Kinerja Otak saat kita tertidur

uRaN

New member
Kinerja Otak saat kita tertidur




Aden dan Ajeng tau gak sih, kalau tidur memakan waktu sepertiga dan keseluruhan masa hidup manusia? Fakta tersebut disampaikan oleh Dr. Manfaluthy Hakim, SpS(K), Departemen Neurologi FKUIRSCM. Pada saat tidur, tubuh manusia seakan terputus dan lingkungan sekitar. Saat itu, kita tidak dapat mendengar, merasakan, atau mencium. “Sekalipun saat tidur, matanya dibuka, orang yang tidur tersebut tidak melihat apa-apa,”jelasnya.

Banyak definisi tidur yang beredar saat ini. Salah satu yang disampaikan Dr. Manfaluthy, tidur merupakan perilaku manusia normal yang terjadi berulang dan disertai dengan hilangnya kemampuan berinteraksi serta respon terhadap rangsang eksternal (lingkungan) yang reversibel (sementara).

Tidur Secara Aktif
Dahulu tidur dianggap sebagai proses yang pasif, artinya tidak ada kegiatan aktifdari sistem organ tubuh. Belakangan berkembang teori kalau saat tidur, tidak sepenuhnya tubuh ‘tertidur’ Tidur ternyata merupakan proses aktif, ada aktivitas rumit di otak yang melatarbelakangi kegiatan tidur dan bangun. Aktivitas yang terjadi selama tidur dapat dibuktikan melalui pemeriksaan elektroensefalografi (EEG).

Pada saat tidur, terekam sinyal-sinyal yang dipancarkan sel saraf di otak di dalam EEG, Sinyal-sinyal yang menandakan adanya aktivitas otak tersebut digambarkan dalam bentuk gelombang pada EEG. Fisiologi terjadinya tidur melibatkan perubahan fungsi sel sarafotak yang aktif dan dinamis. Beberapa bagian otak yang terlibat dalam tidur-bangun adalah sistem aktivasi retikular (RAS), nukleus Raphe, dan formasi retikular kaudal. Jadi selama kita tidur,otak kita tidak tertidur.

Irama Sirkadian
Bicara tentang tidur tidak bisa lepas dan irama sirkadian. Secara sederhana, nama sirkadian adalah siklus yang berlangsung dalam 24 jam, yang di dalamnya terdapat aktivitas biologis yang berulang dengan interval tertentu, seperti yang terlihat pada proses tidur dan bangun. Istilah sirkadian berasal dan bahasa latin, circa yang artinya seputar,dan diem atau dies yang berarti hari. Proses terjadinya irama sirkadian berada di dalam tubuh manusia (endogen) tapi dapat dipengaruhi oleh lingkungan luar,seperti sinar.

Faktor utama yang berperan dalam pengaturan irama sirkadian adalah melatonin dan suhu intl tubuh.Melatonin merupakan suatu zat kimia yang berperan dalam proses tidur. Melatonin dihasilkan oleh kelenjar pineal yang terletak di dalam otak. Melatonin dan bagian otak yang lain memberi sinyal kepada tubuh kapan untuk tidur dan bangun. Kadarnya sangat minimal atau bahkan tidak ada sama sekali selama pagi dan siang hari, semakin meningkat saat hari sudah gelap sampai mencapai puncaknya pada tengah malam, kemudian semakin berkurang ketika hari mendekati fajar. Hal tersebut diakibatkan karena produksi melatonin dihambat oleh cahaya dan dirangsang oleh gelap. Oleh karena itu melatonin kadang disebut sebagai “hormon kegelapan”.



