The Rose

Bls: <CERBUNG> The Rose

Rose duduk di teras depan rumahnya, sambil memotong sayuran. Tapi, matanya menatap pemandangan indah Pegunungan Kerry yang terhampar di depan mata. Sangat indah. Seindah rindunya pada Damian.
Rose: "Damian.. kau sedang apa sekarang?"
Selesai memasak, Rose berinisiatif ingin mengantarkan makanan ke tempat Damian tinggal.
Hari itu, Damian ada jadwal cek kesehatan bersama Dr. Isaac. Seperti yang pernah Dr. Isaac janjikan.
Damian segera ke bar milik Lucifer.
Damian: "Lucifer, aku minta vodka.. Aku.. kangen sekali dengan bar ini."
Lucifer: "Dasar anak nakal!"
Damian tersenyum.
Dr. Isaac: "Damian, kau jangan terlalu banyak minum alkohol. Tidak baik."
Damian: "Sudahlah, Dokter.. Tolong jangan ikut-ikutan mengekangku."
Dr. Isaac: "Baiklah.."
Kemudian..
"Permisi.."
Rose datang. Membuat Damian langsung kelabakan karena gugup.
Damian: "Rose..?"
Rose: "Hai, Damian.."
Dr. Isaac dan Lucifer langsung membiarkan mereka berdua.
Damian: "Ng.. Tidak biasanya kau kemari. Ada apa?"
Rose: "Ng.. aku mau mengantarkan ini untukmu."
 
Last edited:
Bls: <CERBUNG> The Rose

Damian segera ke bar milik Lucifer.
Damian: "Aku kangen sekali dengan bar ini. Dr. Isaac."
Lucifer.
Lucifer: "Dasar anak nakal!"
Damian ke bar milik Lucifer.
Damian sudah kehilangan orang-orang yang sejak percaya.
"Sudahlah kau jangan minum terlaluang."
Tidak akan alkohl.

tu yg terakhir maksudnya gmn??
 
Bls: <CERBUNG> The Rose

Sorry kacau. Gue nulis sambil merem hahahaha udah ngantuk masih dipaksain ya itu jadinya. Gue edit dolo
 
Bls: <CERBUNG> The Rose

Rose memberikan keranjang makanannya pada Damian. Dan pria itu segera membuka dan melihat isinya.
Damian: "Telur acak? Tumisan sayur dan daging? Roti? Dan.. Sup?"
Rose tersenyum.
Damian: "Ini.. untukku?"
Rose: "Iya.."
Damian: "Kebetulan sekali. Aku sudah lama tidak makan makanan seperti ini. Ayo, makanlah bersamaku.."
Damian mengajak Rose duduk di dalam rumah Lucifer.
Rose: "Kau makanlah yang banyak. Supaya cepat besar.."
Mereka tertawa.
Damian: "Kau sendiri yang memasak ini semua?"
Rose: "Aku dan ibuku."
Damian: "Ini sangat lezat. Terimakasih, ya.."
Wajah Rose memerah, karena dipuji begitu.

Selesai makan.. Damian dan Rose berjalan-jalan di kota. Ini kencan! Kata Damian dalam hati.
Rose: "Damian, lihat itu! Hiasan rambut yang sangat indah.."
Damian: "Kau suka?"
Rose: "Tapi.. aku tidak punya cukup uang untuk membelinya."
Sayang, Damian tidak boleh bersikap layaknya seorang pangeran, yang mampu membeli barang semurah itu. Padahal, ia ingin membelikannya untuk Rose.
 
Bls: <CERBUNG> The Rose

namanya juga ilustrasi, bintang!!!!
hahahahhhahaha
kebetulan foto gw pas jaman tu pake jilbab :D
anggap aja ntu kerudung para perawat.. susa amat
 
Bls: <CERBUNG> The Rose

Damian: "Iya. Benda itu sangat indah. Tapi mahal."
Rose menyuarakan tawa khasnya, yang seperti anak kecil. Itu yang membuat Damian selalu merindukan Rose.

