilakukan oleh keluarga pencuri itu.
Qi Bao: "Kalian benar-benar tidak tau malu! Sudah mencuri masuk melakukan protes! Tobat sana!"
Istri Qing Xiao: "Qi Bao, kami memang tidak bisa apa-apa untuk melawanmu! Semoga Budha menghukummu!"
Qi Bao tetap acuh. Ia naik tandu, dan pulang ke rumah.
Saat sampai di depan rumah, lewatlah tiga orang gadis di dekat Qi Bao. Aroma wangi bunga pun merebak. Salah satu gadis menoleh pada Qi Bao. Memandanginya dengan perasaan terpendam dalam hati. Lalu, teguran pengawal membuat lamunannya buyar. Ia segera masuk ke dalam rumah.
Tiga gadis itu adalah An Xin, Yi Qun, dan Yan Zhi. Dari tadi, mereka berdua masing-masing menggenggam tangan An Xin. Agar sahabat mereka itu bisa tabah.
An Xin: "Itu tadi.. Huan Yong.. Huan Yong.."
Yi Qun: "Iya, benar. Dia Huan Yong. Reinkarnasi jadi Xu Qi Bao yang kejam!"
Yan Zhi: "Xu Qi Bao dan Ai Huan Yong memang satu orang. Tapi, hidup mereka benar-benar berbeda."
Yi Qun: "An Xin, kau punya rencana untuk mendekatinya?"
An Xin: "Ada. Tapi.. aku tidak yakin bisa berhasil."
Yan Zhi: "Dicoba saja dulu."
Tiga bidadari itu tinggal di Qian Tang. Mereka tinggal di sebuah rumah, yang dekat dengan rumah Qi Bao. Agar lebih mudah menjalankan misi.
Qi Bao tidak bisa tidur. Ia ingat gadis tadi.
Qi Bao: "Siapa dia?"
Ia hanyut dalam lamunan..
Sore hari, An Xin dan dua sahabatnya memulai misi. Mereka pergi ke rumah Qi Bao. Pura-pura menawarkan kain dan lukisan bagus. Ibu Qi Bao yang juga sama sombongnya memilih dan memilih barang yang dibawa gadis-gadis itu. Tapi akhirnya malah tidak jadi beli.
Ibu Qi Bao: "Ini barang apa? Curian dari mana?"
An Xin: "Maaf, kenapa anda bicara seperti itu?"
Ibu Qi Bao: "Memangnya kenapa? Ini mulutku. Lantas, kau mau apa?"
Yi Qun: "Sebaiknya anda jaga mulut anda itu, supaya tidak membuat anda malu sendiri."
Yan Zhi: "An Xin, kita pergi!"
Mereka menarik An Xin keluar dari rumah itu. Saat membuka pintu.. Tanpa sengaja, mereka bertemu dengan Qi Bao. An Xin menatapnya. Rindu itu kembali bergejolak. Qi Bao menatap An Xin. Sangat kelihatan, kalau pria ini begitu kejam.
Qi Bao: "Kalian ini siapa?"
An Xin segera memberi hormat. Begitu juga Yi Qun dan Yan Zhi.
An Xin: "Aku Zhao An Xin. Dan mereka dua saudaraku, He Yi Qun dan He Yan Zhi."
Qi Bao: "An Xin.. Nama yang bagus."
An Xin: "Terimakasih, Tuan.."
Lalu, tanpa berpamitan, Qi Bao meninggalkan mereka, dan masuk ke dalam rumah.
Malamnya, An Xin menyendiri di dalam kamarnya. Mengingat pertemuan pertama dengan Qi Bao, yang tak lain adalah reinkarnasi Huan Yong. Hal itu mengingatkan An Xin, saat bertemu dengan Huan Yong pertama kali. Waktu itu sedang musim semi. Mereka baru saja diangkat ke Istana Langit menjadi bidadari dan bidadara, sekitar 300 tahun yang lalu. Mereka berkenalan, saat tak sengaja bertemu di kediaman Dewa Ai Cien Nien.
Saat itu, mentari baru terbit. An Xin diperintahkan untuk mengantar sulaman Telaga untuk Dewa Ai Cien Nien, dari Istana Bidadari. Sedangkan Huan Yong mengantarkan patung Gunung Tang untuk Dewa Ai Cien Nien.