Tahapan Tidur
Dr. Manfaluthy lebih lanjut menjelaskan ada tahapan berbeda pada satu kali tidur. Tidur dapat dianggap sebagai satu sikius yang dinamis, di mana terjadi peralihan antara tahapan-tahapan tersebut. Secara sederhana tahapan tidur dibagi menjadi 2, yaitu tahapan non REM (Rapid Eye Movement) dan REM. Tahap non REM selanjutnya dibedakan lagi dalam 4fase, fase 1 sampai 4.Tahapan tidur akan berbeda pada tiap orang, tergantung dan faktor internal (dalam tubuh) dan eksternal (lingkungan). Tahapan tidur hanya dapat dibedakan dengan pemeriksaan EEG, karena setiap fase memiliki gelombang EEG yang berbeda. Selain dengan EEG, pemeriksaan fisiologi tidur juga dilakukan dengan elektrookulografi (EOG) untuk memeriksa pergerakan bola mata.

Tahapan non REM merupakan masa transisi dan bangun (sadar) ke tidur, serta berkaitan dengan relaksasi otot dan aktivitas psikologis yang minimal. Secara sederhana,fase 1 merupakan fase tidur ringan, sudah ada perasaan mengambang (floating feeling), mudah sekali dibangunkan. Fase 2 sudah lebih dalam darifase 1,tapi masih dapat dibangunkan. Selanjutnya fase 3 dan 4,tidur sudah dalam dan akan sulit dibangunkan. Pada fase tersebutlah terjadi mimpi, mengorok, sedangkan untuk anak bisa sampai mengompol.

Setelah keem pat tahapan non REM dilewati, maka akan masuk ke tahap REM. Pada tahap ini, akan sulit sekali dibangunkan, pada beberapa orang, terkadang merasakan ingin bangun, tapi badannya tidak bisa digerakkan (terasa lumpuh). Ciri dan fase REM ini adalah pergerakan bola mata yang cepat, tonus (kekuatan) otot sangat rendah kecuali otot pernapasan, kadang ditemukan twitching (berkedut) pada otot.

“Proses tidur dimulai dan fase 1 benlanjut kefase 2, 3, dan kemudian
4, lalu masuk ke tahapan REM. Sikius berlanjut dengan masuk kembali ke fase 3-4, kemudian mengulangi REM lagi. Lama tidur yang disarankan adalah 6-8 jam, dan selama jangka waktu tersebut biasanya terjadi 6-8 siklus,” jelas Dr. Manfaluthy. Semakin bertambahnya umur, maka waktu tidur akan semakin berkurang.

Fungsi Tidur“Fungsi tidur belum pasti diketahui,” jelas Dr. Manfaluthy. Diduga fungsinya berbeda pada setiap tahapan REM dan non Fase non REM mungkin berfungsi untuk memperbaiki sel tubuh dan pentumbuhan senta restorasi otak. Fase REM diduga berkaitan dengan fungsi memori dan pembelajaran, serta termoregulasi (pengaturan suhu) dan konservasi energi.


Mendeteksi Gangguan Tidur
Masalah tidur dapat disebabkan oleh gangguan tidur itu sendiri atau penganuh penyakit lain. Hubungan masalah tidur dengan penyakit lain misalnya gangguan tidur akibat serangan astma yang biasanya muncul pada malam hari atau menjelang pagi. Beberapa gangguan tidur yang sering ditemukan adalah insomnia, sleep apnea, restless leg syndrome, dan narkolepsi.

Dalam menghadapi keluhan yang berkaitan dengan tidur, secara umum harus diketahui riwayat tidur pasien. Misalnya lama tidur, apa yang dialami selama tidur, apa yang dirasakan setelah tidur, kondisi lingkungan yang mungkin berpengaruh, serta riwayat penggunaan obat-obatan atau penyakit yang kemungkinan berkaitan dengan gangguan tidur tersebut.

Untuk pemeriksaannya dilakukan dengan polisomnografi. Suatu pemeriksaan menyeluruh yang meliputi pemeriksaan aktivitas otak melalui EEG, EOG, kontraksi otot, monitor jantung (EKG) serta pernapasan. Pemeriksaan, lain yang mungkin dilakukan adalah Multiple Sleep Latency Test (MSLT), dan Maintenance of Wakefulness Test (MWT).


Oleh : Dr.OWIYANTI ANGGRAINI/DI MIRANDA RACHEWNA
 
Back
Top