Penghuni Langit - Cinta Ribuan Tahun

Kalina

Moderator
Ini novelku tentang kehidupan para penghuni langit. Mulai dari Kaisar Langit, Ratu Langit. Dewa dan Dewi, para Po Sat, bidadari dan bidadara, serta para siluman mulia seperti Kera Sakti Sun Wu Kong, Chu Pa Jie, adik mereka Sha Wu Ching, beserta guru mereka, Biksu Tong Sam Chong.

天上人间 爱见年

Bagi kalian yang memahami ajaran Budha, kalau ada yang terlalu menyimpang, mohon petunjuknya ya
 
Last edited:
BAB 1
Kesalahan Besar

Suara dawai kecapi mengalun lembut dan merdu di Istana Bidadari. Zhao An Xin, sedang bernyanyi. Di tonton oleh enam bidadari lainnya.

Hari indah
Pemandangan indah
Burung berkicau merdu
Melagukan kata hati terindah
Mereka terbang mengitari dunia
Menebarkan kedamaian
Bagai bunga mawar yang indah di musim semi
Hujan turun membasahi hati yang kering
Menyejukkan hati yang gersang
Cinta..

Tiba-tiba, salah satu senar dawai kecapi terputus. Lagu pun terhenti mendadak.
Yan Zhi: "Kenapa senarnya bisa putus?"
An Xin tersenyum.
An Xin: "Mungkin.. senarnya sudah menipis.."
Kemudian, datanglah Ai Huan Yong, kekasih An Xin.
Huan Yong: "An Xin! An Xin!"
An Xin segera menyambutnya. Ia melihat Huan Yong berdiri di halaman berbunga. Wajahnya yang tampan tersenyum.
An Xin: "Huan Yong!"
Mereka berpelukan penuh rasa rindu. Disaksikan para bidadari di kejauhan.
Huan Yong: "An Xin.. ada yang ingin ku perlihatkan padamu."
An Xin: "Apa itu?"
Huan Yong mengajak An Xin terbang ke sebuah gunung.

Itu adalah Gunung Tang (�*�山)
An Xin: "Apa yang ingin kau perlihatkan padaku?"
Huan Yong: "Tunggu di sini.."
Ia melompat, lalu mengeluarkan sihir. Menjadikan puncak gunung sebagai telaga, dan di sisinya terdapat goa.
An Xin: "Wah.. Indah sekali.."
Huan Yong mendarat di sisi An Xin.
Huan Yong: "Ini namanya Huan An Yong Xin (还安用心). Telaga yang dibangun dengan kekuatan cintaku padamu."
An Xin: "Huan An Yong Xin.. bukankah.. ini dua nama kita yang dijadikan satu?"
Huan Yong: "Benar. Seperti dua utas tali yang disimpul dengan kuat. Tak mudah lepas. Artinya, kita akan tetap bersama. Sulit dipisahkan.."
An Xin tersenyum. Ia terharu mendengar kata-kata manis itu.
Huan Yong: "Kelak, saat kita berdua sudah mencapai kesempurnaan abadi, dan sudah menikah, kita tinggal di sini. Bagaimana?"
An Xin: "Baik. Sudah diputuskan."
Huan Yong memeluk An Xin penuh kasih sayang.

Istana Langit..
Di balairung, sudah berkumpul semua dewa yang memiliki kedudukan penting. Selain Kaisar dan Ratu Langit, juga ada Dewa 3 Mata, Kera Sakti, dan Dewa Ai Cien Nien. Juga Dewa Langit dan Dewa Bumi. Ada masalah penting.
3 Mata: "Yang Mulia.. segera putuskan masalah ini!"
Kaisar: "Membantu seorang biksu bersatu dalam masalah cinta, ini melanggar aturan Langit. Ini kesalahan besar terhadap Budha."
3 Mata: "Kalau begitu, harus diputuskan secepatnya."
Kaisar: "Baik."
Kemudian, Kera Sakti mengajukan pembelaan.
Kera Sakti: "Yang Mulia, mohon anda berbaik hati. Ai Huan Yong melakukannya, pasti punya alasan demi kebajikan."
3 Mata: "Hah? Demi kebajikan? Dia cuma bidadara kecil yang belum sempurna. Tau apa dia soal kebajikan?"
Kera Sakti: "Eh, coba lihat.. Kau kan punya 3 mata. Lihat dengan jelas! Apakah kau tidak menemukan kebajikan?"
3 Mata: "Apapun alasannya. Yang dilakukan adalah kesalah besar! Mohon, Yang Mulia menentukan hukuman yang tepat!"
Kaisar: "Sekarang, cepat panggil Bidadara Ai Huan Yong."

Istana Bidadara heboh! Mereka sudah mendengar masalah Ai Huan Yong. Para bidadara bermarga Ai membicarakannya.
Ci Fei: "Bingung juga. Entah dia harus disalahkan atau dibela. Sebenarnya terharu juga dengan apa yang dilakukannya."
Shan Tian: "Biksu muda itu, terpaksa jadi biksu karena tekanan orang tuanya. Dia melakukan zina dengan kekasihnya. Dan dia sangat mencintai kekasihnya itu. Maka, datanglah Ai Huan Yong membantunya. Kalian tau sendiri kan.. bagaimana watak Huan Yong. Hubungannya dengan Zhao An Xin sungguh mendebarkan hati. Apa bisa, orang seperti ini membiarkan si biksu dan kekasihnya menderita karena cinta?"
Xu Xian: "Ah.. benar-benar membingungkan."
Ci Fei: "Tapi, membantu seorang biksu menikah, adalah kesalahan besar! Dia pasti dihukum berat."
Xu Xian: "Lalu.. kita harus bagaimana?"
Ci Fei: "Perlu melakukan aksi protes?"
Shan Tian: "Aksi protes kepalamu?!"
Shan Tian memukul Ci Fei dengan kipas.
Shan Tian: "Kita tidak bisa berbuat apa-apa. Kesalahannya terlalu besar!"
Mereka pun diam.

Istana Bidadari tak kalah hebohnya. He Yi Qun buru-buru masuk ke Istana. Menemui para bidadari.
Yi Qun: "Gawat! Sungguh gawat!"
Wei Ping: "Bagaimana sekarang? Kalau sampai terjadi sesuatu pada Huan Yong, An Xin pasti akan sangat sedih."
Yi Qing: "Benar sekali. Tapi kita tidak bisa melakukan apa-apa. Kesalahannya terlalu besar."
Ping Ping: "Bagaimana, kalau kita coba bicara pada Ratu Langit? Siapa tau, bisa membantu meringankan hukuman Huan Yong."
Suo Cin: "Kita coba dulu!"
Keenam bidadari pun segera menemui Ratu Langit di kediamannya.
Mendengar yang dibicarakan oleh para bidadari, Ratu Langit terkejut, sampai menggebrak meja.
Ratu: "Mimpikah kalian? Sebaiknya tidak usah ikut campur masalah ini."
Yan Zhi: "Tapi, Yang Mulia.. Huan Yong melakukan itu, pasti punya alasan yang kuat."
Ratu: "Kesalahannya terlalu besar. Aku tidak punya cara untuk membantu, apalagi menolong. Tidak ada gunanya bicara dengan kalian."
Ratu Langit sama sekali tidak bisa dimintai bantuan.
Yi Qun: "Habislah sudah.."

3 Pengawal Langit menemukan keberadaan Huan Yong. Rupanya, bidadara itu sudah tau maksud kedatangan mereka.
Huan Yong: "Jangan mengatakan apa pun di depannya."
Pengawal Langit: "Kalau begitu, kau segera ikut kami!"
Huan Yong: "Iya. Sebentar."
Ia kembali masuk ke dalam goa, memanggil An Xin.
Huan Yong: "An Xin, Pengawal Langit menjemputku. Sepertinya.. ada yang butuh bantuanku di Istana Langit. Kita pulang sekarang?"
An Xin: "Baiklah. Ayo!"

Huan Yong dan 3 Pengawal Langit segera ke aula Istana Langit. Menghadap Kaisar Langit. Dengan tenang, Huan Yong mengakui perbuatannya.
Huan Yong: "Bukankah menjadi biksu tanpa niat yang tulus, sama saja dengan menipu Budha? Bila hatinya tidak tulus terhadap Budha, bukankah ini juga salah? Jadi, hamba membantunya kembali ke jalan yang sesungguhnya."
Kaisar: "Kau berani sekali berbuat seperti itu. Apa kau tau, itu adalah kesalahan besar? Hukumannya sangat berat."
Huan Yong: "Hamba tau. Makanya melakukan hal itu. Hamba tidak takut apapun hukumannya."

Kera Sakti mencoba untuk membela Huan Yong lagi. Tapi gagal. Hukuman tak bisa dihindari. Karena Kaisar Langit sudah memutuskannya.
Kaisar: "Kau akan dihukum berat. Turun ke bumi menjadi manusia jahat dan keji, serta dibenci banyak manusia lainnya, selama 20 kehidupan!"

An Xin terkejut mendengar teman-teman bidadari memberitau tentang masalah besar yang dihadapi oleh Huan Yong.
An Xin: "Aku mau ke Istana Langit. Aku harus menolongnya."
Yi Qun segera menahannya.
Yi Qun: "Percuma, An Xin! Kami saja tidak dipedulikan oleh Ratu Langit. Apalagi kau yang sendirian di hadapan Kaisar Langit."
An Xin: "Tapi.."
Ia menangis.
Yi Qing: "Kau harus tabah. Tenangkan hati, agar bisa berpikir dengan jernih."
 
Last edited:
BAB 2
Tugas An Xin

Terlambat! An Xin tak bisa berpikir jernih. Masalah ini terlalu mendadak baginya. Apalagi, Kaisar Langit sudah menjatuhkan hukuman.
An Xin: "Bagaimana ini, Tuhan?"

Hari itu juga, An Xin ke Istana Bidadara. Hendak menemui Huan Yong. Karena, kekasihnya itu akan dijebloskan ke Lubang Reinkarnasi malam ini.
An Xin: "Kenapa kau melakukannya, Huan Yong..?"
Huan Yong: "Kau sangat memahamiku, kan? Kalau kau jadi aku, kau pasti akan melakukan hal yang sama."
Keduanya berpelukan erat.
An Xin: "Huan Yong.. Kalau kau reinkarnasi sebanyak itu.. bagaimana denganku?"
Huan Yong: "Kau harus menungguku.. Setelah 20 kehidupan, aku pasti kembali padamu."
An Xin menganggukkan kepala. Air matanya terus berlinang.
Huan Yong: "Kau tidak perlu cemas. Bukankah.. aku akan reinkarnasi menjadi orang jahat. Aku akan cepat mati. Lalu cepat reinkarnasi lagi. 20 kehidupan itu.. tidak lama.."
Huan Yong menatap An Xin lekat. Lalu menciumi wajah kekasihnya.
An Xin: "Aku menunggumu di Huan An Yong Xin"

Malam itu juga, Huan Yong dibawa ke tempat proses reinkarnasi. Lubang Reinkarnasi terus menganga dan mengeluarkan cahaya.
An Xin, bersama para bidadari dan bidadara mengantar Huan Yong ke tempat itu. Huan Yong sendiri digiring oleh dua Pengawal Langit.
An Xin: "Huan Yong..!"
Ia berlari ke arah kekasihnya. Keduanya berpelukan lagi.
Huan Yong: "Kau jangan sedih. Kita kan tidak benar-benar berpisah.. Aku pasti kembali.."
Pengawal Langit menarik Huan Yong hingga lepas dari pelukan An Xin. Lalu menjebloskan Huan Yong ke dalam Lubang Reinkarnasi.
An Xin: "Huan Yong..!!!"
Ia berteriak histeris.

