Fitnah yang menimpa Hd. Aisyah RA

Administrator

Administrator
Para ulama sepakat bahwa Alquran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW secara berangsur-angsur. Lamanya sekitar 23 tahun. Tepatnya 22 tahun, dua bulan, dan 22 hari, yang dimulai dari 17 Ramadhan hingga 9 Dzulhijjah tahun 9 Hijriyah saat Rasul SAW melaksanakan haji perpisahan (haji wada).

Namun, menurut sebagian ulama, selepas melaksanakan ibadah haji wada tersebut, Nabi Muhammad SAW masih mendapat wahyu dari Allah SWT. Wallahu A’tam. Dengan waktu yang demikian panjang itu, hampir setiap hari

Rasulullah SAW mendapatkan wahyu dan Allah SWT. Ayat-ayat yang diturunkan itu, ada yang sifatnya untuk menjawab berbagai pertanyaan para sahabat, ada yang berupa kisah-kisah umat terdahuiu, masalah hukum, ibadah, pergaulan sehari-hari, sampai persoalan rumah tangga.

Namun, ternyata ada beberapa waktu Nabi SAW tidak menerima wahyu sama sekali. Salah satunya adalah saat disebarkannya berita bohong oleh salah seorang munafik yang ingin merusak hubungan rumah tangga Rasulullah SAW dengan istrinya, Siti Aisyah Radiyallahu Anha (RA). Lamanya hampir satu bulan penuh. Itulah yang dikenal dalam sejarah Islam dengan hadis al-ifki, yaitu penyebaran berita bohong atau fitnah. Berita bohong itu berupa dituduhnya Ummul Mukminin, Aisyah RA, sebagai orang yang melakukan perselingkuhan.

Peristiwa kebohongan yang dilakukan oleh orang-orang munafik itu, diabadikan Allah dalam Alquran pada surah An-Nuur (24) ayat 11-26. “Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu, bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan, siapa diantara mereka yang mengambil bagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar.” (QS An-Nuur [24]: 11).

Awal mulanya berita bohong ini, terjadi saat berakhirnya perang antara kaum Muslimin dan Bani Mushtaliq pada Syaban tahun 5 hijriyah. Peperangan ini diikuti oleh sejumlah kaum munafik. Isteri Rasul SAW, Siti Aisyah, turut pula dengan Nabi berdasarkan undian yang diadakan di antara istri-istrinya.

Dalam perjalanan pulang saat kembali dari peperangan, rombongan kaum Muslimin berhenti di suatu tempat.

Menurut Sulaiman bin Muhammad bin Abdullah Al-Utsaim dalam bukunya Slwa al-Hazin, Qashash Waqi’iyyah Mu’atstsirah (Obat Penawar Hati yang Sedih), peristiwa itu terjadi di dekat Kota Madinah. Ditegaskan oleh Muhammad Husein Haikal, peristiwa itu terjadi tepat di daerah Muraisi, masih berada dalam wilayah Madinah.

Diterangkan Syauqi Abu Khalil dalam bukunya, Athlas Hadits, sebagaimana dikutip dari Ar-Raudh al-Mi’thar dan Mu’jam al-Buldan, al-Munaisi adalah nama sungai yang terdapat di daerah Qudaid sampai as-Sahil. Di daerah inilah tempat terjadinya perang antara kaum Muslimin dan Bani Mushtaliq dari Khuza’ah sekitar tahun 6 Hijriyah. AlMuraisi berjarak dengan pantai sejauh 80 kilometer (km).

Dalam hadis yang diriwayatkan dari Aisyah RA oleh Imam Bukhari dengan sanadnya dari Ibnu Syuhaib az-Zuhri, dan Urwah bin Az-Zubair, Said bin AlMusaiyib, Alqamah bin Waqqash, Ubaidullah bin Abduliah bin Utbah bin Mas’ud tentang peristiwa tersebut, dikatakan, setelah usai peperangan itu, semua rombongan kaum Muslimin bermaksud kembali ke Madinah.