Dr. Isaac dan Lucifer menggoda Damian, sepulangnya dari kencan bersama Rose.
Lucifer: "Wah.. kau benar-benar membuatku berdecak kagum. Belum sekali pun memulainya dengan kata cinta, kalian sudah menunjukkan keberadaan cinta itu di hati kalian masing-masing."
Dr. Isaac: "Cepat kau bilang padanya, kalau kau mencintainya. Sebelum orang lain mendahuluimu."
Damian tertawa, melihat Lucifer dan Dr. Isaac yang lebih bersemangat darinya dalam hal ini.
Namun, tawa itu pudar, mana kala Damian ingat, apa yang sudah dilakukannya pada Rose sejauh ini. Cinta yang tulus ini.. berhiaskan banyak kebohongan yang mungkin tak kan bisa dimaafkan. Ia mengutarakan kekhawatirannya ini pada kedua sahabat baiknya itu.
 
Bls: <CERBUNG> The Rose

Lucifer: "Ya.. kadang aku menyesal telah mengajakmu berbohong waktu itu. Tapi, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku ingin, kau dan Rose bisa bersatu, meski akhirnya nanti bisa jadi sangat menyakitkan. Satu hal yang harus kau yakini.. CINTA BISA MEMAAFKAN SETIAP KESALAHAN YANG TERJADI.."
Ia menepuk pundak Damian.
Dr. Isaac: "Resepku.. Kau jangan bilang apa-apa dulu tentang siapa dirimu sebenarnya. Pikat dulu hatinya.. Katakan dulu bahwa kau mencintainya.. dan pastikan, bahwa dia juga mencintaimu. Jangan tunda lagi, Damian. Bila suatu saat nanti terjadi sesuatu yang sudah semestinya terjadi, aku dan Lucifer siap membantumu."
Lucifer: "Itu benar.."
Damian menatap kedua pria itu. Belum pernah ia berbicara seserius ini dengan mereka. Terlebih lagi masalah cinta. Ini cinta pertama Damian. Tapi, kenapa jadi serumit ini? Apakah ia akan menerima saran mereka?
 
Bls: <CERBUNG> The Rose

7

Keesokan harinya adalah hari minggu. Kegiatan dalam istana.. seperti biasa.. libur. Termasuk sekolah. Kesempatan untuk Damian pergi berburu di lereng Pegunungan Kerry, bersama Leigh.
Owh.. rupanya.. Leigh tidak bisa ikut. Ia dan ayahnya yang seorang mentri, sibuk memberikan sumbangan untuk rakyat miskin di pinggiran kota.
Maka, Damian pergi sendirian.

Rose baru selesai menjemur pakaian yang sudah dicucinya. Hari itu, cuacanya cerah. Sinar matahari juga tidak pelit menyumbangkan teriknya.
Setelah itu, sambil menikmati cuaca yang menyenangkan, Rose duduk di tepi danau sambil membaca buku.

Damian kesal. Karena tidak ada satu pun hewan yang berhasil diburu. Sepertinya mereka sudah hafal dengan mereka jadwal berburunya. Menyedihkan.
Ia turun dari kudanya, saat melihat Rose sendirian di tepi danau. Damian langsung menghampirinya.
Damian: "Rose..?"
Rose menoleh. Hembusan angin meniup helaian rambut panjangnya yang indah. Menambahkan kesan cantik pada gadis itu.
Rose: "Damian..?"
Keduanya saling bertatapan.
 
Bls: <CERBUNG> The Rose

Tak lama kemudian, mereka sudah sama-sama berjalan di tepi danau.
Rose: "Dulu di London, aku pernah mengagumi kecantikan seorang wanita. Ia sangat luar biasa. Gaun-gaun yang dikenakannya sungguh indah."
Damian: "Aku bisa membayangkanmu memakai gaun-gaun indah seperti para wanita bangsawan. Cantik.. sangat cantik..
Rose tersenyum. Tersipu malu.

