[Sejarah] Sejarah China: Zaman Tiga Kerajaan (Three Kingdoms)

Bls: Sejarah China: Zaman Tiga Kerajaan (Three Kingdoms)

wuih banyak amat tokohnya.....yg gw tahu cuma Liu Bei, Zhuge Liang, Cao Cao ma Zhang Liao he he secara cuma mereka yg paling sering di filmkan. terakhir tokoh Zhang Liao yg dimainkan Andy lau bikin gw nagis bombay gak tega lihat kematiannya...
 
Bls: Sejarah China: Zaman Tiga Kerajaan (Three Kingdoms)

Yang Andy Lau itu, yaa hu uh inget gue.. Hmm..

Masih banyak.. tokohnyaa.. Yang sering di film aja belum semua yang ku apply. Haha capekkk
 
Bls: Sejarah China: Zaman Tiga Kerajaan (Three Kingdoms)

Zhou Yu, penasehat militer, mati muda

Zhou Yu (Hanzi: 周瑜, 175-210 M) adalah penasehat militer Tiongkok yang pertama dan terpenting dari Wu di Zaman Tiga Negara. Ia bernama lengkap Zhou Gong Jin, ia adalah anak seorang bangsawan dari daerah Lujiang. Di dalam Kisah Tiga Negara, ia dideskripsikan sebagai seorang tampan yang cakap dalam hal kemiliteran dan kenegaraan.

Pengabdian kepada keluarga Sun

Saat Sun Jian berkuasa di wilayah Changsha, ia bertemu dengan Sun Ce, anak pertama dari Sun Jian. Mereka belajar bersama dan bersahabat karib hingga akhirnya bersumpah-saudara. Setelah itu karena paman Zhou Yu, Zhou Shang diangkat menjadi Gubernur Danyang, Zhou Yu pindah ke sana dan mengabdi kepada Yuan Shu.

Sun Ce yang menggantikan ayahnya yang meninggal ketika ia berumur 17 tahun (Sun Jian meninggal tahun 192), mulai menunjukkan kebolehannya pada tahun 194. Ia meminjam 3000 prajurit dari Yuan Shu dengan jaminan cap kekaisaran warisan ayahnya (Sun Jian menemukannya saat berada di Luo Yang, setelah peperangan di Gerbang Hulao), kemudian menuju ke daerah Wu. Zhou Yu, yang mendengar berita ini, langsung saja bergabung dengan Sun Ce sebagai ahli strategi dan membantunya mengalahkan Liu Yong, Yan Baihu, dan Wang Lang sehingga berhasil merebut kota Mo Ling (selanjutnya diganti menjadi Jian Ye oleh Sun Ce), Wu, dan Hui Ji serta mendapatkan Jendral baru yan sangat berkualitas yaitu Taishi Ci, semua dituntaskan hanya dalam waktu yang sangat singkat. Atas keberhasilan ini Sun Ce mendapat julukan "Little Conquerror" dan Zhou Yu mendapat julukan "Young Gentleman Handsome Zhou".

Tahun 199, Sun Ce dan Zhou Yu berhasil menumpas Liu Xun, sehingga memperluas wilayah kekuasaan. Pada sekitar tahun ini jugalah Sun Ce dan Zhou Yu menikahi Two Qiaos, anak Qiao Xuan seorang pintar dan kritikus. Sun Ce menikahi anak sulung Da Qiao dan Zhou Yu menikahi anak bungsu Xiao Qiao. Mereka berdua adalah wanita yang terkenal akan kecantikannya. Dari pernikahan ini Zhou Yu mempunyai 3 anak, 2 anak laki-laki Zhou Xun dan Zhou Yin dan 1 anak perempuan Zhou Ying.

Pada tahun 200 M, Sun Ce wafat dan digantikan oleh adiknya, Sun Quan, yang masih sangat muda, saat itu umurnya baru 18 tahun. Atas wasiat dari Sun Ce yang berisi "masalah dalam negeri diskusikan dengan Zhang Zhao dan masalah luar negeri diskusikan dengan Zhou Yu", maka Zhou Yu memegang kekuasaan militer dan Zhang Zhao mengurusi masalah domestik. Hal ini menunjukkan loyalitas Zhou Yu yang sangat tinggi karena sebenarnya calon kuat penerus Sun Ce adalah Zhou Yu sendiri, tetapi dia lebih memilih mengabdi kepada Sun Quan dan tidak memikirkan kekuasaan.

Perang Tebing Merah

206 M, Zhou Yu berhasil menumpas bandit lokal, menangkap ribuan bandit. Setelah itu Zhou Yu berhasil menangkis serangan Liu Biao, yang pada prosesnya Zhou Yu juga berhasil menangkap jendral Liu Biao, Deng Long.

Antara tahun 207-208 M, Zhou Yu mendapat tugas dari Sun Quan untuk menghancurkan Huang Zu (penyebab wafatnya Sun Jian). Dengan bantuan Gan Ning (yang sebelumnya adalah anak buah Huang Zu), Lu Meng, Ling Tong, Dong Xi, dan Xu Sheng, Zhou Yu berhasil merebut daerah Xia Kou, dan membunuh Huang Zu.

Pada tahun 208 M, Sun Quan beraliansi dengan Liu Bei untuk bekerja sama mengalahkan Cao Cao yang ingin menyerang daerah selatan. Zhou Yu diangkat oleh Sun Quan menjadi Panglima Besar membawahi 30.000 pasukan dan menjadi wakil Sun Quan untuk berdiskusi dengan ahli strategi Zhuge Liang, total pasukan aliansi berjumlah 50.000. Mereka setuju untuk melakukan serangan api terhadap kapal-kapal milik Cao Cao. Alhasil, setelah Zhou Yu menggunakan berbagai macam strategi dan bantuan ahli strategi lain yaitu Pang Tong serta pengorbanan diri oleh Huang Gai, aliansi Liu Bei-Sun Quan berhasil membakar kapal-kapal perang milik Cao Cao yang mengangkut 200.000 pasukan dan memenangkan perang Chibi atau yang lebih dikenal dengan Perang Tebing Merah. Setelah itu Zhou Yu maju ke daerah Jing, dan berhasil merebut daerah Nan Jun(Jiang Ling) dari tangan Cao Ren dan Niu Jin. Karena keberhasilan ini Zhou Yu diangkat menjadi Gubernur Nan.

Kematian

Tahun 210, Zhou Yu mengusulkan kepada Sun Quan tentang rencana dua kerajaan, yang terdiri dari Sun Quan di selatan dan Cao Cao di utara. Sun Quan menerima rencana ini, dan untuk mensukseskan rencana ini, negeri Wu harus merebut wilayah Yi dan di daerah barat Cina dari tangan Liu Zhang dengan cara bekerjasama dengan Zhang Lu. Sungguh sangat disayangkan Zhou Yu meninggal di Baqiu dalam persiapan untuk perjalanan ke wilayah Yi pada usia 36 tahun. Perannya sebagai ahli strategi dan komandan Wu kemudian digantikan oleh Lu Su.

Kualitas

Di dalam Kisah Tiga Negara, Zhou Yu diceritakan kalah dari Zhuge Liang dalam kepintaran berperang maupun kenegaraan, namun dalam catatan sejarah sebenarnya Zhou Yu mempunyai kemampuan lebih dibandingkan dengan Zhuge Liang terutama dalam hal berperang. Dia juga dikenal akan ketampanannya. Dia seorang yang sangat terbuka dalam pertemanan. Cheng Pu, seorang jendral tua dari masa Sun jian meremehkannya, ia menganggap Zhou Yu terlalu muda, tapi Zhou Yu tidak mempedulikan itu dan akhirnya mereka berteman baik setelah Cheng Pu melihat kemampuan Zhou Yu. Zhou Yu seorang yang mempunyai banyak talenta, diantaranya musik dan puisi. Ada perkataan pada zaman itu "jika ada tune yang salah, datanglah ke Zhou Yu".

Zhou Yu juga terkenal akan loyalitasnya. Walaupun Sun Quan menganggap Zhou Yu sebagai saudara tua, Zhou Yu tidak pernah melewati batas, dan selalu setia mengabdi kepada Sun Quan.

Dalam Fiksi

Dalam anime Ikki Tousen, karakter Shuyuu Koukin didasarkan pada Zhou Yu, sedangkan saudari perempuannya, Sonsaku Hakufu didasarkan pada Sun Ce.

Dalam game yang dikeluarkan KOEI, Dynasty Warriors, Zhou Yu digambarkan sebagai seseorang yang berintelijen tinggi, berpendirian kuat dan tampan. Zhou Yu digambarkan sangat memperhatikan saudara angkatnya Sun Ce, Zhou Yu bertanggung jawab, berpikir dengan matang dan sistematis dalam menghadapi perang, sedangkan Sun Ce berani dan ceroboh. Biasa dalam awal game Zhou Yu harus menolong Sun Ce dari situasi sulit karena kecerobohannya. Zhou Yu juga digambarkan sebagai orang yang sangat loyal terhadap negara Wu, ini terbukti dari usahanya melenyapkan Zhuge Liang karena akan membawa masalah bagi negara Wu di kemudian hari.

Dari Dynasty Warriors 1 sampai 5, Zhou Yu menggunakan pedang sebagai senjatanya, yang dikenal dengan nama Ancient Sword. Pada game Dynasty Warriors terbaru Dynasty Warriors 6, Zhou Yu menggunakan Bo Staff, semacam tongkat.
 
Bls: Sejarah China: Zaman Tiga Kerajaan (Three Kingdoms)

Zhuge Jin, penasehat militer

Zhuge Jin (174 - 241) yang mempunyai nama lain Ziyu adalah menteri dari kerajaan Wu pada Zaman Tiga Negara di Tiongkok kuno. Zhuge Jin merupakan abang dari ahli strategi kerajaan Shu, Zhuge Liang. Biarpun abang-adik, mereka tetap membela kerajaan mereka masing-masing dan memisahkan urusan negara dengan hubungan keluarga. Zhuge Jin sangat dipercayai oleh Sun Quan biarpun merupakan abang dari Zhuge Liang. Salah satu prestasi pentingnya adalah melunakkan hubungan antara Wu dan Shu. Dia mempunyai anak bernama Zhuge Ke, yang kemudian menggantikan posisinya dan menjadi jendral kuat Wu, tapi pada akhirnya mengalami kegagalan saat menjadi bupati, yang merupakan awal kehancuran klan Zhuge. Zhuge Jin juga mempunya anak lain bernama Zhuge Qiao, yang diadopsi oleh abangnya, Zhuge Liang dan istri Zhuge, Huang Yue Ying.
 
