Dongeng

Kalina

Moderator
Bella duduk di sofa sambil membaca buku. Cerita dongeng tentang putri dan pangeran yang merajut cinta, dan berakhir dengan kisah yang bahagia. Sementara Ivan sedang memainkan pianonya. Sesekali terdengar fals.
Bella berdiri dan menghampiri Ivan. "Gini loh.."
Ia memberi contoh nada yang merdu. Lalu kembali duduk di sofa. "Coba lagi kayak barusan.."
Ivan pun berhasil membuat lagu yang indah, untuk kontes musik awal bulan depan.

Suatu hari, Bella menangis sambil membaca bukunya. Ivan melihatnya, lalu duduk di sampingnya.
"Kamu kenapa, Bella?"
"Ini.. Endingnya terlalu indah.. Aku jadi terharu.."
Ivan tertawa. "Kamu tuh ada-ada aja, sih.."
Dengan suara pelan, Bella berkata, "Aku iri. Pengen kayak gitu juga.."
"Itu cuma dongeng, Bella.. Dalam dongeng, kebanyakan bohongnya. Jangan terlarutlah.."
Bella menatap Ivan. Ia makin menangis. "Kamu kok bilangnya gitu, sih..!!" Bella marah, lalu meninggalkan Ivan. Pulang.
Hingga beberapa hari, Bella tidak datang ke rumah Ivan.
 
Bls: Dongeng

Ivan menemukan sesuatu di sofa, tempat Bella terakhir duduk. Buku ceritanya tertinggal. Ada sesuatu terselip di antara halamannya. Selembar kertas putih, bertuliskan.. "Bella sebagai gadis baik. Ivan sebagai pangeran berkuda putih."
Ivan tersenyum membacanya. "Aku mana mungkin Pangeran itu.."

Ivan mendatangi Bella di rumahnya. "Maaf ya, kalo kata-kataku gak berkenan di hati kamu.."
Bella menatap Ivan. Lalu memeluknya. Dan berbisik, "Aku mencintai kamu, Ivan.."
Mendadak, serasa mendung yang sedari sore tadi bergelanyut di langit malam menjadi cerah, dan semua bintang bersinar terang! Ivan bahagia mendengarnya. "Aku juga mencintai kamu, Bella.."

Siang yang terik.. Ivan dan Bella jalan-jalan di taman yang indah. Melihat bunga, merasakan udara segar, bercerita tentang banyak hal.
"Van, tunggu bentar, ya. Aku mau beli ice cream di situ."
"Oke.."
Lama Bella pergi. Membuat Ivan akhirnya menyusul. Ia melihat Bella sedang antri beli ice cream. Ivan tersenyum. Tapi, senyumnya hilang, ketika ia melihat Bella rubuh.
 
Bls: Dongeng

Ya. Bella rubuh ke rerumputan. Pingsan. Dari hidungnya mengeluarkan darah. Wajahnya pucat berkeringat. Ivan secepat kilat menghampirinya, menggendongnya, membawanya ke rumah sakit. Orang tua Bella pun ditelpon.
Sayup-sayup terdengar suara Bella berkata, "Jangan pernah melupakan aku..."

Rupanya, Bella mengidap kanker darah stadium empat. Sebenarnya, hari itu, keadaan Bella sudah sangat parah. Namun, ia bersikeras pergi bersama Ivan, karena ini kencan pertama mereka.

Ivan melihat Bella sudah sadar. "Kenapa kamu gak bilang..?"
Bella tersenyum. "Gak papa, Van.." Ia menyentuh tangan Ivan, dengan lemah. "Aku takut, Van.. Takut gak bisa melihat kamu lagi.."
"Kamu jangan bicara seperti itu ya, Bella. Kamu harus yakin, kamu pasti sembuh.."
Bella menangis. "Ivan, aku tau penyakit aku. Aku tau akan berakhir bagaimana. Menyedihkan. Dongeng dengan akhir kisah yang menyedihkan.."
"Bella, kamu harus yakin! Kita pasti bisa menciptakan akhir kisah kita sendiri. Kita pasti bahagia.."
 
Bls: Dongeng

Tibalah hari diadakannya kontes musik itu. Bella, dengan kondisinya, tak mungkin bisa hadir. Tapi, dengan teknologi jaman sekarang, Bella tetap bisa mendengarkan Ivan bermain piano dan bernyanyi di kontes musik itu.

Giliran Ivan tampil. Ia menelpon Bella. "Udah waktunya, nih. Jangan tutup telponnya, ya.." Ivan meletakkan hpnya di atas piano. Lalu mulai memainkan lagunya..
Aku sudah lupa berapa lama
Tak lagi mendengarmu bercerita tentang dongeng cinta..
Apakah aku telah melakukan kesalahan?
Kau menangis..
Saat aku mengatakan, dalam dongeng semuanya bohong
Aku tak mungkin pangeran dalam dongeng itu
Namun saat kau mengatakan, bahwa kau mencintaiku..
Bersinar teranglah semua bintang di langitku..

Aku rela menjadi malaikat yang kau cintai
Membentangkan kedua tanganku
Menjadi sayap untuk melindungimu
Kau harus yakin
Kita pasti bisa menciptakan sendiri akhir kisah kita..
Dan kita pasti bahagia..


Air mata membasahi kedua mata Bella. Hingga akhirnya.. ia sulit bernafas.. dan berkata, "Aku cinta kamu.."
 
Bls: Dongeng

Cerita ini terinspirasi dari sebuah lagu berjudul Tong Hua, dinyanyiin sama Michael Guang Liang.
 
Back
Top