Lalu, mereka berdua sama-sama memandangi pemandangan danau yang indah. Dengan ditemani barisan pohon-pohon hijau yang berbaris dengan baik.
Rose: "Damian.. kau lihat.. betapa tenangnya danau itu.. Hanya angin yang mampu mengusik ketenangannya. Sangat indah.."
Damian menatap Rose lekat-lekat. Mencari sosok dirinya di dalam benak Rose.
Damian: "Rose.. kaulah danau itu.. hatimu begitu tenang.. dan aku.. bangga, bisa menjadi angin yang mengusik ketenangan hatimu. Aku rela menjadi ikan untuk merenangi hatimu yang sedalam samudera.."
Rose pun makin terlena dalam asmara.
Damian: "Rose.. aku mencintaimu.."
Senyum haru menghiasi wajah cantik itu..
 
Bls: <CERBUNG> The Rose

Rose: "Damian.."
Ia tak tau harus bilang apa. Tapi, akhirnya ia mampu mengungkapkannya.
Rose: "Aku.. juga mencintaimu, Damian.."
Diikuti senja yang mulai terbenam, keduanya berciuman mesra.. mulai merajut benang-benang cinta. Hendak mejadikannya simbol ketulusan dan kesetiaan atas nama Cinta Sejati.

Saat keduanya sudah di rumah masing-masing..
Damian pulang ke istananya dengan rasa senang. Dalam benaknya hanya ada Rose.. Rose.. dan Rose. Ia tak menyangka.. kebahagiaan itu datang dengan mudah.
Damian: "Rose.. aku sunggu mencintaimu,"
Ia memandangi langit. Seolah melihat wajah Rose yang cantik tersenyum.

Rose tidak bisa tidur. Ia memeluk gulingnya erat. Setiap kali memejamkan mata, selalu teringat apa yang baru saja terjadi dalam hidupnya.
Rose: "Ini adalah anugrahMu yang sangat indah, Tuhan.."

Sejak saat itu, mereka berdua selalu bertemu di hari Minggu.
Damian: "Bagaimana sekolahmu?"
Rose: "Baik. Kau sendiri.. bagaimana dengan berburumu hari ini?"
Damian: "Hanya dapat dua ekor ayam hutan."
 
Bls: <CERBUNG> The Rose

Rose tersenyum.
Rose: "Ng.. Damian.. sebentar lagi aku akan ditugaskan jadi perawat di suatu daerah."
Damian: "Lalu?"
Rose: "Ya.. sepertinya kita akan berpisah untuk sementara waktu. Tapi.. aku janji. Setiap akhir bulan, aku akan pulang untuk menemuimu."
Damian: "Memangnya.. kau ditugaskan ke mana?"
Rose: "Ke luar kota Dublin."
Damian: "Baiklah.. kalau itu demi kebaikanmu.. pergilah.. Tapi janji.. kirimi aku surat.."
Rose tersenyum. Ia menganggukkan kepala. Lalu, Damian memeluknya erat.

Di rumah, Rose juga tidak bisa jujur pada ayah dan ibunya.
Rose: "Ayah.. Ibu.. aku ingin bicara."
Tanya: "Bicaralah, Sayang.."
Rose: "Aku tau, kalian tidak mengizinkan aku masuk istana. Aku tidak akan lagi memaksa. Tapi.. Kepala Perawat menugaskan aku ke luar kota Dublin. Beliau ingin, aku menjadi perawat menugaskan di sana. Aku mohon, kali ini.. izinkan aku pergi.."
John dan Tanya saling berpandangan.
John: "Apakah kau benar-benar ingin pergi?"
Rose menganggukkan kepala.
Rose: "Iya, Ayah.."
John: "Baik. Kau boleh pergi.."
 