Bls: Sejarah China: Zaman Tiga Kerajaan (Three Kingdoms)

Lu Su, penasehat dan pengganti posisi Zhou Yu

Lu Su yang mempunyai nama lain Zijing, adalah penasehat kerajaan Wu pada Zaman Tiga Negara di Tiongkok Kuno. Dia adalah pengganti posisi dan kedudukan Zhou Yu, seorang komandan perang, dan penasehat Wu sebelumnya yang telah meninggal setelah pertempuran Tebing Merah (Chi Bi). Saat pertempuran itu, Lu Su masih menjadi penasehat dekat Zhou Yu dan penghubung dengan pasukan Shu. Sejak kematian Zhou Yu, Lu Su diangkat menjadi kepala penasehat pasukan Sun Quan sampai waktu meninggalnya. Dia digantikan oleh Lu Meng. Lu Su mempunyai pemikiran yang berbeda dengan Zhou Yu, Lu Su merasa lebih menguntungkan bagi Wu untuk mengatur hubungan diplomatik yang baik dengan kerajaan Shu, sedangkan Zhou Yu menanggap Zhuge Liang sebagai ancaman yang besar dan berusaha untuk menyingkirkannya setiap ada kesempatan. Lu Su menghormati Zhuge Liang dan pernah menolongnya dari bahaya beberapa kali. Sebagai contoh sewaktu Zhuge Liang disuruh memproduksi 100.000 anak panah untuk pasukan Wu dan jika Zhuge gagal, maka dia akan dihukum oleh hukuman militer. Lu Su menolong Zhuge dengan menyiapkan sampan dan perahu dan pasukan kecil untuk Zhuge Liang yang akhirnya mampu mendapatkan lebih dari 100.000 anak panah dari pasukan Cao Cao.
 
Bls: Sejarah China: Zaman Tiga Kerajaan (Three Kingdoms)

Lu Meng, jendral perang

Lü Meng atau Lu Meng (178 - 219 Masehi) adalah jendral perang yang bekerja untuk kerajaan Wu timur (Dong Wu) pada masa Zaman Tiga Negara di Tiongkok kuno. Lu Meng lahir di Fupo, Runan (sekarang Fuyang, Anhui) pada tahun 178. Pada awalnya dia adalah seorang jendral yang tangguh seperti Taishi Chi,tetapi sebelum Zhou You mati, dia sempat dipesan untuk meneruskan menjaga Sun Quan untuk menjadi penasihatnya,karena itu adalah pesan terakhir sahabatnya dia berkata "aku akan membaca buku perang keluarga Sun(THE BOOK WAR MANUAL OF SUN TZU dan tidak akan mempedulikan keadaan perang hingga menguasai buku ini demi memenuhi pesan sahabatku untuk melindungi Sun Quan dan membantunya, yang pada dasarnya dia adalah seorang jendral berubah menjadi penasihat adalah sesuatu yang luar biasa karena kemampuanya mampu membantu Sun Quan dalam perang invasi Cao Cao dan menjadi perdana menteri kerajaan Wu. Memajukan sektor militer, perdagangan, bendungan,dsb bersama Lu Xun yang akhirnya merekomendasikan Lu Xun(THE LAST OF GREAT STRATEGIC OF WU) kepada Sun Quan sebagai penerusnya.

Salah satu peranannya yang terkenal adalah sebagai jendral dalam invasi di Jingzhou yang dimana menyebabkan kematian Guan Yu, salah satu jendral negara Shu terkuat di zaman itu. Tidak lama setelah Guan Yu meninggal, Lu Meng jatuh sakit yang membuat Sun Quan (raja Wu) khawatir. Sun Quan menyatakan akan memberi hadiah besar bagi orang yang mampu menyembuhkan Lu Meng, tetapi pada akhirnya Lu Meng tidak dapat disembuhkan dan meninggal pada umur 41 tahun. Sebelum kematiannya, Lu Meng merekomendasikan Zhu Ran dan Lu Xun kepada Sun Quan.

Adaptasi modern

Lu Meng muncul dalam permainan video Sony Playstation yang berjudul Dynasty Warrior. Lu Meng muncul dengan rambut sepanjang bahu yang diikat dan bersenjatakan tombak berjenis halberd yang bernama White Tiger.
 
Bls: Sejarah China: Zaman Tiga Kerajaan (Three Kingdoms)

Lu Xun, jenderal perang

Lu Xun(183-245) adalah seorang Jenderal Wu pada Zaman Tiga Negara. Ia menikahi anak perempuan dari Sun Ce.

Jasa-Jasa Penting

* Bekerjasama dengan Lu Meng, dia mengatur rencana untuk menangkap Guan Yu dan sukses merebut kembali Jing.

* Saat Pertempuran Yi Ling, dia menjadi komandan tertinggi, dan berhasil menciptakan kemenangan besar bagi Wu dan mengakibatkan kekalahan besar bagi Liu Bei danpasukan raksasanya.
 
Bls: Sejarah China: Zaman Tiga Kerajaan (Three Kingdoms)

Huang Gai, jenderal perang

Huang Gai(Hanzi: 黃蓋) adalah seorang jenderal dari negara Wu pada Zaman Tiga Negara. Tahun kelahiran dan kematiannya tidak tercatat dalam sejarah. Ia lahir di Quanling, Lingling di Prefektur Jingzhou (sekarang di utara Lingling, Hunan) dengan nama panjang Huang Gongfu (黃公覆).

Riwayat hidup

Masih merupakan keturunan dari gubernur Nanyang, Huang Zilian, kemudian kakek Huang Gai bermigrasi ke Lingling dan menetap di sana. Masa kecil Huang Gai diwarnai kemiskinan karena keluarga dekatnya meninggal sewaktu ia kecil. Karena pentang menyerah, ia kemudian berhasil menjadi pegawai pemerintahan di daerahnya.

Ia memutuskan untuk mengabdi kepada Sun Jian mulai dari saat Sun menghimpun kekuatan. Ia meneruskan pengabdiannya kepada Sun Ce dan Sun Quan sepeninggal Sun Jian pada tahun 191.

283px-HuangGai.jpg
 
Bls: Sejarah China: Zaman Tiga Kerajaan (Three Kingdoms)

Gan Ning, jenderal perang

Gan Ning (?-222) adalah seorang jenderal Wu pada Zaman Tiga Negara. Gan Ning sebelumnya adalah seorang perompak. Ia menaruh berberapa bel di bajunya, sehingga musuh tahu kalau dia datang. Setelah menjadi perompak, ia direkrut menjadi bawahan Huang Zu dan Liu Biao. Saat Sun Quan menyerang Huang Zu, Gan Ning berhasil membunuh Ling Cao, salah satu jenderal bawahan Sun Quan sekaligus ayah dari Ling Tong. Hal ini yang membuat Ling Tong sempat dendam dan antipati terhadapnya. Setelah Huang Zu dikalahkan Yuan Shao, Gan Ning menjadi bawahan Yuan Shao. Zhou Yu dan Lu Meng sangat menyambutnya ke Wu. Jasanya juga dipakai dalam Pertempuran Chibi. Namun dia dibunuh oleh Sha Moke pada saat pertempuran Wu melawan Shu di pertempuran Yiling.
 
Bls: Sejarah China: Zaman Tiga Kerajaan (Three Kingdoms)

Taishi Ci, jenderal perang

Taishi Ci (166 - 206 M) adalah perwira militer negara Dong Wu pada Zaman Tiga Negara di Tiongkok dulu. Pada awalnya Taishi Ci bekerja dibawah Liu Yao tetapi kemudian melanggar kesetiaannya setelah Liu Yao menolak untuk memperhatikan nasehat strategi yang diajukan oleh Taishi Ci, kemudian dia melarikan diri ke daerah tetangga. Taishi Ci melarikan diri ke daerah Dangyang, suatu posisi daerah militer yang strategis dan penting sejak zaman Sun Tzu, disana dia mengangkat dirinya sebagai gubenur. Pada suatu perang, pasukan sisa Taishi Ci dengan cepat dapat dikepung oleh pasukan Sun Ce tanpa tandingan, yang kemudian Taishi Ci tertangkap. Taishi Ci memohon untuk dibunuh bersama dengan pasukan dan orang-orangnya, tetapi Sun Ce tidak bersedia dan membujuk dia untuk bergabung. setelah bujukan yang lama dan dijanjikan diberi pangkat dan posisi tinggi di negara Wu, akhirnya Taishi Ci bergabung. Taishi Ci setia sampai akhir hayatnya kepada negara Wu.
 
Bls: Sejarah China: Zaman Tiga Kerajaan (Three Kingdoms)

Liu Bei, bangsawan berdarah biru, ingin meneruskan Dinasti Han

Liubei.jpg

Lukisan Liu Bei

Liu_Bei_RTK8.jpg

Karakter Liu Bei dalam Romance of Three Kingdoms IX

Liu Bei (Hanzi: 劉備) (161-223) adalah seorang tokoh terkenal di Zaman Tiga Negara. Ia lahir di Kabupaten Zhuo (sekarang di wilayah provinsi Hebei), merupakan keturunan dari Liu Sheng, Raja Jing di Zhongshan yang merupakan anak dari Kaisar Jing dari Han. Dihitung-hitung, ia masih paman dari Kaisar Xian dari Han yang memerintah waktu itu. Ia bernama lengkap Liu Xuande. Ia juga dikenal di kalangan Tionghoa Indonesia dengan nama Lau Pi yang merupakan lafal dialek Hokkian.