Huan Yong sudah pergi. An Xin sangat sedih. Setiap hari ia hanya menangis di Huan An Yong Xin. Di dalam goa sendirian.
Hingga suatu hari, datanglah Kera Sakti dan Dewa Ai Cien Nien.
Kera Sakti: "An Xin!"
Ai Cien Nien: "An Xin!"
An Xin keluar dari goa, dan menemui mereka.
Kera Sakti: "An Xin, lihat dirimu.. Begitu kurus dan menyedihkan. Sungguh membuatku prihatin.."

An Xin: "Ini semua.. karena aku terlalu merindukan Huan Yong.."
Ai Cien Nien: "Kami datang kemari, khusus memberitau sesuatu padamu. Ini tentang Huan Yong."
Mendadak, An Xin jadi bersemangat.
An Xin: "Bagaimana? Katakan padaku, cepat!"
Kera Sakti: "Huan Yong sudah reinkarnasi. Dia menjadi seorang hakim yang kejam, dan dzolim."
An Xin: "Cepat sekali.."
Ai Cien Nien: "Ini sudah 20 tahun lebih..!"
Kera Sakti: "Tentu saja kau bilang cepat sekali. Kerjamu hanya menangis sendirian di dalam goa. Tak terasa sudah 20 tahun lebih."
An Xin: "Lalu.. sekarang aku harus bagaimana?"
Ai Cien Nien mulai menceritakan sebuah rencana, yang telah ia rancang bersama Kera Sakti.
Ai Cien Nien: "Aku Dewa Asmara Ribuan Tahun, sudah tau jelas, bahwa Zhao An Xin dan Ai Huan Yong adalah Jodoh Abadi. Saat dia divonis bersalah dan dijatuhi hukuman oleh Kaisar Langit, aku tidak bisa berbuat apa-apa untuk membelanya. Aku sangat menyesal."
Air mata An Xin kembali menetes.

Ai Cien Nien: "Aku dan Kera Sakti punya rencana. Kau harus melindungi Huan Yong."
An Xin: "Melindunginya?"
Kera Sakti: "Manusia jahat, suka sekali mengumbar janji. Kalau.. dia menjanjikan cinta pada wanita lain, apakah kau akan rela?"
Ai Cien Nien: "Kalian memang Jodoh Abadi. Tapi, terkadang takdir bisa berubah.. bila ada doa yang tulus."
An Xin: "Apakah ada orang jahat yang bisa berdoa dengan tulus?"
Kera Sakti: "Mulai sekarang, kau harus mengurangi kesedihanmu. Agar bisa berpikir dengan tenang. Cari cara, supaya kau bisa terus dekat dengan Huan Yong."
An Xin: "Maksud kalian apa?"
Ai Cien Nien: "Kau menyamar jadi manusia. Dan mendekati Huan Yong di 20 kehidupan."
An Xin: "Apa tidak apa-apa?"
Kera Sakti: "Jangan khawatir. Kami semua siap membantumu."
An Xin: "Terimakasih, Kera Sakti.. Terimakasih, Dewa Ai Cien Nien.."
Kemudian, mereka sama-sama ke Istana Langit. Menemui para bidadari dan bidadara. Mereka senang, akhirnya An Xin pulang.

Yi Qun: "An Xin.. Lihat ini.. Kehidupan Huan Yong yang pertama. Sungguh membuatku prihatin.."
Yi Qun menunjukkan Mangkuk Ajaibnya. Muncul gambar kehidupan pertama Huan Yong. Ia menjadi seorang hakim bernama Xu Qi Bao. Ia kejam dan suka menindas rakyat. Masih muda, sudah puluhan orang yang dipenggal olehnya. Tak ada yang berani menentangnya, karena ia kaya dan jahat. Ia juga pandai bicara di depan Kaisar Qian Long.
An Xin: "Sejahat apa pun dia.. dia tetap Huan Yong-ku. Aku harus ada di dekatnya. Aku.. pergi dulu!"
Su Cheng Jie, salah satu bidadara menahan An Xin.
Cheng Jie: "Tunggu dulu, An Xin! Jangan buru-buru begitu. Sebaiknya, kau menemui Dewi Kwan Im, biar diberi petunjuk yang tepat.."
An Xin: "Kau benar. Baik, aku akan segera ke Hutan Zi Zhu, untuk menemui Dewi Kwan Im.."
Ia pun segera pergi.
Tapi, teman-temannya tak leluasa membiarkan dia pergi sendirian. Maka, Yi Qun dan Yan Zhi menemaninya.

Sesampainya di lereng Hutan Zi Zhu, tempat Dewi Kwan Im bertapa, An Xin melihat Yi Qun dan Yan Zhi datang.
An Xin: "Apa yang sedang kalian lakukan?"
Yi Qun: "An Xin, kita para bidadari adalah saudara. Kita semua keluarga. Kau merasa sedih, kami pun akan menghibur. Kau sedang ada masalah, kami pun akan membantu sebisa kami."
Yan Zhi: "Jadi, kami akan menemanimu menyamar jadi manusia."
Senyuman mengembang di wajah An Xin.
Yi Qun: "Sekarang, cepat kau temui Dewi Kwan Im. Kami menunggumu di sini."
An Xin menganggukkan kepala.

An Xin berjalan kaki naik gunung, menuju Hutan Zi Zhu. Berharap dengan tulus, supaya bisa bertemu Dewi Kwan Im. Perjalanan itu butuh waktu sehari semalam.

Di Istana Langit..
Seperti biasa, setiap menjelang pagi, Dewa Ai Cien Nien selalu menjodohkan sepasang manusia dalam ikatan cinta. Juga memberikan restu pada pasangan yang baru menikah.

Kemudian.. datanglah Kera Sakti.
Ai Cien Nien: "Ini kan belum pagi. Kenapa tidak pergi tidur?"
Kera Sakti: "Tidak bisa tidur. Aku memikirkan An Xin dan Huan Yong. Kejadian ini benar-benar masalah besar. Heboh sekali."
Ai Cien Nien: "Aku juga kasihan pada mereka."

Sampailah An Xin di Hutan Zi Zhu. Ia letih sekali. Keringat membasahi wajahnya.
An Xin: "Dewi Kwan Im.. Bidadari Zhao An Xin ingin bertemu.."
Secercah cahaya kuning berkemilau muncul di hadapan An Xin. Silau sekali. Itulah.. Dewi Kwan Im.
An Xin: "Dewi Kwan Im.. An Xin datang kemari ingin memohon petunjuk."
Kwan Im: "Aku sudah tau, apa yang terjadi. Yang dilakukan oleh Bidadara Ai Huan Yong tidak bisa dianggap benar. Hukuman pun sudah tepat. Tetapi, bila dia bisa melawan nasib, dan berusaha melakukan kebaikan selama 20 kehidupan, aku yakin Kaisar Langit pasti mengampuninya."
An Xin: "Benarkah? Jadi, apa yang harus An Xin lakukan?"
Kwan Im: "Bantulah dia untuk bertobat.."
An Xin berpikir sejenak.
An Xin: "Baiklah, An Xin mengerti."
 
Last edited:
BAB 3
Xu Qi Bao (许起报)

Qian Tang (前�*�)
Ini kota pertama, tempat Huan Yong pertama kali reinkarnasi, menjadi Xu Qi Bao. Hakim kaya raya, pelit, kejam, dan jahat. Pengadilannya penuh dengan darah.
Suatu hari, seorang pencuri benda pusaka berhasil ditangkap. Qi Bao pun mengadilinya.
Qi Bao: "Qing Xiao! Apa.. Kau mengaku salah?"
Qing Xiao: "I, iya, Tuan Hakim. Hamba mengaku.."
Qi Bao: "Kalau begitu, penggal dia! Supaya arwahnya bisa reinkarnasi jadi orang baik!"
Para pengawal menyeret pencuri itu ke tempat eksekusi. Lalu memenggal kepalanya.
Qi Bao tertawa puas. Ia tidak peduli dengan aksi protes yang dilakukan oleh keluarga pencuri itu.
Qi Bao: "Kalian benar-benar tidak tau malu! Sudah mencuri masuk melakukan protes! Tobat sana!"
Istri Qing Xiao: "Qi Bao, kami memang tidak bisa apa-apa untuk melawanmu! Semoga Budha menghukummu!"
Qi Bao tetap acuh. Ia naik tandu, dan pulang ke rumah.

Saat sampai di depan rumah, lewatlah tiga orang gadis di dekat Qi Bao. Aroma wangi bunga pun merebak. Salah satu gadis menoleh pada Qi Bao. Memandanginya dengan perasaan terpendam dalam hati. Lalu, teguran pengawal membuat lamunannya buyar. Ia segera masuk ke dalam rumah.

Tiga gadis itu adalah An Xin, Yi Qun, dan Yan Zhi. Dari tadi, mereka berdua masing-masing menggenggam tangan An Xin. Agar sahabat mereka itu bisa tabah.
An Xin: "Itu tadi.. Huan Yong.. Huan Yong.."
Yi Qun: "Iya, benar. Dia Huan Yong. Reinkarnasi jadi Xu Qi Bao yang kejam!"
Yan Zhi: "Xu Qi Bao dan Ai Huan Yong memang satu orang. Tapi, hidup mereka benar-benar berbeda."
Yi Qun: "An Xin, kau punya rencana untuk mendekatinya?"
An Xin: "Ada. Tapi.. aku tidak yakin bisa berhasil."
Yan Zhi: "Dicoba saja dulu."
Tiga bidadari itu tinggal di Qian Tang. Mereka tinggal di sebuah rumah, yang dekat dengan rumah Qi Bao. Agar lebih mudah menjalankan misi.
Qi Bao tidak bisa tidur. Ia ingat gadis tadi.
Qi Bao: "Siapa dia?"
Ia hanyut dalam lamunan..

Sore hari, An Xin dan dua sahabatnya memulai misi. Mereka pergi ke rumah Qi Bao. Pura-pura menawarkan kain dan lukisan bagus. Ibu Qi Bao yang juga sama sombongnya memilih dan memilih barang yang dibawa gadis-gadis itu. Tapi akhirnya malah tidak jadi beli.
Ibu Qi Bao: "Ini barang apa? Curian dari mana?"
An Xin: "Maaf, kenapa anda bicara seperti itu?"
Ibu Qi Bao: "Memangnya kenapa? Ini mulutku. Lantas, kau mau apa?"
Yi Qun: "Sebaiknya anda jaga mulut anda itu, supaya tidak membuat anda malu sendiri."
Yan Zhi: "An Xin, kita pergi!"
Mereka menarik An Xin keluar dari rumah itu. Saat membuka pintu.. Tanpa sengaja, mereka bertemu dengan Qi Bao. An Xin menatapnya. Rindu itu kembali bergejolak. Qi Bao menatap An Xin. Sangat kelihatan, kalau pria ini begitu kejam.
Qi Bao: "Kalian ini siapa?"
An Xin segera memberi hormat. Begitu juga Yi Qun dan Yan Zhi.
An Xin: "Aku Zhao An Xin. Dan mereka dua saudaraku, He Yi Qun dan He Yan Zhi."

Qi Bao: "An Xin.. Nama yang bagus."
An Xin: "Terimakasih, Tuan.."
Lalu, tanpa berpamitan, Qi Bao meninggalkan mereka, dan masuk ke dalam rumah.

