Pukan Ditutup, Bokashi Didapat

nurcahyo

New member
Pukan Ditutup, Bokashi Didapat
Oleh trubus

Media kunci penting sukses lebatkan tabulampot jambu sukun taiwan di PUSPA Lebo, Sidoarjo, Jawa Timur. Yang jadi pilihan, kotoran sapi dari rumah pemotongan yang diolah jadi bokashi. Nun di sebuah kebun di Bintan, Kepulauan Riau, bokashi juga jadi penyelamat durian dan rambutan yang nyaris sekarat.

Dengan media bokashi, jambu sukun taiwan rajin berbuah. Selain itu bobot tabulampot ringan sehingga gampang dipindah-pindahkan. Penyiraman lebih jarang karena media menyimpan air. Keuntungan lain, bokashi dari pupuk kandang memiliki pH cenderung netral, kata Muhammad Taufik, periset di PUSPA Lebo. Jambu sukun taiwan membutuhkan media berpH 5,5-7. Bila kemasaman terlalu rendah, pertumbuhan tanaman terhambat.

Lain halnya pengalaman Ir Hendrik Virgilius, MS. Sekitar 2 tahun silam, mantan periset padi itu diminta untuk merawat durian dan rambutan yang mogok berbuah di sebuah kebun di Bintan, Riau. Keduanya malas memamerkan buah karena ditanam di lahan miskin hara. Tekstur tanah keras dan pecah-pecah. Tak ada sumber air memadai di sana. Setelah bokashi dibenamkan di sekitar lubang tanam, durian dan rambutan tumbuh subur. Daunnya hijau mengkilap dan di beberapa cabang mulai memunculkan bunga.

Menurut Hendrik, bokashi kaya mikroba pengurai tanah. Pantas tanah jadi lebih subur. Supaya Anda bisa meniru keberhasilan mereka, inilah cara pembuatan bokashi ala Taufik dan Hendrik.

1. Siapkan ruang khusus pembuatan bokashi. Taufik dan Hendrik memilih gudang beratap dengan sisi-sisi terbuka sehingga sirkulasi udara lancar. Gudang berlantai semen
2. Siapkan bahan bokashi. Taufik memanfaatkan kotoran sapi dari rumah pemotongan. Hendrik menggunakan jerami padi, kotoran ayam, sekam, dan dedak yang disusun berurutan. Boleh juga ditambahkan guano-kotoran kelelawar-terutama untuk merangsang buah muncul serempak karena kaya kandungan P dan K. Kotoran yang digunakan mesti kering sekali.

Hendrik biasa membuat bokashi di lantai seluas 15 m x 10 m. Satu truk jerami dipotong-potong lalu ditumpuk setinggi 10 cm. Berikutnya lapisan kotoran ayam sebanyak 50 karung @ 25 kg ditebar setinggi 5 cm. Lalu 20 karung sekam dan 2 karung dedak. Bila menggunakan guano, cukup 1,5 karung.
3. Hamparkan bahan bokashi lalu siram dengan EM-4. Pada kasus Hendrik, EM-4 disiramkan pada setiap lapisan. EM-4 adalah starter alias bahan pembantu proses fermentasi menjadi pupuk. Cara membuatnya, 1 gelas air kemasan 500 ml EM-4 dicampur dengan 50 gram gula pasir, lalu diaduk dalam gembor isi 40 liter.
4. Selanjutnya, aduk campuran sampai rata menggunakan sekop.
5. Tutup dengan karung goni atau terpal.
6. Diamkan selama 24 jam, lalu buka terpal atau karung penutup dan aduk kembali. Sembari mengaduk, Hendrik memadatkan luasan hamparan bokashi agar suhu kian tinggi. Tujuannya supaya benih hama dan penyakit yang ikut terbawa mati. Bokashi ditutup kembali.
7. Ulangi perlakuan hingga 4 hari berturut-turut. Menurut Hendrik, bokashi jadi-istilahnya matang-bila suhu di atas 60oC. Sedangkan Taufik berpendapat, suhu 45oC cukup. Ciri bokashi yang matang siap pakai, jika dipegang terasa panas.
8. Setelah 4 hari, tutup dibuka sempurna. Hamparkan bokashi tipis-tipis sambil dikeringanginkan. Setelah 2-3 hari, bokashi siap dipakai.
 
komentar aku gimana kita bisa tahu bokashi udah siap digunakan atau belum???
seperti yang kita tahu bahwa pupuk organik adalah pupuk yang lambat diserap oleh tanaman..
Penelitian aku menggunakan bokashi tapi tidak berbeda dengan pemberian pupuk kandang sapi murni..
pembuatan bokshi yang aku lakukan sampai 30 hari.
Solusinya bagaimana??????
 
Karena menurut aku tidak berbeda nyata tanaman yang diberi bokashi dan diberi pupuk kandang murni. bagaimana solusinya???????
 
Back
Top