3 penyebab unas jeblok

Administrator

Administrator
Dinas Pendidikan (Dispendik) Surabaya mengevaluasi jebloknya hasil ujian nasional (unas) siswa di Kota Pahlawan. Baik itu unas tingkat SMA maupun SMP. Ada tiga langkah yang sangat mungkin diambil Dispendik untuk memperbaiki kualitas pendidikan di Surabaya.

Langkah itu, antara lain, tidak memberikan izin operasi kepada sekolah-sekolah kecil yang siswanya sedikit dan merotasi guru-guru sekolah negeri. Selain itu, Dispendik mengevaluasi pembelajaran untuk setiap mata pelajaran.

"Mencermati hasil unas tahun ini, baik untuk tingkat SMA maupun tingkat SMP, kami melihat ada tiga faktor yang akan kami evaluasi. Yakni institusi, manajemen, dan proses pembelajaran," kata Sahudi, kepala Dispendik Surabaya, kepada Jawa Pos kemarin (7/5).

Sahudi menerangkan, institusi tersebut terutama berkaitan dengan sekolah. Pria asal Banyuwangi itu menyebutkan bahwa sekolah-sekolah yang siswanya tidak banyak sangat mungkin dijalankan dengan apa adanya. Sebab, income sedikit dan prasarana seadanya.

Dari analisis Dispendik, sekolah-sekolah itulah yang menjadi penyumbang terbesar ketidaklulusan. "Karena itu, kami akan evaluasi keberadaan sekolah tersebut. Kami akan memberikan waktu satu tahun untuk berbenah dengan kami dampingi. Kalau memang tidak berkembang, tentu izin tidak akan kami berikan," ujar Sahudi.

Faktor kedua bersinggungan dengan manajemen sekolah. Sahudi mengakui bahwa selama ini pihaknya mencium aroma konflik internal di beberapa sekolah. Terutama sekolah negeri. Misalnya, kepala sekolah yang kontra dengan para guru. Atau guru-guru senior yang menjadi raja-raja kecil.

Aroma konflik itu semakin terasa karena Dispendik sering mendapatkan surat kaleng mengenai hal tersebut. "Terlalu sering kami mendapatkan surat kaleng itu. Kalau memang manajemen jadi penyebab turunnya presentasi kelulusan, tentu kami akan melakukan rotasi. Para guru yang akan kami rotasi," tegas Sahudi. "Langkah ini sangat terbuka kami lakukan. Toh, selama ini tidak ada perubahan yang signifikan," imbuh mantan kepala SMAN 15 Surabaya tersebut.

Selain tidak memberikan izin sekolah beroperasi dan merotasi guru, Dispendik juga mengevaluasi proses pembelajaran. Terutama evaluasi terhadap mata pelajaran yang nilainya paling jelek. Di tingkat SMA yang terjelek adalah hasil mata pelajaran bahasa Indonesia, sedangkan di SMP mata pelajaran bahasa Inggris. "Kami akan bicara dengan MGMP (musyawarah guru mata pelajaran). Apa yang kurang atau mungkin ada hal-hal yang belum diajarkan," tutur Sahudi.

Sementara itu, dari hasil unas yang diumumkan kemarin, sekolah yang siswanya paling banyak tidak lulus adalah SMP Wachid Hasyim 1. Di antara 405 siswa sekolah yang terletak di Sidotopo tersebut, 83 anak tidak lulus. Di SMP Unesa juga banyak siswa yang tidak lulus. Terdapat 77 siswa SMP Unesa yang tidak lulus. Siswa sekolah tersebut yang mengikuti ujian 192 anak.

Untuk persentase kelulusan, SMP Terbuka 16 menjadi yang terburuk. Di sekolah itu 72,73 persen siswanya. Atau di antara 11 siswa sekolah tersebut, hanya tiga yang lulus. Dengan kata lain, ada delapan siswa yang tidak lulus.

Di SMP Shafta, suasana gembira terpancar. Warga sekolah itu menyambut keberhasilan lulus seratus persen. "Alhamdulilah, semua lulus," ujar Abdul Rouf, salah seorang guru SMP Shafta.

Rouf menuturkan sangat lega karena bisa mempertahankan kelulusan seperti tahun yang lalu. Dia menyatakan, sekolahnya mengadakan tasyakuran kelulusan tersebut dengan pelucutan seragam sekolah. ''Seragam bekas ini akan kami berikan kepada orang yang membutuhkan," imbuhnya.

Kelulusan seratus persen juga dialami oleh Great Crystal Intenational School. Seluruh muridnya yang ikut unas (tujuh anak) lulus.

Seperti diberitakan, hasil unas SMP/MTs dan SMP Terbuka Surabaya tahun ini memang turun drastis. Di antara 37.748 siswa peserta unas SMP dan sederajat tahun ini, terdapat 2.184 siswa yang dinyatakan tidak lulus. Itu berarti tingkat kelulusannya ''hanya'' mencapai 94,3 persen.


Sumber : jawapos
 
Bls: 3 penyebab unas jeblok

Wah itu sih penilaian subyektif den. Menurut aku kita belum bisa mensinkronisasikan aja dari atas sampai kebawahnya.
 
Back
Top