Karir politiknya dimulai dengan pemberantasan pemberontak Serban Kuning di akhir zaman Dinasti Han yang mengancam legitimasi dinasti tersebut bersama dengan 2 saudara angkatnya, Guan Yu dan Zhang Fei. Setelah berjasa atas pemadaman pemberontakan tadi, ia diberikan jabatan kecil sebagai penjabat bupati di sebuah kabupaten kecil di daerah Anxi.

Pada awalnya, karir politiknya sangat tidak mulus. Tidak punya wilayah sendiri untuk menyusun kekuatan, ia bahkan sempat mencari perlindungan dan menjadi bawahan daripada kekuatan-kekuatan lainnya di masa tersebut misalnya Tao Qian, Yuan Shao, Lu Bu, Cao Cao, Liu Biao dan terakhir Liu Zhang yang kemudian menyerahkan Prefektur Yizhou kepadanya sebagai tempat menyusun kekuatan.

Keberhasilannya di kemudian hari adalah karena muncul orang-orang di sekelilingnya yang membantu dalam banyak hal, seperti Zhuge Liang dan Pang Tong di bidang sipil, strategi dan politik; Guan Yu, Zhang Fei, Ma Chao, Huang Zhong dan Zhao Yun di bidang militer.

Setelah menguasai Prefektur Yizhou dan Hanzhong, ia kemudian memaklumatkan diri sebagai Raja Hanzhong. Tahun 221, setahun setelah Cao Pi memaklumatkan diri sebagai kaisar, Liu Bei juga memaklumatkan diri sebagai Kaisar Han Liedi, mendirikan Negara Shu Han yang mengklaim legitimasi sebagai penerus Dinasti Han yang resmi telah tidak ada setelah proklamasi Negara Cao Wei.

Sepeninggalnya, ia digantikan oleh anaknya Liu Chan yang tidak cakap memerintah. Seluruh urusan pemerintahan pada saat itu dibebankan kepada Zhuge Liang sebagai perdana menteri.

Biografi sejarah

Liu Bei adalah keturunan dari pangeran Sheng dari Zhongshan, cucu buyut dari kaisar keempat Han, Jing. Liu Bei hidup dalam kemiskinan semasa mudanya. Ayahnya telah meninggal dan ibunya bekerja sebagai penenun dan penjual sandal jerami. Pada umur 15 tahun, Liu Bei bersama rekannya, Gongsun Zan berguru pada Lu Zhi.

Pada masa Pemberontakan Serban Kuning, dia terpilih menjadi Pegawai Pengadilan di kabupaten Anxi.

Liu Bei memulai karir militernya di bawah komandan utama,He Jin dalam perwalian Gongsun Zan sebagai Komandan Pasukan Cadangan dan bupati Ping Yuan.

Ketika Cao Cao menyerang kota Xu Zhou milik Tao Qian, Liu Bei membawa pasukannya untuk melindungi sang Pelindung Kekaisaran. Pada tahun 196, Liu Bei direkomendasikan untuk menjabat sebagai Jendral Penjaga Wilayah Timur dan diberi gelar Penguasa Yicheng.

Selanjutnya Liu Bei membantu Cao Cao dalam penangkapan Lu Bu dan dipromosikan menjadi Jendral Pasukan Kiri. Saat ini, kaisar Xian mengetahui adanya hubungan keluarga antara Liu Bei dan pangeran Zhongshan sehingga ia menganugerahi Liu Bei gelar "Paman Kaisar".

Antara tahun 198 - 199, Liu Bei tidak disenangi Cao Cao karena mendukung rencana pembunuhannya. Liu Bei pindah ke Xia Pi,dan pada tahun 200, meminta perlindungan Yuan Shao.

Setelah bertemu kembali dengan saudara angkatnya, Zhang Fei dan Guan Yu, Liu Bei meninggalkan Yuan Shao untuk menjumpai Liu Biao di Jingzhou. Cao Cao mengejar Liu Bei yang akhirnya melepas pos pertahanannya di Fancheng dan mengungsi ke Xia Kou. Selanjutnya Liu Bei bersekutu dengan Sun Quan untuk mengalahkan Cao Cao. Setelah kemenangan mutlak di Pertempuran Chibi, Liu Bei sukses menempati daerah selatan Jing saat Zhou Yu menghancurkan angkatan perang Cao Cao.

Setelah wafatnya Liu Biao dan putranya Liu Qi, Liu Bei menempati beberapa kabupaten di provinsi Jing. Ia kemudian menikahi adik Sun Quan dan resmi menjadi Pelindung Jingzhou.

Pada tahun 211, ia berangkat ke Yizhou sambil berpura-pura membantu Liu Zhang mengalahkan Zhang Lu. Saat ini, Liu Bei menerima dua rekomendasi untuk menempati posisi Menhankam dan Panglima Distrik Ibukota. 3 tahun kemudian, Liu Bei berbalik melawan Liu Zhang dan menguasai Cheng Du dan seluruh wilayah barat. Ia menjabat sebagai Pelindung Yizhou dan pada tahun 219, ia mengangkat dirinya sebagai Raja Hanzhong.

Setelah melewati beberapa peperangan dengan Dong Wu dan Cao Wei, atas desakan Zhuge Liang, Liu Bei mengumumkan dirinya sebagai Kaisar pada bulan April tahun 221. Perang terakhirnya adalah melawan negeri Dong Wu sebagai aksi balas dendam setelah ekspedisi Wu yang mengakibatkan terbunuhnya Guan Yu. Liu Bei dikalahkan oleh Lu Xun, jendral dari Sun Quan di Yiling. Liu Bei menetap di Bai Di Cheng pasca kekalahan tersebut. Pada bulan April tahun 223, Liu Bei meninggal karena sakit dan dimakamkan di Hui Ling. Ia diberi gelar anumerta "Raja Zhao Di" (Shu Han Zhao Lie Di).
 
Bls: Sejarah China: Zaman Tiga Kerajaan (Three Kingdoms)

Zhuge Liang, penasehat militer

Zhuge_liang.jpg


Zhuge Liang (Hanzi: 诸葛亮)(181–234) adalah seorang ahli strategi Tiongkok yang terkenal. Ia adalah ahli strategi bagi Liu Bei. Ia bernama lengkap Zhuge Kongming dan nama julukan Wòlóng, juga dikenal sebagai Cukat Liang atau Kong Beng di kalangan Tionghoa Indonesia.

Ia mengikuti Liu Bei setelah Liu Bei dan kedua adik angkatnya membuat tiga kunjungan untuk menjemputnya menjadi ahli strategi negeri Shu. Terharu dengan keikhlasan dan kemurnian hati Liu Bei yang menangis kerana mengenangkan nasib rakyat di zaman peperangan itu, maka ia menghambakan diri kepada Liu Bei. Nasihat pertama yang diberikannya secara pribadi kepada Liu Bei adalah "Longzhong Plan", yaitu tentang pendirian tiga negara besar di tanah Tiongkok, yaitu Wei, Wu dan Shu. Nasihat pertama Zhuge Liang ini menjadi kenyataan setelah beberapa tahun membantu Liu Bei di dalam peperangan untuk menegakkan dinasti Han yang telah rapuh.

Zhuge Liang adalah seorang ahli strategi dan advisor dari Shu, dia sering dipanggil ”Sleeping Dragon” atau Naga Tidur. Dia jenius dalam banyak urusan, baik itu domestik dan urusan ke luar.

Setelah Liu Bei wafat, Liu Bei mengamanatkan padanya untuk ’mengambil’ alih kekuasaan kalau-kalau anak Liu Bei, Liu Chan tidak becus dalam menjalankan negara. Walaupun demikian, Zhuge Liang masih menghargai Liu Chan sebagai kaisarnya.

Hal pertama yang dia lakukan adalah mengamankan daerah Nanman. Dan pada tahun 225 A.D. dia menginvasi daerah Nanman dan berhasil menangkap pemimpinnya, Meng Huo. Zhuge Liang kemudian menawarkan status aliansi kepada Nanman yang kemudian ditolak oleh Meng Huo. Setelah melepaskan, kembali menangkap dan melepaskan Meng Huo sampai tujuh kali, akhirnya Meng Huo mau menerima penawaran itu dan menjadi aliansi untuk Shu Han.

Setelah mengamankan daerah selatan dan memastikan tidak akan ada pemberontakkan dari Nanman maka kampanye utara pun dilaksanakan. Pada tahun 227 A.D. Zhuge Liang menginvasi Tian Shui dan berhasil merekrut seorang prajurit Wei, Jiang Wei untuk bergabung dengan Shu. Jiang Wei kemudian diceritakan menjadi penerus strategi Zhuge Liang.

Tahun 228 A.D. Dia mengirimkan anak buahnya, Ma Su untuk mengambil daerah Jie Ting. Dan perang antara Shu yang dikomandani oleh Ma Su dengan Wei yang dikomandani oleh Sima Yi terjadi. Ma Su yang telah dilarang oleh Zhuge Liang untuk mendirikan perkemahan di puncak gunung bersih keras melakukannya dengan alasan agar lebih mudah menghancurkan perkemahan musuh. Namun, tak terfikirkan oleh Ma Su, ternyata hal itu malah membuat Wei pun jadi mudah menyerang. Pasukan Wei dipimpin oleh Zhang He menaiki bukit menuju perkemahan Shu yang membuat Ma Su mundur dan kalah telak. Pada akhirnya, Ma Su yang dijadikan penjahat negara dieksekusi mati oleh atasannya sendiri, Zhuge Liang.

Tahun 229 A.D. Zhuge Liang kembali mengambil alih komando perang, kali ini di Chen Cang. Chen Cang yang merupakan daerah Wei dilindungi oleh Sima Yi. Lagi-lagi perang antara Zhuge Liang dan Sima Yi. Alhasil, walaupun Chen Cang -terutama gerbang utamanya- itu sangat terlindungi, namun dengan segala perlengkapan berat Shu, Chen Cang akhirnya jatuh ke tangan Zhuge Liang.