Malamnya, An Xin menyendiri di dalam kamarnya. Mengingat pertemuan pertama dengan Qi Bao, yang tak lain adalah reinkarnasi Huan Yong. Hal itu mengingatkan An Xin, saat bertemu dengan Huan Yong pertama kali. Waktu itu sedang musim semi. Mereka baru saja diangkat ke Istana Langit menjadi bidadari dan bidadara, sekitar 300 tahun yang lalu. Mereka berkenalan, saat tak sengaja bertemu di kediaman Dewa Ai Cien Nien.
Saat itu, mentari baru terbit. An Xin diperintahkan untuk mengantar sulaman Telaga untuk Dewa Ai Cien Nien, dari Istana Bidadari. Sedangkan Huan Yong mengantarkan patung Gunung Tang untuk Dewa Ai Cien Nien.
Hari itu adalah hari ulang tahun dewa asmara tersebut, yang ke 6000 tahun. Si dewa sangat bahagia. Ia mengajak An Xin dan Huan Yong minum arak bersama, menikmati kebahagiaan, hingga larut malam.

Ternyata, jodoh sudah ditentukan. Kalau sudah cinta, tak kan lari ke mana. Gunung Tang dan telaganya menjadi simbol cinta mereka.
Huan Yong: "Langit runtuh kita berdua sama-sama menopangnya. Gunung meletus tak kan hancurkan cinta kita."
An Xin: "Dengan nyawaku.. akan ku pertahankan cintaku padamu selamanya. Meski lautan mengering, aku tetap milikmu."
Karena mengingat hal itu, An Xin menangis semalaman. Membuat Yi Qun dan Yan Zhi ikut sedih.

Yi Qun: "Kita harus melakukan sesuatu. Agar Qi Bao jatuh cinta pada An Xin."
Yan Zhi: "Tapi, bagaimana caranya?"
Yi Qun: "Kau temani An Xin dulu."
Yan Zhi: "Kau mau ke mana?"
Yi Qun: "Tunggu sajalah.."
Kemudian, ia pergi. Terbang ke Langit.

Yi Qun meminta teman-teman bidadari dan bidadara berkumpul di kediaman Kera Sakti.
Wei Ping: "Kasihan sekali An Xin."
Liang Hai: "Kalau begitu, aku tidak akan berpikir sampai dua kali."
Jie Cu: "Tapi.. bagaimana kita membantu mereka?"
Mereka pun berdiskusi bersama. Kera Sakti juga bersedia membantu.

Rencana sudah dirancang. Semua orang sudah siap dengan perannya masing-masing.
Yi Qun: "Ingat, jangan sampai salah."

An Xin sungguh sedih melihat sikap Qi Bao. Meski ia sangat mencintai Huan Yong, tapi tak bisa membenarkan kekejaman Qi Bao.
An Xin: "Yan Zhi, aku.. benar-benar kalah sebelum perang.."
Yan Zhi: "Kau belum kalah. Kau kan baru mulai."
An Xin: "Tapi, aku belum menemukan ide satu pun."
Yan Zhi: "Yang sabar, An Xin.. Pelan-pelan saja."

Suatu hari, Yan Zhi dan Yi Qun menemani An Xin jalan-jalan menghirup udara segar pagi hari. Menikmati hangatnya cahaya mentari pagi.
Tiba-tiba, sekelompok pengawal dari pengadilan menyeret seorang tua semua menuju tempat pengadilan.
An Xin: "Kenapa kakek itu?"
Yi Qun: "Ayo, kita cari tau!"
Yan Zhi: "Ayo!"
Mereka melihat kerumunan banyak orang di depan pengadilan.
Yan Zhi mendekati seorang warga.
Yan Zhi: "Nyonya, apa yang sedang terjadi?"
Wanita: "Dia tertangkap saat mencuri mantou di kedai. Aku rasa.. dia pasti dipenggal."

Yan Zhi: "Oh.. Kasihan sekali."
Ia pun memberitau An Xin dan Yi Qun.
An Xin: "Keterlaluan! Ini tidak bisa dibiarkan!"
Yi Qun: "Ayo, kita tolong dia!"
Yan Zhi: "Yi Qun, jangan beri ide buruk!"
Yi Qun: "Ini bukan ide buruk!"
An Xin tidak tahan lagi. Ketika kakek tua itu diseret masuk ke pengadilan. An Xin langsung menghadangnya.
An Xin: "Berhenti!"
Pengawal: "Heh! Minggir kau! Jangan menghalangi jalan!"
An Xin: "Aku tidak akan beranjak, kalau kalian tidak melepasnya!"
Pengawal: "Jangan banyak omong! Tangkap juga dia!"
Jadilah mereka bertarung di depan pengadilan. Tentu saja, kungfu An Xin lebih hebat.
Qi Bao mendapat laporan tentang kejadian ini. Ia segera melihat sendiri.
Qi Bao: "Apa-apaan ini? Pengawal, tangkap wanita itu!"
Ini kesempatan! Yi Qun membisiki An Xin lewat telepati, agar pasrah saja, saat ditangkap.
 
Last edited:
BAB 4
Meraih Langit

Di ruang pengadilan..
Qi Bao: "Nona Zhao! Tak ku sangka kau berani mengacau di pengadilanku!"
An Xin: "Kalau bukan aku, siapa lagi yang akan berani menentangmu?"
Qi Bao: "Lancang! Pengawal, penggal dia!"
Para pengawal siap menyeret An Xin keluar dari ruang pengadilan, untuk dibawa ke tempat eksekusi.
An Xin: "Berhenti!"
Akhirnya, An Xin bisa berani menghadapi Xu Qi Bao.
An Xin: "Apa di otakmu hanya menghafalkan kata 'penggal' ? Apa.. Kau tidak pernah tau arti kata 'maaf' ?"
Qi Bao: "Ini.."
An Xin: "Kalau kau masih merasa manusia, cepatlah bertobat!"
Qi Bao: "Berani sekali kau bicara soal tobat padaku! Kau sendiri, apa mengerti hukum?"
An Xin: "Aku rasa.. kaulah yang tidak mengerti hukum. Mencuri adalah kejahatan ringan. Dipenjara sebentar atau dipukul sedikit adalah hukuman yang pantas. Kalau sedikit-sedikit menenggak kepala orang, apa pantas ini disebut hukum? Apa pantas, kau menjadi seorang hakim?"
Kalimat demi kalimat keluar dari mulut An Xin bagaikan belati menusuk jantung Qi Bao.

An Xin: "Aku rasa.. kau lebih baik jadi tukang jagal babi!"
Semua orang di pengadilan terkejut mendengar makian An Xin terhadap Qi Bao.
Qi Bao: "Kau benar-benar wanita tidak tau aturan! Pengawal! Tangkap dia, lalu penggal di depan umum!"
Lagi-lagi, An Xin meneriakkan kata 'berhenti' pada para pengawal.
An Xin: "Kau mau menangkapku? Jangan mimpi!"
Qi Bao: "Jadi, apa maumu?"
An Xin: "Aku ingin bertaruh denganmu."
Saking kagetnya, Qi Bao dan semua orang yang mendengar, sampai melotot.
Qi Bao: "Bertaruh?"
An Xin: "Ini sangat mudah."
Qi Bao: "Katakan! Kau mau bertaruh apa?"
An Xin tersenyum.
An Xin: "Kalau kau bisa meraih langit dalam waktu setahun, aku tidak akan lagi mengganggu aktifitas hukummu yang kejam ini. Tapi, kalau kau tidak berhasil, kau harus menuruti apa kataku! Bagaimana?"
Qi Bao: "Meraih langit? Bicaramu seperti dewi saja!"
An Xin: "Kau bisa, tidak?"
Qi Bao: "Jangankan langit. Surga dan neraka pun, aku sering singgah!"

Dalam hati, An Xin mengiyakan kalimat itu. Dulu, Huan Yong sering menerima tugas untuk mengantar pesan ke Raja Neraka dan Dewa Surga. Tapi, kini yang di hadapannya adalah Qi Bao si manusia biasa. Jadi, hanya bisa omong besar.
An Xin: "Tidak perlu sampai ke surga atau neraka."
Qi Bao: "Baiklah!"
An Xin: "Kita sepakat! Langit dan Bumi jadi saksi."

Yi Qun dan Yan Zhi tertawa puas, saat tau, kalau An Xin berhasil bicara dengan Qi Bao.
Yi Qun: "Aku yakin, dia pasti kalah dalam taruhan ini. Mana ada manusia biasa bisa meraih langit."
Yan Zhi: "Oh ya, apa maksud dari taruhan ini? Meraih langit.."
An Xin: "Kalau kau ingin tau, harus sabar menunggu."
Yan Zhi: "An Xin, kau sungguh membuatku penasaran!"
An Xin tersenyum.

Qi Bao benar-benar kwalahan karena terjebak dengan omong besarnya sendiri. Ia tidak mungkin bisa meraih langit sendirian. Ia pun pergi ke kuil terdekat. Hendak minta bantuan pada biksu. Tapi..
Biksu: "Maaf, Tuan.. Aku tidak bisa membantumu."

Qi Bao: "Kenapa?"
Biksu: "Ya.. karena aku memang tidak bisa. Meraih langit, hanya dewa yang bisa melakukannya. Kita hanya manusia biasa. Berbuat baik, demi menjadi manusia yang baik di kehidupan mendatang. Amitabha.."
Biksu ini cerewet sekali. Berceloteh ini itu. Sama sekali tak nyambung.
Qi Bao: "Biksu bodoh!"
Ia pun pergi lagi. Ia mencari tau biksu dan pendeta sakti. Tapi sayang, tidak ada satu pun yang mau membantunya. Banyak sekali alasan yang dilontarkan.

Diam-diam, An Xin, Yi Qun, dan Yan Zhi mengawasi usaha Qi Bao meraih langit.
Yi Qun: "Dia sangat giat berusaha. Kerja kerasnya mirip Huan Yong."
An Xin: "Karena dia memang Huan Yong. Kekasihku.."
Yan Zhi: "Beruntung sekali Huan Yong. Bisa berjodoh abadi denganmu. Ini sungguh anugrah dari Dewa Ai Cien Nien.."

Qi Bao diberitau oleh pendeta yang baru saja ditemuinya.
Pendeta: "Kalau kau ingin meraih langit, pergilah ke Gunung Feng (疯山). Di sana ada seorang biksu sakti. Mungkin dia bisa membantumu."
Qi Bao: "Benarkah?"

Pendeta: "Tapi ada beberapa syarat, agar dia mau menolongmu."
Qi Bao: "Apa syaratnya?"
Pendeta: "Ng.. kau jangan sampai bicara kasar padanya."
Qi Bao: "Oh.. tenang saja! Aku tau apa yang harus ku lakukan."

Gunung Feng..
Tempat yang begitu tinggi dan luas. Di mana biksu sakti itu? Qi Bao menjelajahi gunung tersebut. Sayangnya, ia tak menemukan kuil atau biksu satu pun. Hanya sebuah penginapan tua.
Qi Bao: "Beri aku satu kamar paling bagus, dan arak paling lezat."
Pelayan: "Oh.. baik, Tuan.."
Lalu, pelayan itu menunjukkan kamar untuk Qi Bao.
Pelayan: "Ini.. kamar terbaik yang kami punya."
Qi Bao melihat isi kamar itu. Lumayan. Tapi, saat pelayan mengantar pesanan araknya..
Qi Bao: "Tunggu dulu!"
Ia mencicipi arak pesanannya. Tiba-tiba, ia memuntahkan araknya, di hadapan pelayan itu.
Qi Bao: "Ini arak apa? Rasanya seperti garam."
Pelayan: "Ta, tapi.. ini memang arak terbaik di sini."
Qi Bao: "Yang terbaik saja seperti ini. Bagaimana dengan yang paling buruk?"

