Penatalaksanaan acne vulgaris

andy_baex

New member
Kalbefarma - Acne atau jerawat merupakan suatu masalah yang mengganggu, sekitar 80% remaja dan anak muda yang berusia 11 hingga 30 tahun mengalami masalah jerawat. Beberapa tahun belakangan ini para ahli terus-menerus mempelajari patogenesis terjadinya penyakit tersebut.

Sejak 25 tahun yang lalu, berbagai obat sistemik dan topikal terus menerus berkembang sebagai terapi kasus acne terutama untuk jenis acne vulgaris. Berbagai petunjuk penanganan terus menerus berubah karena hasil perkembangan penelitian yang juga terus berjalan.

Saat ini pendekatan terapi acne dimulai dengan penilaian riwayat ataupun kebiasaan pasien. Hal-hal yang dinilai termasuk tingkat keparahan acne, tipe dari lesinya ada atau tidaknya jaringan parut, pengaruh fisiologis dari penyakit ini dan pengalaman menggunakan berbagai obat anti jerawat (obat yang diresepkan oleh dokter ataupun obat yang dijual bebas).

Sebagai farmakologi terapi acne, retinoid topikal merupakan terapi lini peertama untuk semua jenis kasus acne terutama kasus berat. Bila ada lesi inflamasi namun jenis acnenya ringan atau sedang antimikrobial topikal sebaiknya dikombinasi dengan retinoid topikal untuk mempercepat terjadinya penyembuhan. Untuk kasus acne berat kombinasi antibiotik oral dengan retinoid topikal dan atau benzoyl peroxide. Sedangkan untuk kasus acne yang sangat parah seperti acne konglobata pemberian isotretinoin dapat menjadi pilihan.

Melakukan maintenance terapi untuk acne sangatlah penting, mengingat penyakit ini cenderung berulang bila terapi dihentikan.

posted by dekock @ 06:48 0 comments
Indonesia Urutan Ke-4 Penderita kencing manis (diabetes melitus)

Kalbefarma - Ada sebuah fenomena yang cukup memprihatinkan. Berdasarkan survey WHO, jumlah penderita kencing manis (diabetes melitus/DM) di Indonesia sekitar 17 juta orang (8,6 persen dari jumlah penduduk) atau menduduki urutan terbesar ke-4 setelah India, Cina, dan Amerika Serikat (AS).

"Banyaknya penderita diabetes di Indonesia karena gaya hidup masyarakat yang tidak memperhatikan pola hidup sehat, seperti mengkonsmsi gizi seimbang dan berolah raga cukup," ujar Menkes Siti Fadilah Supari pada pada dialog tentang Dibetes memperingati Hari Lanjut Usia (Lansia) Nasional di Jakarta, beberapa bulan yang lalu. Menurut Menkes, jika penderita diabetes tidak mampu mengontrol kadar gula dalam darahnya, akibatnya akan terjadi komplikasi misalnya terkena stroke, gagal ginjal, jantung, kebutaan dan bahkan harus menjalani amputasi jika anggota badan menderita luka yang tidak bisa mengering darahnya.

Menkes berharap, masyarakat termasuk Yayasan Pelita Usila sebagai penyelenggara dialog diabetes ikut mensosialisasikan penanggulangan DM, baik secara medis seperti pemberian obat-obatan maupun non-medis melalui pencegahan seperti mengurangi konsumsi makanan mengandung gula dan berolahraga.

Survei Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) pada 2001 menyebutkan jumlah penderita DM di Indonesia mencapai 8,6 persen, terjadi peningkatan jumlah DM di Jakarta dari 1,7 persen pada tahun 1981 menjadi 5,7 persen pada tahun 1993. International Diabetic Federation (IDF) mengestimasikan bahwa jumlah penduduk Indonesia usia 20 tahun ketas menderita DM sebanyak 5,6 juta orang pada tahun 2001 dan akan meningkat menjadi 8,2 juta pada 2020, sedang Survei Depkes 2001 terdapat 7,5 persen penduduk Jawa dan Bali menderita DM. Data Depkes tersebut menyebutkan jumlah penderita DM menjalani rawat inap dan jalan menduduki urutan ke-1 di rumah sakit dari keseluruhan pasien penyakit dalam. (PT. Liza Herbal International)

posted by dekock @ 06:42 0 comments
Friday, May 12, 2006
Relaksasi membuat hasil pemeriksaan tekanan darah lebih akurat


Kalbefarma - Melakukan relaksasi beberapa menit sebelum melakukan pemeriksaan tekanan darah akan memberikan hasil yang lebih baik dan tepat, dilaporkan suatu hasil penelitian dari Universitas Virginia Health System.

Didapatkan tekanan darah sistolik rata-rata 14 poin lebih tinggi saat pemeriksaan tekanan darah dilakukan segera setelah pasien datang tanpa melakukan relaksasi berupa duduk bersandar dengan kaki diluruskan ke lantai bila dibandingkan dengan mereka yang sebelumnya melakukan relaksasi.

Semua partisipan yang diteliti memiliki tekanan darah sistolik dan diastolik yang lebih rendah setelah sebelumnya mereka melakukan relaksasi.

Para ahli tersebut menjelaskan bahwa perbedaan nilai hingga 14 poin tersebut memiliki arti yang berbeda dan dapat menyebabkan diagnosis menjadi tidak akurat.

Selama ini kebanyakan orang datang ke tempat pemeriksaan kemudian segera melakukan pemeriksaan tekanan darah, Melly Turner seorang peneliti menjelaskan. Anjuran dari American Heart Association's, tehnik yang benar adalah relaksasi sekitar 5 menit dengan cara duduk bersandar dan kaki diluruskan kedepan, baru kemudian tekanan darah diperiksa. Tehnik ini akan menghasilkan nilai yang lebih tepat dan akurat.

Temuan ini dipresentasikan dalam pertemuan Preventative Cardiovascular Nurses Association.

Setiap orang seharusnya mengetahui nilai tekanan darah mereka, Turner mengatakan. Jika mereka didiagnosis memiliki tekanan darah tinggi, dengan cepat mereka dapat melakukan tindakan hingga tekanan darahnya dapat kembali normal. Para ahli tersebut menyebutkan perubahan gaya hidup perlu dilakukan yaitu menjaga keseimbangan makan, menekan asupan lemak yang terlalu banyak, kurangi penggunaan garam dan melakukan olahraga rutin 30 menit setiap harinya.
 
Back
Top