Kampanye utara ini tak berakhir sampai di Chen Cang, tapi Zhuge Liang meneruskannya sampai ke dataran Wu Zhang. Pada awal kedatangan Shu ke daerah ini, Zhuge Liang sudah jatuh sakit dan berita ini sampai ke Sima Yi. Sebelum mulai perang terbuka, Zhuge Liang mengirimkan surat kepada kaisar Wu, Sun Quan, untuk menyerang Wei dengan harapan Wei akan kekurangan pasukan ketika melawan Shu di Wu Zhang nanti. Namun, ternyata Wu yang akhirnya menyerang istana He Fei milik Wei malah kalah dan hal itu membuat Shu makin takut. Tapi bagaimanapun perang di Wu Zhang harus tetap dimulai. Akhirnya pada tahun 234 A.D. Zhuge Liang mengumumkan perang terbuka terhadap Wei yang dikomandani oleh Sima Yi. Walaupun sakit, Zhuge Liang tetap mengomando pasukan Shu sampai akhirnya dia wafat ketika perang belum berakhir. Komando pasukan Shu diambil oleh Jiang Wei. Jiang Wei memerintahkan untuk menutupi kematian Zhuge Liang dari Wei. Namun Sima Yi yang merasakan keganjilan akan strategi yang Shu pakai berkesimpulan kalau Zhuge Liang sudah wafat. Dengan kesimpulan tersebut, dia membuat tentara Wei makin bersemangat dan membuat Jiang Wei harus mundur kembali ke Shu Han . Dan setelah perang berakhir, Sima Yi pergi ke sisa-sisa perkemahan Shu dan menganugerahi Zhuge Liang sebagai ’the greatest mind under heaven’

Kematian Zhuge Liang menjadi awal kemunduran bangsa Shu Han yang akhirnya menyerah pada Wei 40 tahun setelah Zhuge Liang wafat. Kebesarannya menyebabkan ia digelari salah satu dari 6 perdana menteri terbesar dalam sejarah Tiongkok.

Zhuge Liang acapkali dilukiskan sedang memakai sebuah jubah dan memegang kipas yang terbuat dari bulu burung bangau.

Silsilah keluarga Zhuge

* Zhuge Gui
o Zhuge Jin
+ Zhuge Ke
# Zhuge Zhuo
# Zhuge Song
# Zhuge Jian
+ Zhuge Qiao
+ Zhuge Rong
o Zhuge Liang
+ Zhuge Qiao (adopsi)
# Zhuge Pan
* Zhuge Xian
+ Zhuge Zhan
# Zhuge Shang
# Zhuge Jing
o Zhuge Jun
* Zhuge Xuan
 
Bls: Sejarah China: Zaman Tiga Kerajaan (Three Kingdoms)

Pang Tong, penasehat militer

Páng Tǒng (龐統) (178-213M), adalah penasehat Liu Bei pada zaman Dinasti Han. Nama Taoisnya adalah Fenghuang Muda (鳯雛; Fèngchú). Novel epik sejarah Kisah Tiga Negara menggambarkan Pang Tong sebagai seorang ahli strategi militer jenius, dan menempatkannya di tingkat yang setara dengan ahli strategi Zhuge Liang. Kepada Liu Bei, Sima Hui menjuluki Pang Tong dan Zhuge Liang sebagai:

Naga Tidur dan Phoenix Terbang: bersama salah satu dari mereka, engkau bisa menyelesaikan apa pun di bawah langit.

PangTong.jpg
 
Bls: Sejarah China: Zaman Tiga Kerajaan (Three Kingdoms)

Jiang Wei, jenderal perang

Jiang Wei (姜?*, 202-264) adalah seorang jenderal dan ahli strategi Tiongkok pada Zaman Tiga Negara. Ia pada awalnya mengabdi kepada Cao Rui, ia lalu mengabdi kepada Shu Han karena muslihat Zhuge Liang. Ia bernama lengkap Jiang Boye. Ia menjadi penerus Zhuge Liang.

Jiang Wei dilahirkan pada zaman Han akhir. Ayahnya adalah seorang prajurit yang terbunuh pada pemberontakan Qiang.

Ekspedisi Utara Jiang Wei

Dia pernah melancarkan sembilan invasi terhadap Cao Wei selama periode Tiga Kerajaan di Cina. Setiap invasi terpaksa ditinggalkan akibat kurangnya persediaan makanan dan kekalahan dalam pertempuran. Ekspedisi Jiang menghabiskan sumber daya Shu yang terbatas, dan menyebabkan hancurnya Shu Han pada tahun 263.
 
Bls: Sejarah China: Zaman Tiga Kerajaan (Three Kingdoms)

Guan Yu, dikenal juga sebagai Guan Gong, adik angkat Liu Bei

Guan Yu (Hanzi: 關羽) (160 - 219) adalah seorang jenderal terkenal dari Zaman Tiga Negara. Guan Yu dikenal juga sebagai Kwan Kong, Guan Gong, atau Kwan Ie, dilahirkan di kabupaten Jie, wilayah Hedong (sekarang kota Yuncheng, provinsi Shanxi), ia bernama lengkap Guan Yunchang atau Kwan Yintiang.

Guan Yu merupakan jenderal utama Negara Shu Han, ia bersumpah setia mengangkat saudara dengan Liu Bei (kakak tertua) dan Zhang Fei (adik terkecil).

GuanYu01.jpg

Karakter Guan Yu dalam serial TV San Guo Yan Yi

GuanYu_RTK-IX.jpg

Karakter Guan Yu dalam Romance of Three Kingdoms IX

Guan Yu dalam novel Kisah Tiga Negara

Pada masa Pemberontakan Serban Kuning, tepatnya tahun 188, tiga orang rakyat jelata bertemu di kabupaten Zhuo. Mereka adalah Liu Bei, Guan Yu dan Zhang Fei, yang memiliki hasrat yang sama untuk berjuang membela negara dan mengembalikan ketentraman bangsa Tiongkok yang sedang bergejolak. Tak lama, mereka bertiga bersumpah sehidup semati untuk menjadi saudara di kebun persik yang terletak di halaman belakang rumah milik Zhang Fei. Liu Bei sebagai kakak tertua, diikuti dengan Guan Yu dan Zhang Fei.

Guan Yu bertempur bersama Liu Bei dan Zhang Fei dalam menumpas Pemberontakan Serban Kuning. Tak lama, semenjak negeri Tiongkok dikuasai oleh Dong Zhuo, Liu Bei dan kedua saudaranya bergabung dalam angkatan perang Gongsun Zan. Gongsun sendiri saat itu ikut dalam suatu koalisi penguasa daerah yang menentang Dong Zhuo. Dong menempatkan Hua Xiong untuk menjaga celah Sishui. Hua Xiong seakan tidak terkalahkan setelah membunuh 4 perwira pasukan koalisi, yaitu Bao Zhong, Zu Mao, Yu Shen dan Pan Feng. Guan Yu yang hanya seorang pepanah berkuda menawarkan diri untuk mengalahkan Hua Xiong. Saat tak ada pemimpin koalisi yang percaya, Guan Yu berjanji untuk memberikan kepalanya apabila gagal. Guan Yu kembali dengan kepala Hua Xiong saat anggur merah–yang dituang Cao Cao sebelum Guan Yu pergi–masih hangat.

Dikenal sebagai seorang jendral yang tangguh, Guan Yu dibujuk Cao Cao untuk menjadi pengikutnya saat ketiga bersaudara tercerai berai karena kejatuhan Xuzhou dan Xiapi. Zhang Liao, seorang jendral Cao Cao dan kawan lama Guan Yu mencoba membujuk sang jendral untuk menyerah. Guan Yu bersedia atas dasar 3 kondisi :

* Guan Yu takluk kepada kekaisaran Han, bukan kepada Cao Cao.
* Kedua istri Liu Bei harus dilindungi dan diberi penghidupan yang layak
* Guan Yu akan segera meninggalkan Cao Cao setelah tahu keberadaan Liu Bei

Dengan kondisi itu, Guan Yu dapat menyerah tanpa melanggar sumpah saudara. Cao Cao dengan gembira menyanggupinya. Bahkan Guan Yu diberi banyak hadiah, yang hampir semuanya ia kembalikan ke Cao Cao kecuali kuda Kelinci Merah, kuda andalan yang sebelumnya dimiliki oleh Lu Bu.

526px-Guanyu-1.jpg

Potret Guanyu.​

Saat bertempur melawan Yuan Shao di Pertempuran Baima, Cao Cao menugaskan Guan Yu untuk melawan 2 jendral besar Yuan, yaitu Yan Liang dan Wen Chou. Guan berhasil membinasakan keduanya dan mengakibatkan hubungan Yuan Shao dan Liu Bei–yang saat itu berlindung pada Yuan Shao–memburuk. Liu Bei akhirnya memutuskan untuk meninggalkan Yuan Shao. Pada saat yang bersamaan, Guan Yu yang mengetahui di mana Liu Bei memutuskan meninggalkan Cao Cao dan melakukan perjalanan untuk bertemu saudaranya. Cao Cao tak dapat menahannya dan akhirnya membiarkan Guan Yu pergi.

Dalam perjalanan tersebut, Guan Yu semakin terkenal karena ia berhasil melewati 5 kota Cao Cao dan membunuh 6 perwira yang menghalanginya. Diawali dengan mengawal kereta yang membawa kedua isteri Liu Bei melewati celah Dongling (sekarang: FengFeng, propinsi Henan), Guan dihentikan oleh Kong Xiu yang menolak memberi izin tanpa surat resmi dari Cao Cao. Guan Yu tak memiliki pilihan lain selain membunuhnya.

Selanjutnya Guan Yu tiba di luar kota Luoyang. Gubernur kota itu, Han Fu membawa 1000 prajurit untuk menghalangi Guan Yu. Asisten Han Fu, Meng Tan maju untuk berduel dengan Guan Yu. Ia mencoba menjebak Guan Yu, tetapi kuda Guan Yu lebih cepat dan Meng Tan tewas terbelah golok Guan Yu. Saat itu Han Fu berhasil memanah lengan Guan Yu. Tanpa takut, Guan Yu mengejar Han Fu dan menebasnya.

Saat melewati celah Sishui (sekarang: Xingyang, propinsi Henan), penjaga celah tersebut, Bian Xi memimpin 200 anak buahnya untuk menjebak Guan Yu di sebuah kuil. Salah seorang pendeta memperingati Guan Yu yang berhasil mengatasi jebakan dan membunuh Bian Xi.