Ia menghancurkan botol arak. Membuat pelayan itu ketakutan.
Pelayan: "Maafkan saya, Tuan. Akan saya carikan arak yang bagus."
Qi Bao: "Ah.. tidak usah! Kau keluar saja! Aku mau istirahat."
Tinggallah Qi Bao sendirian di kamar itu. Ia meletakkan buntalannya di meja.
Qi Bao: "Merah langit? Taruhan bodoh ini.. kenapa ku turuti begitu saja? Sungguh bodoh!"
Tapi, setelah ingat taruhan itu, ia juga ingat pada An Xin.
Qi Bao: "Gadis ini! Sebenarnya dia siapa? Seperti sudah lama aku mengenalnya."

Sementara itu, An Xin, ditemani Yan Zhi dan Yi Qun terus mengawasi Qi Bao.
An Xin: "Aku yakin, setelah taruhan ini, dia akan bertobat."
Yi Qun: "Ya.. aku rasa juga begitu."
Yan Zhi: "Kenapa aku ragu, ya..?"
Yi Qun: "Itu karena kau kurang memperhatikan."

Keesokan paginya..
Qi Bao bangun, dan langsung mencari biksu sakti lagi. Sebelum pergi, ia tanya pada pelayan di penginapan itu.
Pelayan: "Memangnya untuk apa anda mencari biksu sakti?"
Qi Bao: "Kau tidak akan percaya kalau aku mengatakannya."

Pelayan: "Coba saja anda katakan. Mungkin.. saya bisa membantu."
Pelayan itu menghidangkan sarapan berupa mantao dan teh. Sambil mendengarkan cerita Qi Bao tentang taruhan meraih langit.
Pelayan itu tertawa.
Pelayan: "Siapakah yang begitu hebat mengajak anda bertaruh meraih langit? Bukankah hanya dewa yang mampu melakukannya.."
Qi Bao: "Maka dari itu, aku ingin mencari biksu sakti. Bodoh!"
Pelayan: "Oh iya. Tuan.. aku pernah dengar di gunung ini ada biksu sakti yang sangat hebat."
Qi Bao: "Kenapa kau tidak bilang sejak tadi? Pelayan sial!"
Tiba-tiba, pelayan itu tertawa dan berubah menjadi seorang biksu!
 
Last edited:
BAB 5
Yang Disampaikan Dewa Ai Cien Nien

Ternyata, pelayan itulah, Qi biksu sakti. Dan penginapannya adalah kuil sakti.
Biksu sakti itu bernama Tong Sam Cong. Dia adalah biksu legendaris, yang terkenal dengan perjalanannya ke barat mengambil kitab suci bersama tiga muridnya, salah satunya adalah Kera Sakti.
Qi Bao: "Ah..?! Kau.. biksu sakti itu? Kenapa tidak bilang dari awal? Kurang ajar! Kau mempermainkanku?!"
Biksu Tong: "Amitabha.. sancai.. sancai.. Selagi muda dan mampu.. bertobatlah."
Qi Bao: "Kalau begitu, jangan buang-buang waktu lagi. Bantu aku meraih langit."
Biksu Tong: "Amitabha.. Pertama.. kau memuntahkan arak di hadapanku sambil membentak. Kedua kau mengatai aku bodoh. Ketiga kau mengatai aku sialan. Keempat kau mengatai aku kurang ajar. Selanjutnya apalagi? Setelah puas mengatai aku, kau minta tolong padaku untuk meraih langit? Sungguh berdosa.."
Qi Bao: "Aku kan tidak tau kalau kau ini biksu sakti yang ku cari."

Biksu Tong: "Apa karena kau menemukan orang yang bukan aku, lantas seenaknya berbuat jahat? Jadi, kau mau baik padaku, karena ada maunya? Amitabha.. Ketulusan dan keikhlasan itu adalah kebaikan sesungguhnya."
Qi Bao tiba-tiba merasa malu. Ia berlutut di hadapan Biksu Tong.
Qi Bao: "Biksu sakti, mohon maafkan aku. Ampuni aku.."
Ia menangis.
Biksu Tong: "Berdirilah.."
Ia membantu Qi Bao berdiri.
Qi Bao: "Biksu.. bantulah aku.."
Biksu Tong: "Bantu apa?"
Qi Bao: "Aku.. ingin bertobat.."
Biksu Tong: "Amitabha.. aku akan bantu. Menyerahlah, dan akui semua kesalahanmu. Lalu pertanggungjawabkan di hadapan yang berwenang."
Qi Bao: "Baik, Biksu.."
Perasaan ingin bertobatnya membuat ia lupa dengan keinginannya meraih langit.

An Xin, Yi Qun dan Yan Zhi terus mengawasi.
An Xin: "Tidak ku sangka, Biksu Tong ikut membantu.."
Yi Qun menatap An Xin.
An Xin: "Ada apa, Yi Qun?"
Yi Qun: "Begini, An Xin.."
An Xin: "Apa?"
Yi Qun: "Sebenarnya.."

Ia menunjukkan Mangkuk Ajaibnya. Dan An Xin berterimakasih pada Yi Qun karena telah dibantu.
Rupanya, kejadian di depan pengadilan, adalah sandiwara yang dibuat oleh Yi Qun dan teman-teman bidadari serta bidadara. Juga ada campur tangan Kera Sakti.
Perannya begini.. Shan Tian jadi kakek tua. Suo Cin jadi wanita yang ditanyai Yan Zhi. Cheng Jie, Ci Fei, dan Jie Cu jadi pengawal. Liang Hai dan Xu Xian jadi biksu dan pendeta yang menunjuk Gunung Feng.
Rupanya, Biksu Tong mengetahui rencana ini dari Kera Sakti. Ia pun tergugah, dan ikut membantu.
An Xin: "Kenapa tak terpikirkan olehku? Yi Qun, kau memang saudaraku yang paling cerdas."
Kemudian, Yan Zhi bicara juga.
Yan Zhi: "An Xin, Yi Qun, apakah kalian melupakan sesuatu?"
An Xin dan Yi Qun menatap Yan Zhi penuh tanda tanya.
Yan Zhi: "Kalau Huan Yong.. maksudku Qi Bao.. menyerahkan diri pada yang berwenang, dia pasti dipancung. Kalian tau sendiri, apa saja dosanya."
An Xin: "Aku tidak melupakan itu."

Yi Qun: "Aku juga tidak. Itu artinya, kalau Qi Bao mati, tidak akan ada kesempatan baginya untuk jatuh cinta pada An Xin. Begitu kan?"
Yan Zhi menganggukkan kepala.
Yan Zhi: "Bagaimana, An Xin?"
An Xin tersenyum.
An Xin: "Huan Yong adalah jodoh abadiku. Kami saling mencintai. Langit dan Bumi jadi saksi. Kini.. jiwa Huan Yong terperangkap dalam tubuh Qi Bao. Dalam kehidupan jahat dan kejam. Itu merupakan hukuman dari Kaisar Langit. Hatiku sebenarnya protes, meronta, dan tidak terima. Tapi apalagi yang bisa ku lakukan? Selain pasrah. Di kehidupan pertama, kedua, ketiga, sampai ke 20 nanti, reinkarnasi Huan Yong tidak jatuh cinta padaku, aku tidak apa-apa. Asalkan, dia tidak mengucap janji cinta pada wanita lain. Itu sudah cukup. Karena, setelah selesai menjalani hukuman, Huan Yong akan kembali padaku.."
Yi Qun: "Oh.. An Xin.. Kalau aku jadi kau, aku tidak akan sesabar dan setabah itu. Mungkin aku akan jadi Kera Sakti ke dua. Mengacaukan kahyangan."

Tiba-tiba Kera Sakti muncul di antara mereka.
Kera Sakti: "Tuk pak tik tungaa..! Ada yang menyebut namaku. Telingaku jadi gatal."
Yi Qun: "Kau mengejutkan orang saja!"
Kera Sakti tertawa.
Kera Sakti: "An Xin, Yan Zhi, dan Yi Qun.. mari kita ke tempat Dewa Ai Cien Nien. Ada yang ingin dibicarakan dengan kalian."
An Xin: "Oh.. benarkah? Bicara apa, ya?"
Kera Sakti: "Saat baru sampai di sana, Dewa Ai Cien Nien menyuruhku mencari kalian."
Yi Qun: "Baiklah. Ayo kita ke tempat Dewa Ai Cien Nien."

Di kediaman Dewa Ai Cien Nien yang indah dihiasi tanaman bunga cinta, telah berkumpul para bidadari dan bidadara.
Ai Cien Nien: "Kita tunggu An Xin dan yang lain dulu."
Kemudian, yang ditunggu datang.
An Xin: "Dewa Ai Cien Nien.. apa yang ingin kau katakan pada kami?"
Ai Cien Nien: "Ini.. tentang Huan Yong."
Semuanya langsung antusias menanggapi topik pembicaraan yang diungkapkan oleh Dewa Ai Cien Nien.

Ai Cien Nien: "Ada pembicaraan antara Kaisar Langit, Dewi Kwan Im, dan aku. Dalam pembicaraan itu, kami membicarakan Huan Yong. Aku Qun menggunakan kesempatan ini untuk bicara dari hati ke hati. Supaya meringankan hukuman Huan Yong."
Rasanya tegang sekali mendengarkan Dewa Ai Cien Nien bicara bertele-tele.
Ai Cien Nien: "Tak ku duga, Kaisar Langit menyetujuinya."
An Xin: "Benarkah? Diringankan bagaimana?"
Ai Cien Nien: "Setelah dia mati di setiap kehidupan, arwahnya akan menjadi Huan Yong yang sesungguhnya. Sampai masa reinkarnasi tiba."
An Xin hampir mati senang.
An Xin: "Benarkah itu?"
Yi Qing: "An Xin, kau dengar itu?"
An Xin: "Iya."
Ai Cien Nien: "Tapi ada syarat yang jangan sampai dilanggar."
An Xin: "Apa itu?"
Ai Cien Nien: "Kematiannya tidak boleh dimanipulasi. Kalian mengerti?"
An Xin: "Iya. Aku mengerti, Dewa Ai Cien Nien. Terimakasih. Kaulah yang paling mengerti tentang aku dan Huan Yong."

Ai Cien Nien: "Ngomong-ngomong, aku terkesan dengan sandiwara kalian untuk menyadarkan Qi Bao."
Yi Qun mak mendekati dewa itu.
Yi Qun: "Itu ideku. Hebatkan?"
Ai Cien Nien: "Kau memang banyak akal!"

Qi Bao telah menyadari kesalahannya. Ia kembali ke kota Qian Tang, dan menyerahkan diri pada pemerintah. Karena kelalaian tugasnya sebagai hakim, dan menghukum rakyat semena-mena, maka hukuman mati adalah yang paling tepat.
An Xin menemui Qi Bao di dalam penjara. Semalam, sebelum hari eksekusi.
An Xin: "Qi Bao.. apa kabar?"
Qi Bao tersenyum.
Qi Bao: "Aku.. jauh lebih baik."
An Xin: "Qi Bao.. aku tidak menyangka.. kau bisa melewati sampai tahap ini. Semoga di kehidupan mendatang, kita bisa bertemu lagi."
Qi Bao: "An Xin, aku sungguh berterimakasih padamu. Kalau kau tidak memberikan taruhan itu.. mungkin aku akan semakin tersesat."
An Xin tiba-tiba merasa sedih. Qi Bao melihatnya meneteskan air mata. Lalu menghapusnya.
Qi Bao: "An Xin, aku.. mencintaimu."
An Xin: "Aku pun mencintaimu, Qi Bao."
Mereka berpelukan.
 
