Theo Albrecht

Administrator

Administrator
theo_albrecht.jpg


Theo Albrecht merupakan salah satu pebisnis dan orang terkaya di Jerman. Bersama sang kakak, Karl Albrecht, Theo mendirikan Aldi, salah satu jaringan supermarket terbesar di dunia. Theo mulai membangun jaringan bisnis toko grosir pascaperang dunia kedua. Dia dan sang kakak membangun bisnis itu benar-benar dari bawah. Tahun ini, Majalah Forbes menempatkan Theo di urutan kesembilan orang terkaya sejagat, dengan kekayaan mencapai US$ 18,8 miliar.

theo_albrechtTheo Albrecht tergolong pebisnis gaek Jerman. Pria yang tahun ini genap berusia 87 tahun itu merupakan perintis jaringan supermarket di Jerman. Theo dan Karl besar dalam keluarga yang sangat sederhana. Ayahnya bekerja sebagai penambang kontrak di sebuah tambang batubara. Akibat belasan tahun bekerja di dalam tambang, sang ayah pun harus pensiun dini karena mengidap penyakit kanker paru-paru. Setelah berhenti sebagai penambang, ia bekerja di sebuah pabrik roti dengan gaji yang jauh lebih rendah.

Untuk menambah penghasilan demi menyekolahkan dua putra, sang ibu pun membuka toko grosir di perempatan kota Schonnebeck, salah satu kota permukiman buruh di Jerman. Theo tidak tinggal diam melihat kedua orang tuanya membanting tulang untuk mencari duit. Theo membantu sang ibu mengurus toko sehabis sekolah.

Namun, Theo tidak sempat menyelesaikan sekolahnya akibat pecah perang dunia kedua. Bahkan Theo dan Karl sempat terpisah gara-gara perang. Theo bersama ayah dan ibunya mengungsi ke Afrika Selatan. Sementara Karl ikut memanggul senjata menjadi tentara Jerman, dan beroperasi di bagian timur Jerman.

Dalam masa pengungsian itu, kedua orang tua Theo meninggal. Usai perang, tepatnya pada 1948, Theo dan Karl kembali bertemu di Schonnebeck. Kedua bersaudara itu memutuskan untuk kembali menjalankan usaha toko grosir bahan makanan sebagai sumber nafkah mereka berdua.

Pada tahun tersebut, Pemerintah Jerman melarang semua toko berjualan produk palsu yang marak waktu itu. Seluruh toko hanya boleh menjual barang yang berlabel resmi dan boleh menimbun barang dalam jumlah yang banyak.

Kebijakan baru itu memicu ide bisnis baru buat Theo dan Karl. Mereka membeli toko grosir yang lebih luas dan menjejerkan barang-barang jualannya dalam rak kecil yang tersusun rapi. Dengan membiarkan pembeli memilih sendiri barang yang hendak dibeli, Theo dan Karl pun hanya bergantian menjaga kasir pembayaran.

Guna menarik pembeli, mereka juga berani memasang tarif lebih rendah dibandingkan dengan toko lain. Konsep toko murah dengan potongan harga inilah yang kemudian menginspirasi pemberian nama toko tersebut.

Pada tahun 1961, berlokasi di Dotmound, Theo dan Karl meresmikan nama toko baru mereka bernama Aldi. Ini merupakan singkatan dari Albrecht and Discount. Setelah 10 tahun beroperasi, Aldi telah memiliki 300 toko cabang yang tersebar di seluruh Jerman.

Pada saat yang sama, Theo dan Karl pun sepakat membagi manajemen atas kerajaan supermarket mereka. Karl mengambil alih manajemen toko yang tersebar di kawasan selatan Jerman, yang diberi nama Aldi-Sud. Sementara Theo bertanggung jawab atas operasi Aldi di kawasan utara (Aldi-Nord).

Meski Karl dan Theo berpisah dalam mengurusi Aldi, namun keduanya tidak menghapuskan formula bisnis Aldi, yakni hanya menjual produk dengan harga miring. Mereka juga sengaja tidak merekrut banyak karyawan, dan lebih memilih mengalokasikan dananya untuk kebutuhan dekorasi dan promosi.

Tak hanya menjual makanan, Aldi kemudian juga melengkapi barang dagangannya dengan produk tekstil dan perangkat piranti keras. Langkah itu ternyata cukup jitu, karena pembeli di toko mereka semakin ramai.