Wang Zhi, gubernur Xingyang mencoba jebakan yang sama. Berpura-pura baik kepada Guan Yu, ia menempatkan Guan Yu di sebuah tempat peristirahatan. Malamnya ia menyuruh Hu Ban, anak buahnya, untuk membakar tempat tersebut. Ternyata ayah Hu Ban (Hu Hua) pernah menitipkan surat pada Guan Yu, yang disampaikan Guan Yu kepada Hu Ban. Hu Ban lalu membocorkan rencana Wang Zhi dan membantu Guan Yu melarikan diri. Saat dikejar, Guan Yu berhasil membunuh Wang Zhi.

Akhirnya rombongan Guan Yu tiba di tepi selatan sungai Kuning. Saat hendak menyebrang sungai, Qin Qi yang berusaha menghalangi, menemui ajalnya di ujung golok Guan Yu.

Selama perjalanan tersebut, Guan Yu juga berhadapan dengan Xiahou Dun yang tetap tidak ingin memberi jalan pada Guan Yu sampai Zhang Liao menyampaikan padanya pesan Cao Cao untuk mengizinkan Guan Yu pergi. Saat itu Liu Bei sudah pindah ke Runan. Di akhir perjalanan, Guan Yu bertemu Zhang Fei yang murka pada Guan Yu karena menduga ia telah berkhianat. Guan akhirnya bisa membuktikan dengan mengalahkan Cai Yang yang mengejarnya demi membalaskan dendam atas terbunuhnya Qin Qi, keponakannya.

Legenda Guan Yu dari segi pandang Buddhisme

Sangharama Bodhisattva adalah gelar atau sebutan lain untuk jendral ini. Jenderal yang sangat gagah dan setia ini menjadi pengikut Buddha setelah bertemu dengan seorang bhiksu bernama Pu Jing di gunung Yuquan. Saat itu arwahnya sedang menuntut balas atas perbuatan para jendral Wu yang memenggal dirinya. Ia berteriak "kembalikan kepalaku!!" Bhiksu Pu Jing lalu berkata, "Kepada siapakah Yan Liang, Wen Chou, dan para panglima lain yang kepalanya kau tebas berteriak?" Guan Yu lalu sadar dan berlindung kepada Sang Triratna dan Dhamma. Keberadaan Bhiksu Pu Jing sendiri disebutkan dalam sejarah dan tempat gubuknya berdiri di gunung Yuquan sekarang menjadi kuil Yuquan.

Biografi sejarah

3BersaudaraShu.jpg

Patung 3 Bersaudara(Liu Bei, Guan Yu, Zhang Fei)

Guan Yu bernama lengkap Yunchang (bernama asli Changsheng), berasal dari Hedong dan pernah menjadi buron di distrik Zhuo. Saat Liu Bei mengumpulkan pasukan di desanya, Guan Yu dan Zhang Fei membantunya untuk melawan para pemberontak. Liu Bei kemudian diangkat menjadi Gubernur Pingyuan, sedangkan Guan Yu dan Zhang Fei sebagai walikota. Mereka bertiga tinggal bersama dalam satu atap bagaikan saudara. Saat Liu Bei membunuh Che Zhou, gubernur Xuzhou, dia memerintahkan Guan Yu untuk mengatur pemerintahan kota Xiapi, sedangkan ia mengatur di Xiaopei.

Pada tahun ke-5 JianAn (200 M), Cao Cao menguasai wilayah Liu Bei dan Liu Bei mencari suaka pada Yuan Shao. Cao Cao berhasil menangkap Guan Yu dan mengangkatnya menjadi perwira, dengan pangkat Pian Jiangjun (Letnan Jendral). Yuan Shao mengirim jendralnya Yan Liang untuk menyerang Liu Yan di Baima, dan Cao Cao membalas dengan mengirimkan Zhang Liao sebagai panglima pelopor. Guan Yu yang melihat payung kebesaran Yan Liang langsung memburunya dan membunuh Yan Liang. Ia membawa kepala Yan Liang sedangkan pasukan Yuan Shao mundur dari pertempuran. Guan Yu dianugerahi gelar Hanshou Tinghou (Marquis Hanshou).

Awalnya Cao Cao merasa puas dengan Guan Yu tetapi lama kelamaan tahu bahwa Guan Yu ragu untuk menetap. Akhirnya ia memerintahkan Zhang Liao untuk menemui dan membujuknya. Jawab Guan Yu, "Saya sangat memahami penghormatan yang diberikan Cao Cao, namun jendral Liu (Bei) juga telah memperlakukan saya dengan baik maka saya bersumpah untuk mati bersamanya dan tak akan mengkhianatinya. Saya tak akan tinggal di sini selamanya, tetapi saya mau menorehkan jasa besar sebelum pergi untuk membayar kebaikan Cao Cao." Zhang Liao menjelaskan hal itu kepada Cao Cao yang terkesan dengan kebaikannya. Melihat Guan Yu membunuh Yan Liang, Cao Cao mengerti Guan Yu akan segera meninggalkannya, maka ia segera membanjirinya dengan hadiah. Guan Yu menyegel semua hadiah itu sambil menyerahkan surat pengunduran diri sebelum pergi menyusul Liu Bei. Cao Cao mencegah anak buahnya mengejar sambil berkata "Semua punya tuannya masing-masing, janganlah kita memburunya."

Tak lama Liu Bei bergabung dengan Liu Biao. Saat Liu Biao meninggal, Cao Cao mengamankan Jingzhou dan Liu Bei harus mengungsi ke selatan. Liu Bei mengutus Guan Yu membawa beberapa ratus kapal untuk menemuinya di Jiangling. Cao Cao mengejar sampai ke jembatan Changban sehingga Liu Bei harus menyeberanginya untuk bertemu Guan Yu dan bersamanya pergi ke Xiakou. Sun Quan mengirim pasukan untuk membantu Liu Bei bertahan dari Cao Cao, hingga Cao Cao menarik mundur pasukannya. Liu Bei kemudian menentramkan wilayah Jiangnan, mengadakan upacara penghormatan korban perang, mengangkat Guan Yu sebagai gubernur Xiang Yang dan menggelarinya Dangkou Jiangjun (Jendral yang Menggentarkan Penjahat). Guan Yu ditempatkan di utara sungai Kuning.

Saat Liu Bei menentramkan Yizhou, dia mengutus Guan Yu untuk menjaga Jingzhou. Guan Yu mendapat kabar Ma Chao menyerah. Karena ia belum pernah berkenalan, maka ia mengirim surat pada Zhuge Liang, "Siapa yang dapat menandingi kemampuan Ma Chao?" Untuk menjaga perasaan Guan Yu, Zhuge Liang menjawab, "Ma Chao sangat pandai dalam seni literatur dan seni perang, lebih kuat dan berani dari kebanyakan orang, seorang pahlawan yang dapat menandingi Qing atau Peng dan dapat menjadi tandingan Zhang Fei yang hebat, tetapi dia bukan yang dapat menandingi Sang Jendral Berjanggut Indah" (yaitu Guan Yu). Guan Yu bangga membaca surat itu dan menunjukkannya pada tamu-tamunya yang hadir.

Guan Yu pernah terkena panah pada lengan kirinya, walaupun lukanya sembuh, tetapi tulangnya masih terasa sakit terutama pada saat hawa dingin ketika hujan turun. Seorang tabib bernama Hua Tuo berkata "Ujung panahnya diberi racun, dan telah menyusup ke dalam tulang. Penyembuhannya dengan cara membedah lengan dan mengikis tulang yang terinfeksi racun sebelum menjadi parah di kemudian hari." Guan Yu langsung menyingsingkan lengan baju dan meminta sang tabib menyembuhkannya. Saat dibedah, Guan Yu makan dan minum dengan perwiranya walaupun darah terus mengucur dari lengannya. Selama proses itu berlangsung, Guan Yu menengguk arak, bersenda gurau dan bermain Weiqi(GO) melawan Ma Liang seperti biasa.

Tahun ke-24 Jian An (219), Liu Bei mengangkat diri menjadi Raja Hanzhong dan mengangkat Guan Yu menjadi Qian Jiangjun (Jendral Garis Depan). Di tahun yang sama, Guan Yu memimpin tentaranya untuk menyerang Cao Ren di benteng Fan. Cao Cao mengirim Yu Jin untuk membantu Cao Ren. Saat itu musim dingin dan hujan turun teramat derasnya sehingga meluapkan air sungai Han. Akhirnya ketujuh pasukan yang dipimpin Yu Jin seluruhnya hanyut. Yu Jin menyerah pada Guan Yu yang lalu mengeksekusi Pang De. Perampok daerah Liang yaitu Jia dan Lu direkrut oleh Guan Yu untuk membantunya dalam pertempuran tersebut. Sejak itu nama Guan Yu terkenal di seluruh dataran Tiongkok.

Cao Cao lalu mendiskusikan dengan para pembantunya apakah relevan untuk memindahkan ibukota negara ke Xudu untuk menghindari pertempuran dengan pasukan Guan Yu yang terkenal kuat. Sima Yi menolak ususlan itu dan mengusulkan hal lain. Dia memperkirakan bahwa Sun Quan juga tidak akan membiarkan Guan Yu meraih kemenangan berikutnya, oleh sebab itu Sima Yi menyusun strategi dan mengirim utusan kepada Sun Quan, memohon agar pasukannya menyerang pasukan Guan Yu dari belakang dan sebagai imbalan maka Sun Quan akan mendapatkan Jiangnan -- hal ini juga bertujuan agar pasukan di benteng Fan akan bergabung juga dengan Sun Quan untuk memperkuat aliansi. Cao Cao akhirnya menerima usulan ini.

Perseteruan antara Guan Yu dan Sun Quan pada awalnya terjadi ketika Sun Quan mengirimkan utusan ke Guan Yu untuk mengungkapkan keinginannya mempersunting anak perempuan dari Guan Yu untuk dipersandingkan dengan anak laki-lakinya. Tetapi Guan Yu menghina utusan tersebut dan menolak proposal yang diajukan. Sun Quan sangat marah dan merasa terhina dengan penolakan itu dan menyimpan dendam terhadap Guan Yu. Hal inilah yang dimanfaatkan oleh Sima Yi untuk memperlemah posisi Guan Yu.