Last edited:
BAB 6
Akhir Rindu Mendalam

Keesokan harinya, Qi Bao bersiap akan dieksekusi. Ia berlutut di atas tempat hukuman. Disaksikan oleh ratusan rakyat Qian Tang.
Dari Langit, An Xin juga menyaksikan. Ketika Algojo hendak memenggal kepala Qi Bao, An Xin menutup matanya. Ia tak sanggup melihat itu. Mengerikan. Ia tidak sampai hati melihat kepala dan tubuh Huan Yong terpisah.

An Xin pergi ke Huan An Yong Xin.
An Xin: "Apa tidak ada cara mati yang lebih baik untukmu, Huan Yong? Aku sungguh tidak tega.."

Di akhirat, Kera Sakti bersama Cheng Jie menunggu kedatangan arwah Huan Yong.
Kera Sakti: "Sebagai manusia, yaitu Xu Qi Bao, dia sangat gemuk."
Cheng Jie: "Mungkin terlalu banyak makan harta rakyat. Banyak terima upeti.. atau memang hobi makan."
Kera Sakti: "Untung saja, tidak sampai seperti adikku Pa Jie."
Mereka tertawa.
Lalu datanglah dua Penjaga Arwah membawa seseorang pada mereka. Itulah Huan Yong.

Kera Sakti: "Huan Yong!"
Huan Yong: "Sun Wu Kong! Raja Kera dari Gunung Hua Guo! Dewa Suci Setara Langit! Utusan Budha dan Dewi Kwan Im mengambil kitab suci ke Barat! Sun Wu Kong!"
Kera Sakti: "Kacau sekali menyebut namaku! Payah!"
Huan Yong: "Jelas saja kacau! Aku bukan kau!"
Lalu, ia menyapa Cheng Jie.
Huan Yong: "Su Cheng Jie! Si bungsu bidadara Su. Sahabatku!! Su Cheng Jie!"
Cheng Jie: "Kaisar Langit masih bermurah hati membuatmu mengingat kami saat jadi arwah."
Huan Yong: "Ya.. Dia masih punya hati."
Kera Sakti merangkul Huan Yong dengan tangan kanannya.
Kera Sakti: "Apa.. ada yang pura-pura kau lupakan? Ha..?"
Huan Yong mengerti maksud Kera Sakti.
Huan Yong: "Ayo, kita pulang dulu. Aku harus tampil rapi."
Cheng Jie: "Baiklah!"

Semua penghuni Istana Bidadara menyambut Huan Yong.
Huan Yong: "Ci Fei! Shan Tian! Xu Xian!"
Mereka berpelukan.
Huan Yong: "Jie Cu! Liang Hai!"
Mereka juga berpelukan.

Ci Fei: "Huan Yong, ternyata begini penampilan hantu? Menyeramkan!"
Huan Yong: "Kau meledekku, ya?!"
Memang, penampilan arwah Huan Yong sama sekali tidak menarik. Wajahnya pucat. Rambutnya yang panjang awut-awutan. Pakaiannya putih dan usang. Sama sekali tak mirip Bidadara Ai Huan Yong yang mereka kenal.
Shan Tian: "Kemari, ku bantu merapikan."
Ia mengajak Huan Yong ke kamar. Ia menyisirkan rambut Huan Yong. Merapikan penampilan adiknya itu. Meski pun pucat wajahnya tak bisa dihilangkan, tapi.. penampilan Huan Yong sudah lebih baik dari pada saat datang tadi.
Shan Tian: "Aku tau, kau akan menemuinya. Dia benar-benar rindu padamu.."
Huan Yong: "Kau saudaraku yang paling mengerti aku.."
Shan Tian: "Sudah beres! Penampilanmu sudah lebih baik. Sekarang, kau cepat temui dia. Dia sudah beberapa hari tidak pulang ke Istana Bidadari. Kau pasti tau dia ke mana."
Huan Yong tersenyum.
Huan Yong: "Ya. Aku sangat tau.."
Ia pun segera pergi ke Huan An Yong Xin.

Di sana, An Xin masih murung. Ia memang menunggu kedatangan kekasihnya. Lalu, dengan mencabut sehelai rumput, jadilah sebuah kecapi 50 senar. Ia mulai bernyanyi
Lihatlah di Telaga mulai berkabut
Entah ke arah mana kau pergi
Aku tak bisa melihat
Tak peduli kau pergi ke mana
Tak ku hiraukan berapa lama berpisah
Ku kan menunggumu dengan setia
Rinduku kan selalu menjagamu


Tiba-tiba terdengar suara seorang laki-laki ikut bernyanyi.
Percayalah padaku
Penantianmu tidak sia-sia
Tunggulah, aku pasti datang
Mengobati kerinduanmu yang penuh air mata


An Xin menoleh, dan..
An Xin: "Huan Yong!"
Karena tak sabar ingin memeluk Huan Yong, ia tak peduli kecapinya jatuh dan kembali menjadi rumput.
Huan Yong: "An Xin!"
Mereka berpelukan erat. Seerat mungkin.
An Xin: "Huan Yong.."
Huan Yong: "An Xin.. aku rindu sekali padamu.."
An Xin: "Aku pun sama, Huan Yong.."
Huan Yong mulai menciumi wajah kekasihnya itu. Mereka pun saling berciuman mesra.

Beberapa saat kemudian, mereka berdua duduk di atas goa. Memandangi bulan, bintang, dan keindahan malam di Huan An Yong Xin.
An Xin duduk bersandar di dada Huan Yong,
An Xin: "Huan Yong, aku.. tidak tega melihatmu dipenggal. Jadi, aku menutup mataku."
Huan Yong: "Seharusnya, kau memang jangan melihat itu."
An Xin: "Sakit tidak, dipenggal?"
Huan Yong tersenyum.
Huan Yong: "Menurutmu?"
An Xin: "Tidak mungkin rasanya seperti dipijit. Ya, kan?"
Keduanya tertawa.
An Xin: "Huan Yong.. selama kau jadi Qi Bao, aku selalu ada di sisimu."
Huan Yong: "Aku tau itu. Aku tetap ingat, bagaimana Qi Bao itu. Kenapa aku harus jadi manusia begitu? Yang paling berkesan adalah taruhan meraih langit dalam waktu setahun."
An Xin: "Ya.. itu sebenarnya asal keluar saja di pikiranku."
Huan Yong: "Ya.. kalau dipikir oleh pikiran Huan Yong.. itu konyol sekali. Qi Bao manusia biasa. Sampai mati pun tidak akan bisa meraih langit."
Keduanya tertawa.

An Xin: "Nanti ku pikirkan lagi taruhan yang lebih hebat."
Huan Yong: "Oh.. kau mau taruhan denganku sampai 20 kehidupan?"
An Xin: "Kalau terpaksa.."
Keduanya tertawa lagi.
Huan Yong: "Dasar!"
An Xin: "Huan Yong.."
Huan Yong: "Hmm..?"
Ia menatap An Xin.
An Xin: "Kita santai raja menghadapi hukuman yang kau jalani. Bagaimana? Meski aku sangat rindu, aku akan tetap bersabar. Bagaimana?"
Huan Yong: "Sepertinya asik. Baiklah."
An Xin: "Huan Yong.. aku masih sangat rindu padamu."
Huan Yong: "Aku juga.."
Mereka berpelukan dan berciuman lagi.

Beberapa hari lagi, Huan Yong akan segera reinkarnasi yang kedua. Maka, ia tak menyia-nyiakan waktu. Dengan ditemani An Xin, Huan Yong mengunjungi teman-teman di Istana Langit. Terutama Dewa Ai Cien Nien.
Huan Yong: "Dewa, boleh tidak, saat aku reinkarnasi, aku menikahi An Xin?"
Ai Cien Nien: "Hei.. Jangan melakukan hal yang sembarangan! Kau harus mati dalam keadaan lajang! Perjaka! Itulah sebabnya, kenapa An Xin terus mendampingimu di setiap kehidupan."

Huan Yong: "Baik, aku mengerti. Kau tidak perlu ceramah."
An Xin tersenyum saja mendengar obrolan mereka.
Huan Yong: "Dewa, kalau.. menikah sekarang.. bagaimana? Boleh, tidak?"
Ai Cien Nien: "Tidak boleh!"
Huan Yong: "Kenapa?"
Ai Cien Nien: "Karena, kau ini hantu. Mana mungkin hantu menikahi bidadari?"
Huan Yong: "Tapi, Dewa.."
Ai Cien Nien: "Kau sabar saja. Tinggal 19 lagi."
Huan Yong: "Semoga saja cepat selesai."
Kemudian pembicaraan mereka mulai serius.
Ai Cien Nien: "Huan Yong, nanti setelah hukumanmu selesai, jangan lagi kau mengulangi kesalahan itu."
Huan Yong: "Aku melakukannya, karena aku tau itu benar. Kalau pun Kaisar Langit menganggap salah, dan aku harus kehilangan nyawa, aku tak kan menyesal."
An Xin: "Kau jangan bicara sembarangan begitu. Kau bisa rela kehilangan nyawa. Tapi aku.. seumur hidup tak kan pernah rela kehilanganmu.."
Tiba-tiba topik pembicaraan mereka jadi terlalu serius. Huan Yong langsung memeluk An Xin.
 
Last edited:
BAB 7
Shen Hua (身话)

Kata-kata Huan Yong membuat An Xin menangis.
An Xin: "Aku mengerti jalan pikiranmu. Aku memahamimu lebih dari siapa pun. Tapi, aku tidak bisa membiarkanmu melakukan kesalahan. Meski itu menurutmu benar."
Mereka melepaskan pelukan.
Huan Yong: "Jadi, kau ikut menyalahkanku? Tentang yang ku lakukan? Membantu biksu itu menikah? Dari pada dia tidak tulus jadi biksu, lebih baik tidak usah, kan? Mendalami ajaran Budha, tidak harus jadi biksu. Apa aku salah?"
An Xin: "Aku bukan menyalahkanmu. Tapi, kau melakukan itu semua tanpa berpikir dengan baik. Kau tidak memikirkan sebab akibatnya. Kau juga tidak mendiskusikannya denganku. Tiba-tiba dihukum turun ke dunia fana, menjadi manusia yang kejam. Apa kau masih belum puas membuatku menderita karena rindu? Kau mau mengulanginya lagi?"
Huan Yong terdiam. Ia menatap An Xin.
Dewa Ai Cien Nien buru-buru melerai mereka.
Ai Cien Nien: "Eh.. kenapa kalian malah bertengkar..?"

An Xin menyentuh wajah Huan Yong penuh kasih sayang.
An Xin: "Huan Yong, ingat.. di sisimu ada aku. Kau jangan lagi bertindak bodoh. Sehingga menyebabkan kita berdua jadi berpisah seperti sekarang ini. Kalau kau bersikeras tetap pada pendirianmu, dan tidak menghiraukan perasaanku, sama artinya dengan kau melepasku dari sisimu."
Huan Yong memeluk An Xin lagi. Kali ini begitu erat.
Huan Yong: "Tidak! Aku tidak mau melepasmu. Aku tidak mau jauh darimu. Baik, aku.. tidak akan melakukannya lagi. Demi kau. Demi Jodoh Abadi kita."
An Xin: "Huan Yong.. aku sungguh berharap, hukumanmu dikurangi. 20 kehidupan, cukup dua kehidupan saja."
Huan Yong: "Kita sama-sama tau itu tidak mungkin.."
Kemudian, dua Penjaga Arwah datang ke kediaman Dewa Ai Cien Nien, untuk menjemput Huan Yong.
Penjaga Arwah: "Huan Yong..! Waktumu sudah tiba. Segera ikut kami ke Lubang Reinkarnasi..!"
Huan Yong: "Baik.."
Ia berbalik menatap An Xin. Gadis itu mengangguk.