Hari itu adalah hari ulang tahun dewa asmara tersebut, yang ke 6000 tahun. Si dewa sangat bahagia. Ia mengajak An Xin dan Huan Yong minum arak bersama, menikmati kebahagiaan, hingga larut malam.
Ternyata, jodoh sudah ditentukan. Kalau sudah cinta, tak kan lari ke mana. Gunung Tang dan telaganya menjadi simbol cinta mereka.
Huan Yong: "Langit runtuh kita berdua sama-sama menopangnya. Gunung meletus tak kan hancurkan cinta kita."
An Xin: "Dengan nyawaku.. akan ku pertahankan cintaku padamu selamanya. Meski lautan mengering, aku tetap milikmu."
Karena mengingat hal itu, An Xin menangis semalaman. Membuat Yi Qun dan Yan Zhi ikut sedih.
Yi Qun: "Kita harus melakukan sesuatu. Agar Qi Bao jatuh cinta pada An Xin."
Yan Zhi: "Tapi, bagaimana caranya?"
Yi Qun: "Kau temani An Xin dulu."
Yan Zhi: "Kau mau ke mana?"
Yi Qun: "Tunggu sajalah.."
Kemudian, ia pergi. Terbang ke Langit.
Yi Qun meminta teman-teman bidadari dan bidadara berkumpul di kediaman Kera Sakti.
Wei Ping: "Kasihan sekali An Xin."
Liang Hai: "Kalau begitu, aku tidak akan berpikir sampai dua kali."
Jie Cu: "Tapi.. bagaimana kita membantu mereka?"
Mereka pun berdiskusi bersama. Kera Sakti juga bersedia membantu.
Rencana sudah dirancang. Semua orang sudah siap dengan perannya masing-masing.
Yi Qun: "Ingat, jangan sampai salah."
An Xin sungguh sedih melihat sikap Qi Bao. Meski ia sangat mencintai Huan Yong, tapi tak bisa membenarkan kekejaman Qi Bao.
An Xin: "Yan Zhi, aku.. benar-benar kalah sebelum perang.."
Yan Zhi: "Kau belum kalah. Kau kan baru mulai."
An Xin: "Tapi, aku belum menemukan ide satu pun."
Yan Zhi: "Yang sabar, An Xin.. Pelan-pelan saja."
Suatu hari, Yan Zhi dan Yi Qun menemani An Xin jalan-jalan menghirup udara segar pagi hari. Menikmati hangatnya cahaya mentari pagi.
Tiba-tiba, sekelompok pengawal dari pengadilan menyeret seorang tua semua menuju tempat pengadilan.
An Xin: "Kenapa kakek itu?"
Yi Qun: "Ayo, kita cari tau!"
Yan Zhi: "Ayo!"
Mereka melihat kerumunan banyak orang di depan pengadilan.
Yan Zhi mendekati seorang warga.
Yan Zhi: "Nyonya, apa yang sedang terjadi?"
Wanita: "Dia tertangkap saat mencuri mantou di kedai. Aku rasa.. dia pasti dipenggal."
Yan Zhi: "Oh.. Kasihan sekali."
Ia pun memberitau An Xin dan Yi Qun.
An Xin: "Keterlaluan! Ini tidak bisa dibiarkan!"
Yi Qun: "Ayo, kita tolong dia!"
Yan Zhi: "Yi Qun, jangan beri ide buruk!"
Yi Qun: "Ini bukan ide buruk!"
An Xin tidak tahan lagi. Ketika kakek tua itu diseret masuk ke pengadilan. An Xin langsung menghadangnya.
An Xin: "Berhenti!"
Pengawal: "Heh! Minggir kau! Jangan menghalangi jalan!"
An Xin: "Aku tidak akan beranjak, kalau kalian tidak melepasnya!"
Pengawal: "Jangan banyak omong! Tangkap juga dia!"
Jadilah mereka bertarung di depan pengadilan. Tentu saja, kungfu An Xin lebih hebat.
Qi Bao mendapat laporan tentang kejadian ini. Ia segera melihat sendiri.
Qi Bao: "Apa-apaan ini? Pengawal, tangkap wanita itu!"
Ini kesempatan! Yi Qun membisiki An Xin lewat telepati, agar pasrah saja, saat ditangkap.