450px-GuanYuSemarang.jpg

Patung Guan Yu di Semarang

Disamping itu ada juga hal lain yang turut memperlemah posisi Guan Yu dalam peperangan ini. Mi Fang, Gubernur Nanjun di kota Jiangling dan Jenderal Fu Shiren, yang bertugas di Gong An, yang menjadi bagian dari pasukan Guan Yu merasa Guan Yu tidak pernah menganggap mereka. Bahkan sejak terakhir kalinya Guan Yu mengirimkan pasukan ke medan perang, Mi Fang and Fu Shiren hanya ditugaskan untuk menjaga suplai persediaan makanan dan senjata di garis belakang dan tidak terlibat sama sekali dalam setiap peperangan. Isu tersebut terdengar oleh Guan Yu dan dia memutuskan akan menjatuhkan hukuman kepada mereka setelah kembali dari medan perang. Mendengar berita itu, Mi Fang and Fu Shiren sangat ketakutan. Sun Quan menggunakan kesempatan ini untuk menggoyahkan loyalitas mereka dengan memerintahkan pasukan mereka untuk menyerah, dan akhirnya hal itu terjadi, sehingga pasukan Wu bisa menguasai daerah tersebut. Cao Cao lalu mengutus Xu Huang untuk membantu Cao Ren dalam mempertahankan benteng Fan dari gempuran pasukan Guan Yu; Guan Yu tidak berhasil dalam misinya untuk menaklukkan Cao Cao dan akhirnya mundur, akan tetapi pasukan Sun Quan telah menguasai Jiangling dan menyandera istri-istri dan anak-anak dari pasukan Guan Yu. Hal ini membuat perpecahan di dalam pasukan Guan Yu. Akhirnya Sun Quan mengirimkan jenderal-jenderalnya untuk menangkap Guan Yu dan kemudian menghukum mati Guan Yu beserta anaknya Guan Ping di Lingju.

Dian Lue: Ketika Guan Yu mengepung kota Fan, Sun Quan mengirim utusan untuk membantu. Ia memerintahkan utusan itu untuk tidak terburu-buru, tetapi mengirimkan pegawai sipil berpangkat tinggi kepada Guan Yu. Guan Yu kesal dengan keterlambatan itu, apalagi saat itu ia sudah menangkap Yu Jin sehingga ia mencela "Jika kalian gurita kecil berani menyerang kota Fan, tidakkah kau pikir saya dapat menghancurkan kau?"

Pei Song Zhi: Hamba pikir walaupun Shu dan Dong terlihat akur, tetapi terdapat kecurigaan berlebihan antara keduanya akan kepentingan satu sama lainnya. Ini sebabnya mengapa Sun Quan diam-diam menyerang Guan Yu. Menurut Lu Meng Zhuan (Biografi Lu Meng) : "Pasukan gerilya telah disiapkan dalam kapal besar dan rakyat jelata yang menyamar sebagai pedagang diperintahkan untuk mengayuh kapal tersebut." Jika memang ada niat baik untuk membantu dari pihak Wu, mengapa Sun Quan merahasiakan pasukan itu?

(7)Shu Ji (Buku Shu): Guan Yu dan Xu Huang adalah teman dekat dan saling berkomunikasi walau terpisah jarak yang jauh. Namun mereka hanya membicarakan hal-hal sepele yang tidak berhubungan dengan urusan kemiliteran. Saat bertempur, Xu Huang berteriak "Siapa yang dapat mengambil kepala Guan Yu akan dihadiahkan seribu keping uang emas!" Guan Yu terkejut dan bertanya "Kakak, mengapa kau berbicara seperti itu?" Jawab Xu Huang,"Ini adalah urusan negara."

(8)Shu Ji (Buku Shu): Sun Quan memerintahkan pasukannya untuk menyerang dan menangkap Guan Yu serta putranya, Guan Ping. Sun Quan ingin keduanya hidup-hidup sebagai tameng serangan Shu dan Wei. Tetapi anak buahnya berdalih "Membiarkan sarang serigala sama saja mengasuh bencana di kemudian hari. Cao Cao telah mengalaminya,sampai harus memindahkan ibukotanya. Bagaimana mungkin kita membiarkannya hidup?" Maka, Guan Yu dan putranya dihukum mati.

Pei Song Zhi: Hamba ingin menegaskan Buku Wu, yang mengatakan Sun Quan mengirimkan jendral Pan Zhang untuk menghambat jalur larinya Guan Yu yang kemudian dieksekusi mati di tempat. Jarak antara Lin Ju dan Jiangling sekitar 200 sampai 300 mil, sehingga Guan Yu tidak mungkin dibiarkan hidup sampai Sun Quan dan perwiranya selesai berdebat apakah perlu melepaskannya. Pernyataan "Sun Quan ingin keduanya hidup-hidup sebagai tameng serangan Shu dan Wei" adalah tidak benar. Wu Li (Buku Kronologis Negeri Wi) mengatakan "Sun Quan mengirim kepala Guan Yu ke Cao Cao saat perwiranya menyiapkan pemakaman yang layak bagi sisa jasadnya."

Guan Yu dianugerahi gelar anumerta Zhuangzhou Hou (Marquis Zhuangzhou). Putranya, Guan Xing menggantikannya. Guan Xing, bernama lengkap Anguo, jarang mempertanyakan perintah sehingga amat disukai oleh perdana menteri Zhuge Liang. Guan Xing diangkat menjadi Shizhong (Ajudan Istana) dan Zhongjiangjun (Jendral Pasukan Utama/Tengah) saat kesehatannya menurun. Beberapa tahun kemudian ia wafat dan digantikan putranya, Guan Tong sebagai Huben Zhonglang Jiang (Jendral yang memiliki Kelincahan Macan). Guan Tong wafat tanpa memiliki keturunan laki-laki.

(9)Shu Ji (Buku Shu): Saat Guan Yu bertolak ke kota Fan, ia bermimpi seekor babi hutan menggigit kakinya. Yu Zi Ping berkata "Kau akan hancur pada tahun ini, dan tidak akan kembali bangkit."

(10)Shu Ji (Buku Shu): Putra Pang De, Pang Hui bertempur di bawah Zhong Hui dan Deng Ai untuk menghancurkan Shu. Saat merebut Shu, ia membinasakan seluruh anggota keluarga Guan yang masih hidup.
 
Bls: Sejarah China: Zaman Tiga Kerajaan (Three Kingdoms)

Zhang Fei, adik angkat Liu Bei

Zhang Fei (Hanzi:張飛),bernama lengkap Zhang Yide (張益德 / ?*翼德), saudara angkat termuda dari Liu Bei dan Guan Yu dan seorang panglima perang terkenal pada Zaman Tiga Negara. Dalam novel Kisah Tiga Negara karangan Luo Guan Zhong. Di kalangan Tionghoa Indonesia, ia dikenal juga dengan nama Tio Hoei.

ZhangFei01.jpg

Karakter Zhang Fei dalam serial TV San Guo Yan Yi

ZhangFeiRTK8.jpg

Karakter Zhang Fei dalam Romance of Three Kingdoms IX

Biografi Sejarah

Zhang Fei (Zhang Yide) berasal dari daerah Zhuo dan telah berteman dengan Liu Bei dan Guan Yu sejak muda. Guan Yu yang lebih tua beberapa tahun menjadi kakak angkat Zhang Fei. Liu Bei bergabung di bawah komando Cao Cao saat penaklukkan Lu Bu. Pada masa itu, Zhang Fei mengikuti Liu Bei ke Xu Du, dan diangkat menjadi Zhonglang Jiang. Di kemudian hari, Liu Bei meninggalkan Cao Cao untuk bergabung dengan Yuan Shao,lalu Liu Biao.

Saat Liu Biao meninggal, Cao Cao memasuki daerah Jingzhou, sehingga Liu Bei harus kabur ke Jiangnan. Cao Cao mengejar dan selang sehari semalam pasukannya telah sampai di Changban, Dangyang. Saat mengetahui hal itu, Liu Bei meninggalkan istri dan putranya dan memerintahkan Zhang Fei untuk memimpin 20 prajurit berkuda untuk menjaga barisan belakang. Zhang Fei menghancurkan jembatan yang membatasi kedua pasukan. Sambil berjaga-jaga, Zhang menatap ke arah pasukan Cao Cao dan berkata "Saya Zhang Yide, dan siapa saja boleh maju dan bertarung melawan saya sampai mati!" Tak ada satupun yang berani sehingga pertempuran berhasil dihindari.

Sejak itu, Liu Bei berhasil mengamankan Jiangnan dan menunjuk Zhang Fei sebagai gubernur Yidu dan memberinya gelar Zhenglu Jiangjun (Jendral yang Menaklukkan Pemberontak) dan Marquis Xinting. Tak lama kemudian, dia dipindahkan ke Nanjun.

ZhangFeiFigure.jpg

Patung Zhang Fei

Ketika Liu Bei memasuki Yizhou dan menyerang Liu Zhang, Zhang Fei bersama Zhuge Liang dan lainnya menelusuri arus sungai sambil menaklukkan beberapa kabupaten dan pangkalan militer di sana. Mereka tiba di Jiangzhou dan menangkap jendral Liu Zhang yang juga pemimpin pangkalan militer Ba, Yan Yan hidup-hidup. Zhang Fei mencaci Yan Yan, "Pasukan kami telah tiba, mengapa Anda tidak menyerah, malah mencoba melawan kami?" Jawab Yan Yan, "Kalian tidak punya alasan untuk menyerang daerah kami. Di sini tidak dikenal jendral yang menyerah; cuma ada jendral tanpa kepala." Zhang Fei menjadi murka dan menyuruh tentaranya untuk memenggal kepalanya, tetapi Yan Yan yang tidak bergeming berkata, "Jika ingin bunuh saya, lakukanlah, mengapa Anda marah-marah?" Zhang Fei terkesan dengan ketegarannya hingga ia melepaskan Yan Yan dan menjamunya seakan seorang tamu kehormatan.

