Maspion Berawal dari Lampu Teplok

dindadinda

New member
alim_markus.jpg


Maspion, Mengajak Anda Selalu Percaya Industri Olahan Nasional. Alim Markus, Presiden Direktur Grup Maspion, ini bangga dengan berbagai produknya yang disebutnya merupakan produk bangsa sendiri (nasional). Maspion yang berawal dari industri rumah tangga lampu teplok yang sederhana, itu dirintis Sang Ayah, Alim Husin, pada tahun 1961, telah menjadi perusahaan konglomerasi dengan puluhan anak perusahaan dan berbagai jenis produk serta menampung 30.000-an karyawan.

Sebagian besar ibu rumahtangga pasti pernah bersentuhan dengan produk Maspion. Apakah itu panci teflon, termos plastik, kulkas, kompor gas, pompa air, kipas angin, kulkas, AC, tempat tidur, aluminium foil, lampu neon, pompa air dan segala macam. Beragam produk mulai yang sederhana hingga yang rumit pengoperasiannya, beredar luas di seluruh Indonesia hingga ekspor ke mancanegara, membuat nama Maspion begitu familiar dan mudah dikenal.

Namun pasti sedikit ibu rumahtangga yang paham bahwa bisnis Maspion berawal dari kisah lampu teplok yang sederhana. Sesedikit itu pula yang mengetahui bahwa sebelum Alim Markus, Presiden Direktur Grup Maspion, adalah ayahnya sendiri Alim Husin yang memulai usaha lampu teplok ini berbahan baku aluminium dan logam di Jawa Timur pada tahun 1961 lalu.

Kini, pengakuan pasar terhadap nama Maspion pembuktiannya bukan cuma sebatas produk-produknya digunakan secara luas di Indonesia dan mancanegara. Melainkan, ini yang terutama, Maspion telah dipercaya berbagai prinsipal asing untuk mendirikan usaha patungan secara equal. Seperti dengan Grup Samsung dari Korea, Grup Marubeni dari Jepang, maupun dengan Dupont dan Ishizuka dari Jepang. Grup Maspion biasanya mengambil porsi kepemilikan saham hingga 50 persen di semua anak perusahaannya.

Nama-nama anak perusahaan itu, misalnya PT Samsung Maspion Indonesia, PT Altap Prima Industrial Estate, PT Alumindo Industrial Estate, PT Trisula Pack Indah, PT Indofibre Mattress, PT TFC Maspion Indonesia, dan PT Alaska Maspion Indonesia. Maspion kini bukan lagi jago kandang dari desa Gubeng, Surabaya, Jawa Timur melainkan sudah mulai diperhitungkan sebagai pemain bisnis tingkat global yang menghidupi 30.000 lebih karyawan.

Alim Husin, pendiri Maspion, memulai produksi lampu teplok tahun 1961 dengan mendirikan usaha kecil UD Logam Jawa. Dibantu oleh istrinya Angkasa Rachmawati dan delapan orang karyawan, Alim Husin ketika itu sanggup memproduksi 300 lusin lampu teplok perhari. Di sini, walau masih kecil Alim Markus kelahiran Surabaya 24 September 1951 sudah mulai aktif melibatkan diri membantu ayahnya. Dan ketika duduk di bangku SMP di tahun 1966 dia memilih berhenti sekolah untuk terjun langsung memproduksi lampu teplok.

Sukses dengan lampu teplok, usaha kemudian dikembangkan memproduksi lampu badai untuk para nelayan. Di kemudian hari dimulai pula produksi perabot rumah tangga lain dengan bahan plastik seperti ember, baskom, loyang, dan sebagainya. Pada tahun 1972 usaha keluarga Alim Husin semakin maju dan berkembang sehingga dirancanglah nama dan logo baru, ketemu Maspion yang menurut Alim Markus merupakan singkatan dari Mengajak Anda Selalu Percaya Industri Olahan Nasional.

Nama dan logo baru ditetapkan pula sebagai nama badan usaha baru yang dibentuk, PT Maspion. Dan sebagai putra tertua adalah Alim Markus muda yang ditunjuk langsung sebagai presiden direktur, sedangkan Alim Husin sebagai Chairman. Saudara kandung lainnya Alim Mulia Sastra, Alim Satria, dan Alim Prakasa masing-masing didudukan sebagai direktur pengelola. Dalam perjalanan selanjutnya, pada diri Alim Markus terbukti pengalaman yang pernah dilakukannya dahulu semasih muda sebagai pekerja keras yang mendapat perintah langsung dari ayah, semisal membersihkan lantai, staf administrasi, staf keuangan, bahkan penjualan dan lain-lain, menjadi sangat berguna ketika harus melakukan pengambilan keputusan sebagai pemimpin tertinggi perusahaan.