An Xin: "Sambil menunggu reinkarnasimu cukup umur, aku akan bertapa di Huan An Yong Xin."
Huan Yong: "Baik. An Xin, aku pergi sekarang."
Mereka berpelukan. Huan Yong menciuminya.
Huan Yong: "Aku mencintaimu.."
An Xin: "Aku juga."
Huan Yong pun dibawa ke Lubang Reinkarnasi.
Dewa Ai Cien Nien memegangi pundak An Xin. Menguatkan hati gadis itu.

Di Istana Bidadari..
Yi Qun, Yan Zhi, dan Wei Ping asik main Kartu Langit. Permainannya seperti Heart.
Yan Zhi: "Ngomong-ngomong.. aku punya cerita menarik."
Yi Qun: "Apa?"
Wei Ping: "Cepat katakan!"
Yan Zhi: "Kemari!"
Mereka saling mendekat.
Yan Zhi: "Kalian percaya atau tidak. Ada gosip, yaitu.. Dewa 3 Mata menyukai An Xin..!!"
Wei Ping: "Ah..?!"
Yi Qun: "Tidak mungkin.."
Wei Ping: "Kau jangan sembarangan bicara. Dewa tidak boleh jatuh cinta. Kalau dilihat dari sudut pandang mana pun, Dewa 3 Mata itu.. sangat keras. Dia tidak mungkin melanggar aturan Langit."
Yi Qun: "Lagi pula, kau dapat cerita itu dari mana?"

Yan Zhi: "Aku.. mendengarnya saat sedang main dengan Pelayan Istana Langit. Katanya, Dewa 3 Mata sering duduk memandangi Huan An Yong Xin, saat tidak ada kerjaan."
Wei Ping: "Kau percaya?"
Yan Zhi: "Awalnya tidak. Tapi.. aku juga tidak sengaja melihatnya diam-diam menatap An Xin yang berpelukan dengan Huan Yong di kediaman Dewa Ai Cien Nien, dengan ketiga matanya."
Yi Qun: "Aku tidak percaya. Itu sama sekali tidak masuk akal."
Wei Ping mencoba merinci kesaksian Yan Zhi.
Wei Ping: "Duduk menghadap Huan An Yong Xin.. melihat An Xin berpelukan dengan Huan Yong. Aku sering melakukannya. Tapi.. aku tidak jatuh cinta pada An Xin."
Yan Zhi: "Tentu saja kau tidak jatuh cinta. Kau kan perempuan."
Yi Qun mengibaskan tangannya, dan tertawa.
Yi Qun: "Sudahlah. Aku tetap tidak percaya."
Wei Ping: "Aku juga."
Ia menimpali.
Yi Qun: "Sebaiknya, kau jangan sembarangan bicara. Kita semua kan tau bagaimana si 3 Mata itu. Bisa-bisa, seluruh bidadari di sini kena getahnya, hanya karena sebuah gosip murahan."
Yan Zhi pun menurut.

Di sebuah tempat, hiduplah siluman cermin. Ia sering menciptakan kembaran seseorang. Ia bernama Cing Ce (请�*�).
Suatu hari, ia tak sengaja melihat seorang gadis bertapa di dalam sebuah goa. Gadis itu adalah An Xin.
Cing Ce kagum dengan kecantikannya.
Pintu goa di Huan An Yong Xin dilindungi oleh Tian Ta I (天他意) atau Jubah Langit. Siluman tidak bisa masuk ke sana. Jadi, Cing Ce menciptakan kembaran An Xin. Dan diberi nama Shen Hua. Kembaran An Xin itu, wataknya sangat berbeda dengan An Xin sendiri. Ia memiliki kehidupan sendiri.
Cing Ce: "Shen Hua.. menikahlah denganku."
Shen Hua tersenyum, dan menerima lamaran Cing Ce. Mereka menikah, dan mulai hidup bersama.

25 Tahun Kemudian..
Huan Yong reinkarnasi menjadi putra seorang perdana mentri. Namanya Liang Lian (两联). Sama seperti ayahnya, ia sangat suka menindas rakyat.

Wei Ping dan Ping Ping terbang ke Huan An Yong Xin. Kali ini, mereka yang menemani An Xin menjaga reinkarnasi Huan Yong.

Kemudian..
Ping Ping: "Wei Ping, lihat itu! Sepertinya itu An Xin."
Wei Ping: "Benar. Mungkin dia sudah tau tentang Huan Yong."
Mereka menghampiri sahabatnya itu.
Wei Ping: "An Xin!"
Yang dipanggil menoleh.
Ping Ping: "Ayo, kita ke Ling An (令按)! Reinkarnasi Huan Yong sudah dewasa. Sudah waktunya kau bertemu dia."
An Xin diam saja saat diajak terbang.
Wei Ping: "Ling An kota yang cukup ramai. Pasti menyenangkan."
Ping Ping: "Kita menyamar jadi pedagang saja. Bagaimana?"
Wei Ping melempar lagi pertanyaan itu pada An Xin.
Wei Ping: "Bagaimana?"
An Xin diam saja.
Ping Ping: "Wah.. Kau kenapa, An Xin? Dari tadi diam saja. Ah.. aku tau. Kau pasti sangat gugup karena akan bertemu dengan Huan Yong. Iya, kan?"
Wei Ping tersenyum.
Wei Ping: "Aku bisa mengerti itu."
Tapi An Xin tetap diam. Ia seolah tak mengerti yang dibicarakan oleh Wei Ping dan Ping Ping.
An Xin: "Maaf, aku harus pulang sekarang."
Ia melepaskan diri dari gandengan tangan Wei Ping dan Ping Ping.

Wei Ping: "An Xin! Kau mau ke mana?"
Sambil menjauh, gadis itu menjawab, "Maaf, ya.. Namaku bukan An Xin. Kalian salah orang." Kata-katanya membuat kedua bidadari sampai tidak mengerti.
Shen Hua: "Namaku Shen Hua. Bukan An Xin."
Wei Ping: "An Xin! Apa yang terjadi denganmu?"
Ping Ping: "Aku akan panggil Kera Sakti. Supaya bisa dilihat dengan Mata Api-nya."
Wei Ping: "Cepatlah!"
Ping Ping segera pulang ke Istana Langit. Mencari Kera Sakti.
Ping Ping: "Kera Sakti! Kera Sakti!"
Kera Sakti pun muncul.
Kera Sakti: "Ada apa memanggilku?"
Ping Ping: "Gawat! Terjadi sesuatu yang aneh pada An Xin."

Wei Ping terus memanggil-manggil An Xin, tapi gadis itu tetang mengaku Shen Hua.
Wei Ping: "An Xin, sadarlah! Kau ini kenapa?"
Ia sangat cemas.
Shen Hua: "Namaku Shen Hua. Bukan An Xin.."
 
Last edited:
BAB 8
Masih Tentang Shen Hua

Kemudian, datanglah Kera Sakti bersama Ping Ping.
Wei Ping: "Wu Kong, aku takut terjadi sesuatu padanya. Bisa-bisa, Huan Yong membunuh kita semua."
Kera Sakti: "Wei Ping, jangan cemas. Mata Apiku akan melihatnya.."
Aneh. Shen Hua ternyata memang An Xin. Itu yang dilihat Kera Sakti lewat Mata Apinya.
Ping Ping: "Lalu sekarang bagaimana?"
Kera Sakti: "Kau segera ke Huan An Yong Xin. Apakah An Xin masih di sana atau tidak."
Ping Ping: "Baik."
Jarak ke Huan An Yong Xin tidak begitu jauh dalam hitungan menit, Ping Ping sudah sampai. Ia melihat ke dalam goa, dan.. gawat! Ia tidak menemukan An Xin di sana. Ia segera melapor pada Kera Sakti.
Kera Sakti: "Berarti, dia memang An Xin. Ayo, bawa dia ke Istana Bidadari. Wei Ping, Ping Ping, kalian cari Dewa Ai Cien Nien."
Kedua bidadara itu melaksanakan perintah Kera Sakti.
Shen Hua menolak untuk dibawa Kera Sakti ke Istana Bidadari.

Shen Hua: "Tolong, Kera.. Jangan bawa aku. Aku harus pulang sekarang.."
Shen Hua terus merengek.
Kemudian, dia memanggil seseorang lewat telepati.
Lalu, datanglah Cing Ce, siluman cermin.
Shen Hua: "Suamiku! Tolong aku!"
Cing Ce: "Shen Hua!"
Kera Sakti heran. Kenapa An Xin memanggilnya 'suami'?
Kera Sakti: "Heh! Siluman busuk! Apa yang kau lakukan padanya?"
Cing Ce: "Bukan urusanmu! Lepaskan istriku!"
Kera Sakti semakin bingung. Dan Shen Hua semakin ketakutan hingga terpaksa menusuk tangan Kera Sakti dengan tusuk kondenya. Ia berhasil lepas dari cengkeraman Kera Sakti. Ia segara pergi ke sisi Cing Ce.
Shen Hua: "Shen Hua!"
Cing Ce: "Istriku.. kau tidak apa-apa, kan?"
Shen Hua: "Ayo, kita pergi. Tidak usah menghiraukannya lagi.."
Cing Ce: "Tapi.."
Shen Hua: "Ayolah.."
Ketika mereka hendak pergi, Kera Sakti menunjukkan kemarahannya. Ia mengeluarkan toya dan menghadang mereka.
Kera Sakti: "Kembalikan dia padaku, atau toyaku akan memaksamu!"
Cing Ce dengan tenang menghadapi Kera Sakti.

Cing Ce: "Biarkan Shen Hua yang memutuskan."
Shen Hua pun angkat bicara.
Shen Hua: "Tuan Kera, dari tadi kau dan teman-temanmu salah orang. Aku bukan An Xin. Tapi Shen Hua. Tolong.. jangan ganggu kami lagi."
Lalu mereka pergi.

Sementara itu Wei Ping, dan Ping Ping sudah menjalankan tugas. Memanggil Dewa Ai Cien Nien.
Ai Cien Nien: "Memangnya, An Xin kenapa? Bukannya dia sedang di Bumi? Sedang cari cara mendekati reinkarnasi Huan Yong. Aku sendiri yang menjemputnya di Huan An Yong Xin."
Wei Ping: "Tapi ada seorang gadis yang mirip sekali dengan An Xin. Mengaku namanya Shen Hua."
Ping Ping: "Jadi siapa dia?"
Yi Qun mengeluarkan Mangkuk Ajaibnya.
Yi Qun: "Inilah kejadian sebenarnya."
Mereka melihat proses penciptaan Shen Hua dari bayangan An Xin.
Suo Cin: "Kasihan sekali.. dia menyukai An Xin. Tapi hanya berani menikahi bayangannya saja."

Kemudian Kera Sakti datang. Tangannya terluka.
Wei Ping: "Bagaimana? Kenapa tanganmu terluka?"
Kera Sakti pun cerita tentang sikap jelmaan An Xin itu.
Ai Cien Nien: "Pada hakekatnya, dia memang An Xin."

An Xin yang asli memang di Bumi. Tepatnya di Ling An.

Kera Sakti: "Sebaiknya, An Xin yang asli kita beri tau tentang hal ini. Supaya waspada. Aku rasa, Siluman Cermin punya maksud buruk."
Suo Cin: "Aku setuju."
Wei Ping dan Ping Ping pun segera ke kota Ling An menemui An Xin.
Dan benar, An Xin yang mereka temui kali ini adalah yang asli.
An Xin: "Oh.. kenapa ada hal seperti ini? Ya.. aku akan waspada."