Zhang Fei bergerak menuju Yizhou dan memenangkan seluruh pertempuran untuk akhirnya bertemu dengan pasukan Liu Bei di Chengdu. Yizhou akhirnya ditentramkan. Zhuge Liang, Fa Zheng, Zhang Fei dan Guan Yu masing-masing dianugerahi 500 kati emas, 1000 kati perak dan 5000 keping uang serta 1000 lembar sutera. Sisanya dibagikan ke seluruh jajaran pasukan. Zhang Fei juga diangkat menjadi gubernur Baxi.

Cao Cao mengalahkan Zhang Lu dan menempatkan Xiahou Yuan dan Zhang He untuk menjaga Hanchuan. Zhang He memimpin beberapa tentara dari pasukan utama menuju selatan ke arah Baxi dan mencoba memindahkan rakyat jelata ke Hanzhong. Ketika Zhang He dan pasukannya memasuki Dangqu, ia langsung bertempur melawan Zhang Fei selama 50 hari. Zhang Fei memimpin sekitar 10000 pasukan khusus untuk melakukan serangan dadakan ke arah Zhang He. Rute di pegunungan sangat sempit sehingga pasukan Zhang He tidak dapat saling membantu satu sama lainnya, maka Zhang Fei menang telak di pertempuran itu. Zhang He terpaksa meninggalkan kudanya dan melarikan diri lewat daerah pegunungan hanya disertai belasan prajurit. Akhirnya Zhang Fei memimpin pasukannya untuk mundur ke Nanzheng, dan rakyat Ba menjadi tenang kembali.

Ketika Liu Bei menjadi Pangeran Hanzhong, dia memberi Zhang Fei pangkat You Jiangjun (Jendral Pasukan Kiri). Pada tahun pertama ZhangWu (221 M), Zhang Fei diangkat menjadi Cheqi Jiangjun (Jendral Kereta Kuda dan Kavaleri), Direktur Kolonel dari Pejabat Rumah Tangga Negara dan Marquis of Xixiang. Pada pidatonya, Liu Bei berkata, "Saya hanya melaksanakan titah dari Langit untuk menumpas keresahan negara ini dan membawa stabilitas keamanan kepada bangsa kita. Saat ini banyak pemberontak yang membawa kehancuran, mengakibatkan kesengsaraan rakyat. Mereka yang membela dinasti Han akan menunggu suatu langkah yang akan diambil menghadapi kerusuhan. Saya merasa khawatir dan tidak tenang saat saya duduk di sini sampai tidak dapat merasakan nikmatnya makanan, sambil mengumpulkan pasukan untuk mendengarkan janji saya kepada Langit dan hasrat untuk melaksanakan keinginan Langit. Saya butuh kesetiaan Anda sambil saya mengumpulkan talenta-talenta terbaik dan berharap misi ini dapat tersebar luas agar menjadi jelas bagi semua pihak, untuk memperingati para ningrat yang berkuasa di ibukota. Dengan berkat Yang Maha Kuasa, saya akan menganugerahi yang benar dan menumpas yang jahat."

Pada awalnya, Zhang Fei dianggap lebih payah daripada Guan Yu, di luar dari kekuatan dan keperkasaannya, tetapi penasehat Cao Wei seperti Cheng Yu mengatakan bahwa Guan Yu dan Zhang Fei "mampu bertarung melawan selaksa pasukan". Guan Yu baik terhadap anak buahnya tetapi besar kepala terhadap kesatria lainnya. Sebaliknya, Zhang Fei menghormati kesatria, tetapi kasar terhadap anak buahnya. Liu Bei sering mengingatkannya, "Engkau membunuh secara berlebihan dan sering menghajar prajuritmu. Hati-hati suatu saat engkau akan mendapat masalah dengan anak buahmu." Walaupun ia agak khawatir tetapi ia tidak juga berubah.

Ketika Liu Bei melakukan ekspedisi melawan Dong Wu, Zhang Fei menggerakkan sekitar 100 ribu pasukan dari Langzhong untuk bertemu dengan pasukan utama di Jiangzhou. Sebelum ia tiba, anak buahnya yang bernama Zhang Da dan Fan Jiang membunuhnya dan membawa kepalanya pada Sun Quan sambil menyerahkan diri. Ketua penyelia di markas Zhang Fei langsung melaporkan kejadian itu kepada Liu Bei yang langsung berkata "Zhang Fei telah mati!" Zhang Fei diberi gelar anumerta Marquis YueHeng. Putra tertuanya, Zhang Bao meninggal di usia muda, sedangkan putra keduanya Zhang Shao menggantikan ayahnya dan diangkat sebagai pejabat istana dan sekretaris negara. Putra Zhang Bao, Zhang Zun juga diangkat menjadi sekretaris negara dan mengikuti Zhuge Zhan ke Mianzhu, di mana ia terbunuh dalam pertempuran melawan Deng Ai.
 
Bls: Sejarah China: Zaman Tiga Kerajaan (Three Kingdoms)

Zhao Yun, jenderal perang

Zhao Yun (Hanzi: 趙雲) (168 - 229) adalah seorang jenderal terkenal dari Zaman Tiga Negara. Ia terakhir mengabdi pada negara Shu Han. Ia lahir di Zhending (sekarang kabupaten Zhengding, provinsi Hebei). Zhao Yun bernama lengkap Zhao Zilong.

Pertama mengabdi kepada Gongsun Zan, ia kemudian tidak menyerah kepada Yuan Shao yang menaklukkan Gongsun Zan. Setelah itu, ia bertemu Liu Bei dan memutuskan untuk mengabdi kepadanya. Setelah Liu Bei wafat ia menjaga Liu Chan Sampai akhir hayat.

ZhaoYun01.jpg

Karakter Zhao Yun dalam serial TV San Guo Yan Yi

Zhaoyun_RTK9.jpg

Karakter Zhao Yun dalam Romance of Three Kingdoms IX

Zhao Yun dalam novel Kisah Tiga Negara

Zhao Yun (168-229), bernama lengkap Zhao Zilong, yang berarti anak naga, lahir di Zhending, propinsi Chang shan (sekarang Hebei, China bagian utara). Zhao Yun dikenal sebagai satu diantara Lima Jendral Harimau yang mengabdi kepada Liu Bei.

Zhao Yun awalnya menjadi jendral dari Gongsun Zan yang berkuasa di daerah tersebut sekitar akhir tahun 191 M. Ia mengawali karirnya sebagai komandan grup kecil relawan desa. Pada tahun 192 M, ia ditempatkan dibawah komando Liu Bei sebagai komandan pasukan kavaleri, yang waktu itu masih menjadi mayor di bawah pemerintahan Gongsun Zan.

Zhao Yun pergi meninggalkan Gongsun Zan dan Liu Bei sementara waktu, untuk menghadiri pemakaman kakak laki-lakinya. Ia kembali bergabung dengan Liu Bei pada tahun 200 M. Hubungan Zhao Yun dan Liu Bei begitu baik, sehingga menurut cerita rakyat, mereka pernah tidur di tempat tidur yang sama, pada saat darurat di kota Ye. Zhao Yun juga dipercaya untuk merekrut orang secara diam-diam untuk memperkuat pasukan Liu Bei. Sejak itulah, Zhao Yun menjadi pengikut setia Liu Bei.

Setelah Gongsun Zan wafat, Zhao Yun tetap mengabdi pada Liu Bei karena ia melihat kebaikan Liu Bei yang begitu mendalam.

Sewaktu pertempuran di Chang Ban (sekarang, dekat kota Yichang, Propinsi Hebei), pada tahun 208 M, Zhao Yun diutus untuk menyelamatkan istri dan anak Liu Bei, Liu Chan yang masih bayi. Ketika Zhao Yun sampai di sana, istri Liu Bei tidak mau membebani Zhao Yun, karena jalan kembalinya sangat berbahaya. Maka Zhao Yun membawa sendiri anak Liu Bei dengan mengendarai kudanya, dan menerobos kepungan pasukan Cao Cao yang jumlahnya sangat banyak, dengan berani Zhao Yun mempertaruhkan nyawanya selama perjalanan kembali dengan menembus dan mengalahkan banyak pasukan Cao Cao dengan seorang diri.

Zhao Yun dikenal sebagai jendral Yijun, setelah Liu Bei menguasai Cheng Du. Pada saat Liu Chan dinobatkan menjadi kaisar Shu pada tahun 223 M, Zhao Yun menerima gelar "Jendral yang menahlukkan Daerah Selatan", dan dinobatkan sebagai Marquis Yongchangting. Kemudian dia dipromosikan menjadi "Jendral yang memelihara Perdamaian di Timur".

Tahun 227 M, Zhao Yun, dikenal sebagai jendral tanpa tanding di Shu, ditemani Zhuge Liang melakukan ekspedisi utara pertama menuju Hanzhong. Pada musim semi berikutnya, Zhao diperintahkan untuk memimpin barisan melalui Yegu, untuk mengalihkan perhatian musuh terhadap pasukan inti Liu Bei, yang berbaris melalui Qishan. Zhao Yun bertemu pasukan Wei yang dipimpin oleh jendral Cao Zhen yang terkenal. Setelah berhasil menahan gempuran serangan pasukan Wei, Zhao Yun menarik pasukannya secara teratur. Ia dikaruniai gelar "jendral yang memelihara Perdamaian Dalam Armada".

Sekitar tahun 229 M, Zhao Yun wafat di Hanzhong. Kematiannya ditangisi oleh banyak pasukan dan perwira Shu. Ia menerima anugrah anumerta Marquis Shunping dari Liu Chan pada tahun 261 M.

Zhao Yun mempunyai dua orang anak laki-laki, Zhao Tong dan Zhao Guang. Zhao Guang menjadi bawahan jendral Jiang Wei, dan gugur di medan pertempuran di Ta Zhong.
 