Saat itulah, Siti Aisyah menyadari bahwa kalungnya yang terbuat dari merjan Azhfar (lihat An-Ni hayah fi Gharib al-Hadits, karya Ibnul Atsir 1/269) telah putus (hilang). Maka, Siti Aisyah yang biasanya ditandu, segera kembali ke tendanya untuk mencari kalung tersebut. Sekian lama ia mencari kalung tersebut. Sementara, orang-orang yang membawa tandu Siti Aisyah tak menyadari bahwa tuannya tidak berada di dalamnya, Karena itulah, Siti Aisyah tertinggal dari rombongan. Maka, Siti Aisyah hanya pasrah. Ia berharap, ada rombongan kaum Muslimin yang kembali. Terlalu lama menunggu, Siti Aisyah akhirnya terserang kantuk hingga akhirnya tertidur.

Tanpa diduga, di saat itu muncullah salah seorang anggota rombongan yang bernama Shafwan bin Mu’athal as-Sulami adz-Dzakwani. Shafwan bertugas sebagai anggota pasukan yang paling belakang.

Melihat ada orang yang tertinggal, Shafwan segera menjenguknya. Namun, setelah mengetahui yang tertinggal itu adalah Ummul Mukminin, Siti Aisyah RA, Shafwan pun lalu ber-istirja’ (mengucapkan Innalillahi wa inna ilaihi raajiun). Shafwan pun segera memberikan tunggangannya (unta—Red) kepada Siti Aisyah. Sedangkan, Shafwan sendiri, berjalan kaki sambil menuntun unta yang ditunggangi Aisyah. Mereka berdua berhasil menyusul rombongan kaum Muslimin yang sedang beristirahat.

Orang-orang yang menyaksikan kedatangan Ummul Mukminin bersama Shafwan, muncullah desas-desus terhadap hubungan keduanya. Mereka membicarakannya menurut prasangka masing-masing. Desas-desus itu kemudian terus menyebar hingga akhirnya menjadi fitnah atau berita bohong terhadap diri Aisyah, hingga seluruh rombongan tiba di Madinah. Fitnah ini Akhirnya menimbulkan kegoncangan di kalangan kaum Muslimin.

Si penyebar berita itu adalah Abdullah bin Ubay bin Salul. Kisah selengkapnya dapat dilihat dalam Sirah Ibnu Hasyim 2/297, Tarikh At-Thabari 2/611, TafsirAt-Thabari 18/93, Musnad Abu Ya’la 4/45 0, dan Fath al-Bari 8/458.

Karena tuduhan berselingkuh tersebut, sampai-sampai Rasul SAW menunjukkan perubahan sikap atas diri Aisyah.

Diceritakan Aisyah, karena peristiwa itu dirinya akhirnya jatuh sakit. “Saat itu yang membuatku bingung ketika aku sakit, aku tidak melihat kelembutan dari Nabi SAW seperti yang biasa aku lihat dan beliau di kala aku sakit. Beliau hanya masuk sebentar dan mengucapkan salam, lalu bertanya; “Bagaimana keadaanmu,” kemudian pergi. (Lihat karya Ibnul Atsir, An-Nihayah fi Gharib al-Hadits, 5/il).

Kondisi fitnah itu tentu menyebar hingga mencapai satu bulan lamanya. Dan, selama itu pula, tak ada wahyu yang diterima Nabi Muhammad SAW. Sampai kemudian, Allah SWT mengabarkan berita gembira kepada Nabi SAW yang
menyatakan bahwa Aisyah RA terbebas dari segala tuduhan perselingkuhan dan fitnah itu. Penegasan Allah itu terangkum dalam surah An-Nuur [24]:11-26. Dengan turunnya ayat tersebut di atas, terbebaslah Aisyah RA dari tuduhan keji itu. Wallahu A’lam



sumber : republika
 
Bls: Fitnah yang menimpa Hd. Aisyah RA

kebetulan habis baca cerita ini dari suara muhammadiyah ....v^^
 
Back
Top