An Xin jadi penasaran dengan Siluman Cermin itu. Diam-diam ia pergi ke tempat tinggal Siluman Cermin yang dekat dengan Huan An Yong Xin. Ternyata, Siluman Cermin tidak begitu pintar. Ia tidak tau, kalau yang ada di hadapannya bukan Shen Hua. Melainkan An Xin yang asli.
Cing Ce: "Shen Hua.. meski pun kau hanya bayangan, tapi aku tulus mencintaimu."

Mendengarnya, An Xin jadi terharu. Tapi tidak bisa membiarkan Cing Ce terus-terusan menyukai bayangannya. Ia pun mengatakan yang sebenarnya.
An Xin: "Maaf, aku bukan She Hua. Tapi An Xin yang asli."
Cing Ce terkejut.
Cing Ce: "Benarkah? Lalu.. ke mana Shen Hua?"
An Xin: "Kau jangan khawatir. Dia berada di tempat yang aman."
Cing Ce menundukkan kepalanya.
Cing Ce: "Maafkan aku.. Telah lambang menyukaimu. Sampai nekat menikahi bayanganmu."
An Xin mengerti perasaan Cing Ce.
Cing Ce: "Sekali lagi.. aku minta maaf. Nona.. aku bersedia melakukan apa saja. Asal.. jangan ambil Shen Hua dariku. Aku tidak bisa hidup tampanya."
An Xin: "Kau tak perlu memintanya. Aku juga tak berhak merampasnya darimu. Kau jangan khawatir.. Shen Hua.. adalah milikmu."
Cing Ce: "Terimakasih.. Nona.."

Teman-teman Bidadari, juga Kera Sakti mempertanyakan sikap An Xin pada Siluman Cermin.
An Xin: "Yang dia nikahi hanya bayanganku. Bukan aku. Jadi, ku rasa tidak akan ada masalah."

Yi Qing: "Tapi, An Xin.. Dia bisa jadi pengganggu hubunganmu dengan Huan Yong."
An Xin: "Aku yakin, Huan Yong akan mengerti."
Ia terdiam sejenak. Lalu bicara lagi.
An Xin: "Lagi pula.. Apa kalian tidak kasihan padanya? Dia tidak berani mendekatiku. Berani pun tidak ada gunanya. Maka, ia menciptakan bayanganku. Aku sangat tersentuh oleh sikapnya itu."
Kera Sakti: "Ya sudahlah. Terserah kau, An Xin. Kami sudah memperingatkanmu."

Cing Ce memeluk Shen Hua erat. Sambil memandangi langit malam, mereka bercinta.
Cing Ce: "Shen Hua.. Aku sungguh mencintaimu."
Shen Hua: "Aku pun begitu, Suamiku.."
Cing Ce: "Meski kau hanyalah bayangan, cintaku padamu tetap tulus.."
Ia mencium sang istri.

Kera Sakti tidak tenang. Ia khawatir, Siluman Cermin itu licik. Ia juga khawatir, keputusan An Xin melepaskan Cing Ce itu salah. Maka, ia berunding dengan Dewa Ai Cien Nien.
Ai Cien Nien: "Sebaiknya, kau tidak perlu begini. Hobi curigamu itu sebaiknya dikurangi. Tapi.. terserah kaulah."
Kera Sakti: "Aku tetap akan mengusutnya."
 
Last edited:
BAB 9
Ulah Dewa 3 Mata

An Xin sibuk mengawasi Liang Lian. Reinkarnasi Huan Yong itu menjadi utusan ayahnya untuk menyusahkan rakyat.
Seperti hari ini, ada seorang pejabat baik, yang membagi-bagikan makanan untuk rakyat Ling An. Tapi, Liang Lian datang, dan mengacaukannya. Ia menuduh pejabat baik itu korupsi. Si pejabat itu pun diseret dan dijebloskan ke penjara, menunggu diadili.
Acara bagi-bagi makanan pun berantakan.
Rakyat Kota Ling An tau betul. Bahwa Pejabat Feng, yang ditangkap itu adalah pejabat yang baik, dan jujur.

Di ruang pengadilan, Liang Lian membawa saksi dan bukti - tentu saja palsu - untuk memberatkan Pejabat Feng.
An Xin mengawasi mereka dengan ilmu bayangan. Jadi, dia tidak terlihat, meskipun ada di ruang pengadilan itu juga. Ia menyihir barang bukti berupa pembukuan keuangan kota yang palsu menjadi utusan yang asli. Tapi, dia membiarkan saksi mengoceh semaunya. Tapi, saat dilihat barang buktinya..

Hakim: "Kenapa yang kalian katakan tidak sesuai dengan bukti ini?"
Semua orang terkejut. Termasuk Liang Lian dan para saksi yang dibayarnya.
Untuk melindungi dirinya, Liang Lian memarahi para saksi itu.
Liang Lian: "Kalian mau menipu hukum? Berani sekali!"
Mereka tidak berani jujur. Karena, anak-istri mereka bisa dibunuh.
Hakim membebaskan Pejabat Feng, dan membersihkan nama baiknya.

An Xin melihat Liang Lian di tepi sungai sendirian. Inilah kesempatan bagus. Ia menghampiri pria itu.
An Xin: "Kejahatan yang kau perbuat.. gagal, ya?"
Liang Lian menoleh.
Liang Lian: "Siapa kau? Kenapa kau bicarakan hal ini?"
An Xin: "Aku An Xin. Aku melihat semua yang kau lakukan pada Pejabat Feng."
Ia tertawa pelan.
An Xin: "Konyol sekali.. kalau kau takut sengsara, jangan berbuat jahat.."
Liang Lian: "Apa sebenarnya yang ingin kau katakan?"

An Xin: "Aku ingin mengatakan.. cukuplah kejahatan yang kau dan ayahmu lakukan sampai di sini saja. Jangan terus-terusan menggali lubang kesengsaraanmu sendiri hingga sedalam itu. Naiklah.. Sebelum kau tenggelam kau tenggelam. Karena.. tidak akan ada yang bisa menolong."
Liang Lian menghunus pedangnya, dan menodongkan ke leher An Xin.
Liang Lian: "Apakah kau mau mati? Kau terlalu bernyali besar, dengan menceramahiku seperti itu.
An Xin memegang ujung pedang Liang Lian. Dan menempelkan pada lehernya.
An Xin: "Kalau dengan kematianku, bisa membuatmu sadar.. bunuhlah.."
Liang Lian menarik pedangnya, dan memasukkan kembali ke sarungnya. Lalu dia pergi.
An Xin: "Ternyata, dia bisa takluk dengan ketulusan.."

Shen Hua sedang sendirian di rumah. Menunggu Cing Ce yang pergi berburu. Dia menunggu sambil merangkai bunga di depan pintu.
Tiba-tiba, datang seseorang berbaju zirah padanya.
Shen Hua: "Anda siapa?"
Ia memandangi orang itu dengan seksama. Dia seorang pria dengan tiga mata. Shen Hua sama sekali tidak kenal.

Dia adalah Dewa 3 Mata.
3 Mata: "Kenapa kau mirip sekali dengan An Xin?"
Shen Hua: "Apakah.. An Xin yang anda maksud adalah.. Bidadari Zhao An Xin?"
3 Mata mengangguk.
Shen Hua: "Aku bayangannya saja.."
3 Mata mengamati Shen Hua dengan seksama.
3 Mata: "Siapa yang berani menciptakan bayangan Bidadari Zhao An Xin ini? LANCANG!!"
Shen Hua: "Anda mau apa?"
3 Mata: "Jangan! Ku mohon, Tuan.. Jangan tangkap suamiku.."
Ketika Cing Ce datang, ia langsung diringkus, dan dibawa ke hadapan Kaisar Langit. Begitu juga dengan Shen Hua.

3 Mata: "Yang Mulia, dialah yang mengacaukan Langit. Dia yang menciptakan bayangan Bidadari Zhao An Xin."
Kaisar Langit menatap tajam pada Cing Ce.
Kaisar Langit: "Benarkah itu?"
Cing Ce: "Kalau iya, memangnya kenapa?"
Ia bersikap menantang.

An Xin diberi tau oleh Yan Zhi tentang yang terjadi pada Cing Ce dan Shen Hua. Maka, An Xin segera ke Istana Langit. Semoga bisa menolong mereka.

Saat Kaisar Langit hendak memutuskan hukuman untuk Cing Ce, datanglah An Xin.
An Xin: "Yang Mulia, Kaisar Langit.. hamba, Bidadari Zhao An Xin.. berlutut pada Yang Mulia.. Mohon ampuni mereka.."
Ia berlutut di hadapan Kaisar Langit sambil berurai air mata.
Kaisar Langit: "Lancang sekali kau!"
An Xin: "Yang Mulia.."
Suaranya begitu lirih. Air matanya semakin luruh.
An Xin: "Dulu.. saat anda memutuskan hukuman untuk Bidadara Ai Huan Yong, anda sama sekali tidak mempertimbangkan perasaan siapa pun. Sekarang, anda akan mengulanginya lagi. Apakah anda tidak ingin mencoba untuk mempertimbangkan perasaan Shen Hua?"
Kalimat demi kalimat diucapkan An Xin dengan penuh perasaan.
An Xin: "Apakah.. perpisahan pasangan Jodoh Abadi seperti hamba dan Huan Yong belum membuat anda puas? Hamba mohon.. lepaskan Cing Ce dan Shen Hua. Jangan sampai mereka menjadi Huan Yong dan An Xin yang ke dua.."

3 Mata segera membantahnya.
3 Mata: "An Xin.. gara-gara bayanganmu itu, Langit hampir kacau."
An Xin: "Itu hanya alasanmu saja, kan? Cing Ce dan Shen Hua hidup tenang di dekat Huan An Yong Xin. Mereka tidak pernah macam-macam. Apalagi berniat untuk mengacaukan Langit."
An Xin terus membela Cing Ce dan Shen Hua. Siluman Cermin jadi tidak enak hati.
Cing Ce: "An Xin, kau tidak perlu terus membela kami. Yang Mulia, bunuhlah kami. Bila memang seharusnya begitu.."
An Xin kaget mendengarnya. Ia melihat keduanya begitu tulus.
An Xin: "Kalau dulu aku tau Huan Yong akan dihukum seperti itu, mungkin aku akan melakukan hal yang sama seperti mereka.
Ia semakin sedih.
Kemudian..
Kaisar Langit: "Lepaskan mereka!"
3 Mata: "Tapi, Yang Mulia.."
Kaisar Langit: "Aku merasa.. Langit masih baik-baik saja, meski sempat kacau dengan ulah mereka. Tapi sudahlah. Mereka tidak melakukan kesalahan seberat Bidadara Ai Huan Yong."
3 Mata tidak bisa apa-apa lagi. Ia pun membebaskan mereka.
 
Last edited:
Bls: Cerbung: Penghuni Langit - Cinta Ribuan Tahun

BAB 10
MENDAPATKAN LIANG LIAN

An Xin mengajak Shen Hua ke Istana Bidadari. Juga Cing Ce.
An Xin: "Aku kagum pada kalian. Seandainya.. dulu aku memaksakan diri melakukan seperti yang kalian lakukan tadi.. mungkin keadaan akan lain."
Ia meneteskan air mata. Mengingat betapa cepat hukuman Huan Yong.
Shen Hua mendekatinya.
Shen Hua: "Biasanya.. setelah melewati ujian berat, pasti akan datang kebahagiaan melimpah."
An Xin: "Aku sungguh malu. Bayanganku saja bisa setabah ini. Sedangkan aku.. walau aku diam, tapi hatiku berontak."
Cing Ce: "Kau jangan bicara begitu. Kami malah berterimakasih padamu. Kalau bukan karena kau, kami pasti sudah dipisahkan."
An Xin menghapus air matanya. Lalu tersenyum.
An Xin: "Oh ya, aku punya sesuatu untukmu, Shen Hua. Cing Ce, kau tunggu di sini."
An Xin mengajak Shen Hua ke kamarnya.