Bls: Sejarah China: Zaman Tiga Kerajaan (Three Kingdoms)

Huang Zhong, jenderal perang

Huang Zhong (Hanzi:黃?*),bernama lengkap Huang Hansheng (黃漢升), seorang jendral dari Zaman Tiga Negara. Huang Zhong adalah salah satu dari Lima Jenderal Macan Shu Han

Biografi sejarah

Huang Zhong adalah penduduk asli Nanyang. Ia ditunjuk oleh penguasa Jingzhou, Liu Biao sebagai Zhonglang Jiang dan menjaga provinsi Changsha dengan keponakan Liu Biao, Liu Pan. Ketika Cao Cao menyerang Jingzhou, Huang pura-pura bersekutu dengannya. Huang diangkat sebagai Shan Jiangjun (Wakil Jendral) dan tetap bertugas di bawah pimpinan gubernur Changsha,Han Xuan.

Ketika Liu Bei berhasil menyatukan beberapa provinsi di Selatan, Huang bergabung dengannya. Ia ikut serta dalam penaklukan negeri Shu. Sejak ditugaskan di Jiameng dan perang melawan Liu Zhang, Huang selalu menjadi yang pertama dalam melakukan penyerangan terhadap musuh, dan jasa-jasanya dikenang oleh seluruh pasukan. Setelah penaklukan Yizhou, Huang diangkat menjadi Taolu Jiangjun (Jendral yang Menumpas Pemberontak).

200px-Huang_Zhong_Portrait.jpg

Lukisan Huang Zhong di zaman Dinasti Qing

Di gunung Dingjun, Huang bertarung melawan pasukan Xiahou Yuan. Saat itu pasukan Xiahou Yuan merupakan pasukan elite yang sangat terlatih, sehingga Huang berkesimpulan bahwa pasukan tersebut mudah diprovokasi. Selanjutnya ia memerintahkan pasukannya untuk memancing pengejaran pasukan lawan sampai ke lembah. Di tengah bisingnya suara tambur perang dan sorak sorai, pasukan Huang Zhong membunuh Xiahou Yuan dalam pertempuran pertama sehingga pasukan Xiahou tercerai berai. Dari kemenangan tersebut, Huang diangkat menjadi Zhenxi Jiangjun (Jendral yang Menaklukkan Wilayah Barat).

Ketika Liu Bei menjadi pangeran Hanzhong, Huang diangkat menjadi Hou Jiangjun (Jendral Pasukan Belakang). Kata Zhuge Liang kepada Liu Bei, "Dahulu. ketenaran Huang Zhong jauh di bawah Ma Chao dan Guan Yu. Tetapi setelah pertempuran ini, dia bisa dianggap setara dengan mereka. Ma Chao dan Zhang Fei menyaksikan sendiri buktinya sehingga mereka seharusnya setuju. Akan tetapi, Guan Yu tidak bersama kita saat ini, dan jika ia mendengarnya, dia tidak akan senang." Jawab Liu Bei, "Aku akan menjelaskannya secara pribadi." Maka Huang disejajarkan dengan Guan Yu dan yang lainnya, serta dianugerahi gelar Marquis GuanNei. Pada tahun berikutnya, Huang Zhong meninggal dunia dan digelari Marquis Gang. Huang Zhong memiliki putra bernama Huang Xu tetapi ia meninggal dalam usia muda.
 
Bls: Sejarah China: Zaman Tiga Kerajaan (Three Kingdoms)

Ma Chao, jenderal perang

Ma Chao (Hanzi:馬超),bernama lengkap Ma Mengqi (馬?*?起), putra tertua dari Ma Teng, seorang jendral pada Zaman Tiga Negara. Dalam novel Kisah Tiga Negara karangan Luo Guan Zhong, Ma Chao juga dikenal sebagai anggota dari Lima Panglima Harimau dari negeri Shu Han.

Biografi Sejarah

Ma Chao (Mengqi) adalah orang asli Fufeng dari Maoling. Ayahnya (Ma Teng) rekan dari Bian Zhang dan Han Sui di daerah Xizhou pada akhir masa pemerintahan Han Ling Di.

Pada tahun ketiga ChuPing (192 M), Han Sui dan Ma Teng membawa pengikutnya dalam kunjungan resmi ke Chang An. Kekaisaran Han mengangkat Han Sui sebagai Zhen Xi Jiangjun (Jendral yang Mempertahankan Wilayah Barat), ditempatkan di Jing Cheng. Ma Teng diangkat sebagai Zheng Xi Jiangjun (Jendral yang Menguasai Wilayah Barat) dan ditempatkan di Tun Mei.

Selanjutnya, Ma Teng menyerang Chang An, tetapi ia gagal dan mundur ke propinsi Liang. Zhong Yao yang menjaga Guanzhong mengirim surat kepada Han Sui dan Ma Teng menawarkan bantuan. Ma Chao dikirim Ma Teng untuk membantu Zhong Yao melawan Guo Yan dan Gao Gan di Ping Yang. Dalam pertempuran tersebut, Pang De, anak buah Ma Chao berhasil membunuh Guo Yuan. Ma Teng, yang kemudian berselisih dengan Han Sui, mengirim petisi untuk ditempatkan di ibukota. Ma Teng dianugerahi gelar Weiwei (Komandan Penjaga Istana), sedangkan Ma Chao digelari Bian Jiangjun (Letnan Jendral) serta Marquis Duting.

Ma Chao mengumpulkan pasukan bersama Han Sui, Yang Qiu, Li Kan dan Cheng Yi untuk menyerang gerbang Tong. Di tengah medan tempur, Cao Cao bertemu Han Sui dan Ma Chao untuk berunding daripada berperang. Ma Chao ingin menunjukkan keperkasaannya dengan merencanakan menangkap Cao Cao secara mendadak. Hanya tatapan tajam Xu Chu sebagai pengawal pribadi Cao Cao yang mengurungkan niat Ma Chao. Selanjutnya Cao Cao menggunakan strategi Jia Xu untuk menciptakan perselisihan antara Ma Chao dan Han Sui yang mengakibatkan persekutuan mereka terpecah.

MaChaostatue.jpg


Ma Chao melarikan diri dari pengejaran Cao Cao sampai ke An Ding. Yang Fu menyatakan bahwa Cao Cao pernah berkomentar "Ma Chao memiliki keberanian seperti Lu Bu dan Han Xin, dan juga kesungguhan hati bangsa Qiang dan Hun. Jika dia kembali dengan pasukan pada saat pertahanan kita lemah, semua pangkalan tentara di Long Shang akan jatuh ke tangan Ma Chao." Komentar tersebut menjadi kenyataan. Walaupun Long Shang telah memperkuat pertahanan, Ma Chao mampu membunuh gubernur provinsi Liang, Wei Kang dan menjadikan kota Yi sebagai pangkalannya.

Ma Chao menggelari dirinya Zheng Xi Jiangjun (Jendral yang Menguasai Wilayah Barat) dan menjadi gubernur provinsi Bing dan mengatur urusan militer di provinsi Liang. Mantan anak buah Wei Kang seperti Yang Fu, Jiang Yi, Liang Kuan dan Zhao Qu bersekutu untuk mengalahkan Ma Chao. Yang Fu dan Jiang Yi mendekati pasukan Ma Chao dari kota Lu saat Ma Chao berusaha menyerang mereka tetapi menemui kegagalan. Di saat yang bersamaan, Liang Kuan dan Zhao Qu menutup pintu kota Yi, menghalangi Ma Chao untuk kembali. Ma Chao terpaksa mengungsi ke Hanzhong, tempat Zhang Lu berkuasa. Zhang Lu tidak memiliki kemampuan untuk membantu rencana Ma Chao untuk merebut kembali kota Yi. Ketika mendengar Liu Bei telah mengurung Liu Zhang di kota Chengdu, ia menulis surat yang menunjukkan keinginan untuk bergabung dengan tentara Liu Bei.

Liu Bei mengirim beberapa pengikut untuk meminta Ma Chao agar segera bergabung dalam pengepungan Chengdu. Setibanya Ma Chao di luar kota Cheng Du, seluruh kota menjadi panik dan tak lama kemudian Liu Zhang menyerah. Ma Chao diangkat menjadi Ping Xi Jiangjun (Jendral yang Menentramkan Wilayah Barat) dan ditempatkan di daerah sekitar Ju. Ketika Liu Bei menjadi pangeran Hanzhong, dia memberi Ma Chao gelar semu Zuo Jiangjun (Jendral Pasukan Kiri). Pada tahun pertama Zhangwu (221 M), Ma Chao diangkat menjadi Biao Qi Jiangjun (Jendral Kavaleri yang Tangkas), gubernur provinsi Liang, serta Marquis Xi Liang.

Pidato Liu Bei mengatakan "Saya bukan seorang yang bijak dan baik, hanya mewarisi kehormatan dari nenek moyang saya. Cao Cao dan putra-putranya akan diingat dan disegani atas dosa dan kejahatan mereka sampai ke seluruh Tiongkok bahkan oleh bangsa Di dan Qiang. Anda (Ma Chao) adalah junjungan bangsa Utara dan keberanian Anda kekal dikenang di sana, bahkan mereka bersedia bertempur bersama Anda melalui jarak ribuan mil untuk melawan kejahatan. Anda diharapkan untuk mempersatukan mereka ke dalam budaya bangsa Han dan berlaku adil dalam memberikan balas jasa dan hukuman yang sepantasnya."

Pada tahun kedua, Ma Chao meninggal pada usia 47 tahun. Sebelum wafatnya, dia mengajukan permohonan, isinya: "Hamba pernah memiliki dua ratus orang di seluruh keluarga hamba, tetapi hampir semuanya dibunuh oleh Meng De (Cao Cao), kecuali adik sepupu saya, Ma Dai. Dia satu-satunya yang tersisa untuk melanjutkan garis keturunan keluarga, maka dari hati yang terdalam, hamba menitipkannya kepada Yang Mulia (Liu Bei) dan tak ada penyesalan dalam diri hamba." Ma Chao mendapat gelar anumerta Marquis Yue Wei dan putranya, Ma Cheng menggantikannya. Ma Dai diangkat menjadi Ping Bei Jiangjun {Jendral yang Menentramkan Wilayah Utara} dan digelari Marquis Chen Cang. Putri Ma Chao dinikahkan dengan Pangeran Anping, Liu Li.
 
Back
Top