Kehidupan dua bersaudara, Theo dan Karl Albrecht terbilang misterius. Tak banyak yang bisa dikorek dari kehidupan mereka berdua. Mereka memang sengaja menjauhkan diri dari publikasi dan sorotan media. Satu-satunya peristiwa yang membuat nama Theo beken adalah kasus penculikannya. Ia bisa lolos dari penculik setelah membayar uang tebusan. Setelah itu Theo menyepi ke sebuah pulau kecil miliknya. Dari pulau itulah Theo mengendalikan bisnisnya.

Jaringan supermarket Aldi terus membesar. Sukses di Jerman, Theo Albrecht melebarkan jaringan hingga ke luar negeri. Hingga 2009, Aldi telah memiliki cabang lebih dari 8.000 gerai yang tersebar di seluruh dunia.Kendati telah menjadi konglomerat dunia dengan jaringan bisnis yang tersebar di berbagai negara, Theo tidak lantas gila popularitas. Ia sepakat dengan Karl Albrecht, sang kakak, untuk menjauhkan diri dari sorotan media massa.

Sebagai catatan saja, nama Albrecht bersaudara cukup menghebohkan dunia pada kurun waktu 1960-1970, terutama di kalangan pebisnis ritel. Strategi bisnis yang berani membanderol harga produk dengan murah cukup jitu merangsang daya konsumtif masyarakat Jerman. Tren ini yang lantas menjalar ke seluruh dunia.

Sontak, sepak terjang bisnis Albrecht bersaudara pun menjadi sorotan. Tak cuma itu, kekayaan mereka yang berlimpah pun menjadi sasaran para pemburu berita saat itu. Namun, lantaran berasal dari keluarga dengan kehidupan sederhana, Theo dan Karl pun masih mampu bersikap rendah hati. Mereka berkomitmen untuk memisahkan bisnis dengan kehidupan pribadi. Sehingga, mereka pun selalu menolak untuk wawancara oleh beberapa media lokal maupun asing.

Saking misteriusnya, kehidupan abang Theo dan Karl Albrecht pun hingga kini belum jelas rimbanya. Majalah Forbes hanya menyebutkan, Karl telah menikah dan memiliki dua orang anak. Kini, Karl tengah menghabiskan masa tuanya di Swiss. Karl mengisi hari-harinya dengan bermain golf di lapangan pribadi yang ia bangun sendiri pada tahun 1976.

Demikian pula halnya dengan kehidupan Theo. Satu-satunya berita menghebohkan tentang ayah dua orang anak ini terjadi pada 29 November 1971. Pada suatu siang, Theo diculik oleh beberapa orang tak dikenal. Kelompok penculik itu meminta tebusan US$ 7 juta. Theo akhirnya selamat setelah disekap selama 17 hari, karena bersedia memenuhi permintaan si penculik untuk membayar uang tebusan.

Peristiwa itu tak membuat bisnis Aldi terganggu, Aldi malah makin membesar dan menambah gerai hingga jumlahnya mencapai ribuan pada awal 1980. Pada saat yang sama, Karl memutuskan untuk berhenti mengelola Aldi. Begitu juga dengan kedua anak Karl, tidak satu pun bekerja untuk Aldi.

Usai kasus penculikan tersebut, nama Theo kembali tenggelam dari sorotan media. Mungkin cukup trauma dengan kejadian penculikan yang lalu, Theo membeli sebuah pulau kecil di sekitar Eropa, dan membangun sebuah rumah yang besar berikut dengan lapangan golf. Tiap hari, Theo menghabiskan waktu dengan bermain golf dan mengoleksi mesin ketik kuno yang menjadi dua hobinya sejak masa muda.

Dari pulau kecil itulah, Theo terus mengelola dan memantau perkembangan bisnis Aldi. Setiap hari, Theo selalu menelepon orang kepercayaannya di sejumlah negara. Sambil terus mengurus Aldi, Theo juga mendirikan Joe's, sebuah gerai makanan yang mirip dengan konsep awal Aldi.

Sebenarnya, Joe's merupakan reinkarnasi dari Aldi untuk menghidupkan lagi jaringan di Amerika Serikat (AS). Sebab, sepeninggal Karl banyak gerai Aldi di AS gulung tikar karena kalah bersaing dengan peritel lokal.

Namun, untuk bisnis barunya ini, Theo tak mengadopsi strategi harga diskon untuk menarik pelanggan. Joe's hanya menawarkan banyak alternatif produk makanan sesuai selera konsumen. Dan, ternyata, bisnis baru Theo ini cukup berhasil menjaring pembeli di AS. Hingga saat ini, Joe's telah memiliki cabang sebanyak 320 gerai yang tersebar di seluruh negara bagian AS. (Kontan)


Sumber : http://ciputraentrepreneurship.com
 
Back
Top