Pengusaha Sapi perah

Administrator

Administrator
Perjalanan Sayfudin hingga menjadi sekarang cukup panjang. Pada 1987, ketika menginjak usia 22 tahun,dia mulai mengikuti jejak orang tuanya yang juga peternak sapi perah. Keinginan Sayfudin mengikuti jejak orang tua dilatar belakangi minatnya dengan dunia peternakan. Sayfudin benar-benar total menimba ilmu dari orang tuanya, Semua hal yang berkaitan dengán dunia ternak sapi perah dia pelajari. Mulai dari pakan, kebersihan kandang, cara memerah susu, dan perawatan sapi agar menghasilkan produk susu berkualitas.


Ibarat murid sekolah, Sayfudin juga memegang prinsip bahwa setiap tahun dia harus naik kelas, Dia berprinsip tak ingin sekadar menjadi peternak sapi perah seperti yang dilakukan orang tuanya atau petérnak lainnya di Desa Kalipucung, Pasuruan, tapi juga harus memiliki nilai lebih.


Berkat keuletannya, tak heran Sayfudin mampu menyerap ilmu dari orangtuanya dengan cepat.Pada tahun ketujuh sejak dia masih menjadi “murid” orang tua, Sayfudin telah memiliki tujuh ekor sapi perah dan modal awal yang hanya dua ekor.

Keinginan Sayfudin untuk terus maju tak pernah padam. Meski telah memelihara tujuh sapi perah, dia ingin menambah ternaknya lagi. “Padahal, dengan dua ekor sapi perah saja sudah cukup untuk mendukung perekonomian keluarga,” katanya.


Keinginan itu akhirnya bisa terwujud ketika BNI Syariah menawarkan pinjaman Rp 20 juta. Modal ini dipakai untuk membeli beberapa ekor sapi lagi sehingga jumlahnya menjadi 12 ekor. Cukup? Ternyata belum.
Ketika ada kesempatan pengajuan kredit lagi, Sayfudin kembali mengajukan pinjaman sebesar Rp 60 juta. Sapi Sayfudin pun bertambah menjadi sekitar 25 ekor. Dari 25 ekor,usaha sapi perah milik Sayfudin terus berkembang. Kini ternak sapi perahnya mencapai 50-an ekor.

Namun, tak semua sapi perahnya dia pelihara sendiri di lahan ternaknya yang seluas empat hektare. Lantaran lahan itu terlalu sempit, Sayfudin hanya mampu memelihara 12 ekor sapi. Selebihnya, sapi-sapi dia titipkan kepada orang lain dengan sistem bagi hasil.

Setiap sapi rata-rata dapat menghasilkan 10 liter susu segar per hari. Dengan harga susu segar Rp 3.000 perliter, Sayfudin mampu meraup penghasilan Rp 360.000 per hari atau sekitar Rp 10,8 juta per bulan, hanya dari 12 ekor sapi yang dia pelihara sendiri. “Dan usaha tersebut sudah cukup memenuhi kebutuhan keluarga,” ujar pria rendah hati ini.

Sayfudin juga mengaku senang bisa menitipkan sebagian sapi-sapinya melalui pola kemitraan dengan orang lain. Peternak yang bermitra dengan Sayfudin pun merasa senang karena selain mendapat penghasilan, juga bisa menimba ilmu dari sosok yang dikenal supel ini.



Sumber : Sindo
 
Perjalanan Sayfudin hingga menjadi sekarang cukup panjang. Pada 1987, ketika menginjak usia 22 tahun,dia mulai mengikuti jejak orang tuanya yang juga peternak sapi perah. Keinginan Sayfudin mengikuti jejak orang tua dilatar belakangi minatnya dengan dunia peternakan. Sayfudin benar-benar total menimba ilmu dari orang tuanya, Semua hal yang berkaitan dengán dunia ternak sapi perah dia pelajari. Mulai dari pakan, kebersihan kandang, cara memerah susu, dan perawatan sapi agar menghasilkan produk susu berkualitas.


Ibarat murid sekolah, Sayfudin juga memegang prinsip bahwa setiap tahun dia harus naik kelas, Dia berprinsip tak ingin sekadar menjadi peternak sapi perah seperti yang dilakukan orang tuanya atau petérnak lainnya di Desa Kalipucung, Pasuruan, tapi juga harus memiliki nilai lebih.


Berkat keuletannya, tak heran Sayfudin mampu menyerap ilmu dari orangtuanya dengan cepat.Pada tahun ketujuh sejak dia masih menjadi “murid” orang tua, Sayfudin telah memiliki tujuh ekor sapi perah dan modal awal yang hanya dua ekor.

Keinginan Sayfudin untuk terus maju tak pernah padam. Meski telah memelihara tujuh sapi perah, dia ingin menambah ternaknya lagi. “Padahal, dengan dua ekor sapi perah saja sudah cukup untuk mendukung perekonomian keluarga,” katanya.


Keinginan itu akhirnya bisa terwujud ketika BNI Syariah menawarkan pinjaman Rp 20 juta. Modal ini dipakai untuk membeli beberapa ekor sapi lagi sehingga jumlahnya menjadi 12 ekor. Cukup? Ternyata belum. Ketika ada kesempatan pengajuan kredit lagi, Sayfudin kembali mengajukan pinjaman sebesar Rp 60 juta. Sapi Sayfudin pun bertambah menjadi sekitar 25 ekor. Dari 25 ekor,usaha sapi perah milik Sayfudin terus berkembang. Kini ternak sapi perahnya mencapai 50-an ekor.

Namun, tak semua sapi perahnya dia pelihara sendiri di lahan ternaknya yang seluas empat hektare. Lantaran lahan itu terlalu sempit, Sayfudin hanya mampu memelihara 12 ekor sapi. Selebihnya, sapi-sapi dia titipkan kepada orang lain dengan sistem bagi hasil.

Setiap sapi rata-rata dapat menghasilkan 10 liter susu segar per hari. Dengan harga susu segar Rp 3.000 perliter, Sayfudin mampu meraup penghasilan Rp 360.000 per hari atau sekitar Rp 10,8 juta per bulan, hanya dari 12 ekor sapi yang dia pelihara sendiri. “Dan usaha tersebut sudah cukup memenuhi kebutuhan keluarga,” ujar pria rendah hati ini.

Sayfudin juga mengaku senang bisa menitipkan sebagian sapi-sapinya melalui pola kemitraan dengan orang lain. Peternak yang bermitra dengan Sayfudin pun merasa senang karena selain mendapat penghasilan, juga bisa menimba ilmu dari sosok yang dikenal supel ini.



Sumber : Sindo
 
Back
Top