Alim Markus yang menikahi Sriyanti dan kini dikaruniai tujuh orang anak dua laki-laki dan lima perempuan menyebutkan, ada lima bidang bisnis yang kini aktif digeluti Maspion. Pertama produk konsumen yang sangat akrab dengan ibu rumahtangga, antara lain memproduksi panci teflon, termos plastik, kulkas, kompor gas, pompa air, kipas angin, dan lain-lain. Badan usaha yang terlibat di sini PT Maspion, PT Trisula Pack Indah, PT Royal Chemical, PT Maspion Flatware, dan PT Indofibre Mattres Indonesia. Kedua konstruksi material dan industri yang melibatkan tujuh anak perusahaan, PT Maspion, PT Maspion Kencana, PT Indal Steel Pipe, PT Alumindo Light Metal Industry, PT Aneka Kabel Cipta Guna, PT Indal Aluminium Industry, dan PT Indalex.

Ketiga properti, membangun maupun mengelola aset properti seperti Maspion Mall, Wisma Maspion, Wisma Moneter, Pondok Maspion, CIMAC, PT Bintang Osowilangun, PT Maspion Industrial Estate, PT Alumindo Industrial Estate, dan PT Altap Prima Industrial Estate. Satu aset tersebut yang kini sangat dibanggakan Alim Markus adalah Kawasan Industri Maspion seluas 300 hektar, 100 hektar diantaranya untuk digunakan sendiri oleh Grup Maspion. Letaknya hanya 10 kilometer dari Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Alim Markus masih menyimpan gagasannya tentang kawasan semacam ini.

Di kawasan ini, Alim Markus bermimpi bisa didirikan sebuah lokasi export processing zone. Di dalamnya secara terpadu terdapat institusi perizinan, perbankan, perpajakan, sistem tenaga kerja yang sesuai kebutuhan pasar, dan semua pengambilan keputusan ada di situ tanpa birokrasi panjang dan berbelit. Hal positif yang bisa dirasakan adalah meningkatnya daya saing produk ekspor di pasar global serta mengurangi jumlah pengangguran. “Kalau RRC bisa memberikan tawaran-tawaran yang menarik bagi investor asing, kenapa kita tidak? Kita tidak boleh kalah bersaing,” demikian alasan Alim Markus, usai melihat gencarnya RRC menawarkan investasi dengan memberikan kemudahan, memotong jalur birokrasi, bahkan berani menghukum birokrat yang korupsi hingga hukuman mati.

Bidang bisnis keempat, pendirian gedung perkantoran dan bisnis Plaza Maspion setinggi 18 lantai di Jalan Gunung Sahari, Jakarta Pusat. Dan kelima bisnis jasa keuangan dengan bendera usaha Bank Maspion, Maspion Securities, dan Maspion Money Changer.

Yang menonjol pada diri Alim Markus adalah kecintaanya yang luar biasa kepada produk lokal. Dan ia tetap konsisten di situ walau badai krisis yang menerjang menggodanya untuk mengalihkan usaha ke tempat lain, RRC misalnya. Upah minimum regional (UMR) di Jawa Timur yang naik 38 persen pun masih belum membuatnya bergeming. “Saya akan terus mengendalikan bisnis ini di sini,” tegas Markus.

Sebagai perusahaan yang telah berhasil mengakumulasi kemampuan modal, manajemen, sumberdaya manusia, dan jaringan pemasaran adalah tidak sulit bagi Alim Markus mengimpor produk-produk luar lalu melabelinya dengan nama Maspion. Tapi, menurut Alim Markus yang pernah diajak Megawati dalam rombongan kunjungan bisnis kepresidenan ke RRC, hal itu tidak akan memberi nilai tambah dan tidak ada rasa bangga di situ. “Saya harus menekan gaya hidup yang import minded, kita harus bangga dengan produk kita sendiri.”

Dengan arif dia lalu mencoba membandingkan peta bisnis di RRC dan Indonesia yang membuatnya prihatin. Disebutkannya, misalnya, dari segi material cost, component cost, dan labour cost Indonesia kalah dengan RRC sehingga menggodanya pindahkan industrinya ke RRC. Namun itu tadi, Alim Markus masih lebih mengutamakan kepentingan nasional dan kecintaan produk lokal daripada perhitungan cost yang lebih murah. “Saya tetap concern dengan karyawan. Kalau pemerintah RRC meminta saya menanamkan investasi 10 juta dolar AS di sana, saya pun mengusulkan agar pengusaha mereka menanam juga 10 juta dolar AS di sini,” tegas Alim Markus.

Kebesaran Maspion harus dipertahankan. Caranya adalah memelihara etos kerja di lingkungan perusahaan. Alim Markus menyebutkan ada lima hal yang menjadi etika kerja dan selalu dijunjung tinggi seluruh karyawan Maspion. Pertama, kerja keras dan kesetiaan karyawan kepada perusahaan yang ditunjang dengan kemampuan sehingga bisa menghasilkan banyak hal yang positif bagi perusahaan. Kedua, memimpin pasar dengan memberikan keuntungan yang kompetitif kepada semua konsumen, sesuatu yang memang sangat dibutuhkan oleh konsumen. Ketiga, kesatuan dan rasa kebersamaan agar perusahaan semakin kuat dan kokoh. Keempat, pertumbuhan yang berkesinambungan, serta kelima memperhatikan kepuasan konsumen.


Sumber : tokohindonesia.com
 
Bls: Maspion Berawal dari Lampu Teplok

Lampu obor menyiratkan bahwa Abah akn menjadi penerang jalan menuju sukses.
 
Back
Top