Shen Hua duduk di depan cermin. An Xin merubah penampilan Shen Hua.
An Xin: "Kalau berpenampilan beda, akan mudah untuk tau, yang mana Shen Hua, dan yang mana An Xin."
Shen Hua tersenyum.
 
Bls: Cerbung: Penghuni Langit - Cinta Ribuan Tahun

An Xin membuka laci di dalam lemarinya. Di dalam laci itu ada sebuah kotak kayu berbalut kain sutra berwarna ungu. Butiran warna-warni seperti mutiara mengisinya.
An Xin: "Ini adalah pil kehidupan. Huan Yong mendapatkannya setelah menang dalam lomba memanggil hujan dan petir. Dan membaginya denganku."
Shen Hua memperhatikan An Xin.
An Xin: "Kalau kau makan pil ini, kau akan menjadi manusia. Kau bisa memberikan kebahagiaan lebih untuk Cing Ce."
Shen Hua: "Benarkah?"
An Xin mengangguk. Shen Hua segera memakan pil itu.

Cing Ce masih menunggu di depan Istana Bidadari. Lalu, ia melihat An Xin dan Shen Hua datang. Ia benar-benar terpesona dengan penampilan baru Shen Hua.
Cing Ce: "Shen Hua.."
Shen Hua: "Suamiku.."
Mereka berpelukan.
An Xin melihat mereka begitu bahagia. Ia teringat Huan Yong.
An Xin: "Mm.. Aku harus segera ke Ling An."
Ia pun pergi tanpa menunggu komentar siapa pun.
 
Bls: Cerbung: Penghuni Langit - Cinta Ribuan Tahun

An Xin melihat Liang Lian berbuat jahat lagi. Kali ini, ia menyita upeti yang dipersembahkan untuk Budha Rezeki, Chu Pa Jie. Salah satu murid Biksu Tong. Adik seperguruan Kera Sakti, saat mengambil Kitab Suci ke Barat.
Liang Lian menyuruh anak buahnya menyita separuh upeti itu, untuk pribadi. Mereka melakukan pemungutan liar!
Pa Jie kesal dengan ulah Liang Lian. Ia hampir saja mengirim petir untuk menyambarnya. Buru-buru An Xin mencegahnya.
An Xin: "Kak Pa Jie, jangan!"
Pa Jie: "Kenapa, An Xin?"
An Xin: "Apakah.. kau tidak mengenali wajah Liang Lian?"
Mereka sedang berdiri di tengah masyarakat Ling An dan menyaksikan ulah Liang Lian beserta bawahannya, dengan ilmu bayangan. Pa Jie memperhatikan wajah Liang Lian.
Pa Jie: "Itu kan.. Huan Yong. Kenapa bisa dia?"
An Xin: "Nanti saja ku ceritakan. Pokoknya, jangan sembarangan melukainya."
Pa Jie: "Ya.. ya.. aku mengerti. Tapi, kalau dibicarakan terus, juga tidak baik."
An Xin: "Aku tau. Aku juga sedang cari cara untuk menyadarkannya."
Pa Jie: "Aku ada ide.."
 
Bls: Cerbung: Penghuni Langit - Cinta Ribuan Tahun

Pa Jie mengajak An Xin mengikuti rombongan Liang Lian pulang ke rumah.
Para pengawal Liang Lian menyimpan barang-barang rampasan mereka di gudang.
Liang Lian: "Sekarang, kalian boleh pergi."
Tinggallah Liang Lian di gudang itu sendirian. Ia membuka peti, dan berdecak kagum dengan emas-emas yang berkilau dari dalamnya.
Liang Lian: "Aku bisa bersenang-senang dengan ini."
Tiba-tiba, dalam peti.. muncul kepala babi. Membuat Liang Lian terkejut. Tapi, dia tidak takut. Ia menghunus pedang, hendak mengurus babi itu.
Pa Jie: "Berani sekali kau mengambil jatahku?! Kau tidak takut disambar petir?"
Liang Lian: "Jangan kebanyakan bicara! Kau mau apa? Cepat, katakan!"
Pa Jie: "Mau mengambil kembali apa yang seharusnya jadi milikku."
Ia menutup peti, dan menyeretnya. Liang Lian langsung menghadangnya dengan menodongkan pedang.
Liang Lian: "Tanya dulu pada pedang ini..!!"
Maka, terjadilah perkelahian antara Liang Lian, si manusia biasa tapi jahat, dengan Pa Jie, Budha Rezeki. Siapakah yang akan menang?
 
Bls: Cerbung: Penghuni Langit - Cinta Ribuan Tahun

An Xin tidak henti-hentinya mengingatkan Pa Jie melalui telepati, agar tak melukai Liang Lian, apalagi membunuhnya.
Pa Jie dengan sihirnya, membawa Liang Lian berkelahi di tempat terbuka.
Lalu, Pa Jie mengeluarkan senjatanya. Berupa penggaruk. Liang Lian dengan amat sombong mentertawakannya.
Liang Lian: "Dasar, siluman sial! Senjatamu berupa penggaruk? Tidak ada apa-apanya dibanding dengan pedang pusakaku!"
Pa Jie: "Sombong sekali, kau! Pedang apa? Pusaka apa? Penggarukku ini berusia ribuan tahun! Ikut andil dalam menyelamatkan dunia dari iblis! Pedang pusakamu tidak ada apa-apanya!"
Mereka terus berkelahi sambil pamer.
Hingga akhirnya, Pa Jie kelepasan bicara. Terus-terusan memanggil Liang Lian dengan nama Huan Yong.
Liang Lian: "Heh, babi gendut! Kenapa kau terus-terusan memanggilku Huan Yong? Namaku bukan Huan Yong!"
Pa Jie: "Sudahlah, Huan Yong! Aku lelah! Kau berkelahi seperti orang bodoh! Payah!"
 
Bls: Cerbung: Penghuni Langit - Cinta Ribuan Tahun

Ya.. jelas saja kungfu Liang Lian dan Huan Yong tidak bisa dibandingkan. Huan Yong jauh lebih hebat. Liang Lian bukan tandingan Pa Jie. Maka, si sombong itu pun kalah terus.
Liang Lian: "Kau ini benar-benar babi bodoh! Aku sudah bilang, namaku bukan Huan Yong! Tapi Liang Lian!"
Pa Jie: "Kalau begitu, namaku bukan babi gendut atau babi bodoh! Tapi Kera Sakti Sun Wu Kong!"
Ia makin ngawur. Dia memang tidak tau, apa yang terjadi pada Huan Yong.
Liang Lian: "Sungguh babi tolol!"
Pa Jie: "Huan Yong! Kenapa dari tadi kau mengejekku? Kesabaranku ada batasnya!"
Dan aku, sama sekali tidak punya kesabaran!"
Ia hendak menyerang Pa Jie lagi. Si babi pun bersiap melawan Liang Lian.
 
Bls: Cerbung: Penghuni Langit - Cinta Ribuan Tahun

BAB 11
3 MATA BERULAH LAGI

Maka, Pa Jie dan Liang Lian kembali bertarung. An Xin terus mengawasi mereka.
An Xin: "Kak Pa Jie, hati-hati!"
Pa Jie sebenarnya penasaran. Kenapa Huan Yong sangat berbeda. Ia pun mengujinya.
Pa Jie: "Kau ini sok hebat padahal lemah! Ayo, ara kau bisa terbang seperti ini?"
Ia terbang ke angkasa, lalu kembali lagi.
Liang Lian: "Aku tidak belajar sihir!"
Pa Jie: "Kalau masuk tanah seperti ini?"
Ia menenggelamkan diri dalam tanah. Tapi lama tidak muncul lagi. Liang Lian mentertawakannya.
Liang Lian: "Makanya, jangan sok pamer! Lihat! Kau tidak bisa keluar lagi! Rasakan itu babi bodoh!"
Tiba-tiba tanah bergetar. Dari bawah Liang Lian keluar tangan-tangan, dan menariknya, hingga tenggelam sampai leher.
An Xin: "Kak Pa Jie, apa yang kau lakukan?"
Pa Jie: "Membantumu memberi dia pelajaran."
Kini, Liang Lian tidak bisa bergerak.
An Xin panik melihatnya. Takut terjadi apa-apa pada reinkarnasi Huan Yong itu.
Ekspresi Liang Lian kesal bukan main.
Liang Lian: "Keluarkan aku sekarang juga!"
 
Bls: Cerbung: Penghuni Langit - Cinta Ribuan Tahun

Pa Jie terus tertawa.
Pa Jie: "Makanya, jadi orang jangan sok hebat! Karena masih ada aku yang lebih hebat darimu."
Liang Lian terus memberontak. Mencoba keluar dari tanah. Tidak bisa. Tanahnya keras sekali. Liang Lian tidak bisa bergerak.

An Xin cerita pada Pa Jie. Tentang yang terjadi pada Huan Yong.
Pa Jie: "Kenapa aku bisa tidak tau sama sekali dengan peristiwa seheboh itu, ya?"
An Xin: "Karena, Kak Pa Jie terlalu sibuk menghitung upeti. Jadi tidak sempat menerima informasi tepat waktu."
Pa Jie tertawa.
Pa Jie: "Ya.. ya.. aku juga sibuk makan upeti. Lihat, aku tambah gendut. Tapi juga tambah tampan. Benar, kan?"
An Xin tersenyum.
An Xin: "Kak Pa Jie, terimakasih kau telah membantuku. Tapi, cukup sampai di sini. Karena dia suda tertancap di tanah, aku bisa mendekatinya dengan leluasa."
Pa Jie: "Ya, baiklah. Semoga kau sukses, An Xin."

Ya, hingga malam hari, Liang Lian masih terkubur hingga ke leher. Sialnya, tiba-tiba hujan turun dengan cantiknya. Bagai semburan benang sutra yang kemilau kena sinar bulan
 
Bls: Cerbung: Penghuni Langit - Cinta Ribuan Tahun

Liang Lian: "Tolong aku! Keluarkan aku dari sini!"
Kemudian, ia merasakan hujan tak lagi membasahi kepalanya. Padahal, hujan belum berhenti. Dan ia melihat sebuah payung menaunginya.
Liang Lian: "Hah! Kau?! Nona, lepaskan aku. Tolong.."
An Xin jongkok di hadapan kepala Liang Lian. Ia membawa keranjang berisi makanan dan air.
An Xin: "Aku tidak bisa melepaskanmu. Karena.. aku tidak berani. Tapi, aku diam-diam datang membawa makanan untukmu. Cepatlah makan. Sebelum Budha Rezeki datang."
Ia memotong-motong mantao jadi potongan kecil. Lalu menyuapkan untuk Liang Lian. Sambil menunggu Liang Lian mengunyah makanan, An Xin melap kepala dan rambut Liang Lian.
Liang Lian: "Kenapa kau baik padaku? Aku.. kan jahat.."
An Xin tersenyum.
An Xin: "Karena aku bukan kau."

Sementara itu di Istana Bidadari, sedang panen apel merah. Para bidadari asyik memetik buah apel merah yang ranum, sambil sesekali bercanda.
 
Back
Top