Bls: <CERBUNG> The Rose

Rose langsung memeluk ayahnya. Air matanya berlinang.
Rose: "Terimakasih, Ayah.. Aku janji, tidak akan mengecewakan ayah dan ibu. Aku akan membuat kalian bangga padaku."

Keesokan harinya, Rose pamit. Ia meninggalkan kecupan sayang untuk ayah dan ibunya.
Rose menemui Lamarque di sekolah. Dan, kepala perawat itu membantunya masuk ke istana.
Lamarque: "Kau akan tinggal di dalam istana bersama perawat istana lainnya."
Rose: "Baik, Nyonya.."
Lamarque memperkenalkan Rose pada seorang perawat senior, bernama Nicole.
Nicole: "Hai, Rose.. selamat datang di istana.."
Rose: "Jangan panggil aku Nyonya. Usia kita tidak jauh beda. Panggil aku Nicole."
Rose: "Baiklah.. Nicole."
Lamarque senang, melihat keduanya cocok dan langsung akrab.
Lamarque: "Baiklah, kalau begitu. Jaga dirimu Rose.."
Rose: "Iya, Nyonya."
Rose mulai menjalani babak baru dalam hidupnya. Tinggal di istana, menjadi perawat yang sebenarnya. Ia satu kamar dengan Nicole.
Baru Rose tau, Nicole adalah perawat senior yang sudah enam tahun tinggal di istana.
 
Bls: <CERBUNG> The Rose

Sejak ia berusia 13 tahun. Ia perawat yang pandai. Ia bertugas menjadi perawat cadangan di kediaman Ratu Dominique.

Para perawat istana yang baru, dikumpulkan di sebuah ruangan untuk menerima sambutan dari dokter kepala, yaitu.. Dr. Isaac Chid.
Dr. Isaac: "Apa kabar, Nona-Nona?"
Dengan kompak para perawat menjawab, "Baik, Tuan.."
Dr. Isaac tertawa.
Dr. Isaac: "Baiklah.."
Sebelum bicara lebih banyak, ia membetulkan kacamatanya.
Dr. Isaac: "Apa kalian sudah siap bekerja keras di istana ini? Sudah siapkah kalian menerima konsekuensi kerjanya?"
Lagi-lagi dengan kompak para perawat menjawab, "Siap, Tuan.."
Dr. Isaac: "Kalau begitu, aku ucapkan, Selamat datang di Istana ini, dan selamat bergabung dengan tim medis kerajaan. Semoga kalian sukses selalu."
Setelah bicara, ia duduk sebentar. Sementara para perawat keluar dari ruangan.
Dr. Isaac masih membereskan beberapa buku di meja, dan memasukkannya ke dalam tas besar.
 
Bls: <CERBUNG> The Rose

Ada seorang perawat baru yang belum keluar, dan masih duduk di tempatnya. Matanya menatap serius pada Dr. Isaac. Ada segudang tanya timbul di benak gadis itu.

Dr. Isaac belum selesai. Ia tak sadar sedang ada yang menatapnya dengan semakin serius.

Gadis itu adalah..
Dr. Isaac: "Rose?!"
Ia terlonjak kaget, karena melihat Rose ada di dalam ruangan ini. Menjadi seorang perawat istana pula!
Rose: "Mungkin.. akan ada banyak pertanyaan yang harus kau jawab, Dokter.."
Rasa gugup yang hebat menggeluti jiwa dokter itu. Dokter, yang selalu Rose temui.. sering bersama Damian. Kenapa dia ada di istana ini? Menjadi Dokter Kepala? Sungguh di luar dugaan.
Dr. Isaac sibuk memikirkan jawaban yang diharapkan bisa membantu.
 
Bls: <CERBUNG> The Rose

8

Dr. Isaac: "Rose.. bagaimana kau bisa ada di sini?"
Rose: "Aku juga ingin menanyakan hal yang sama padamu. Bagaimana kau bisa ada di sini?"
Gawat! Sepertinya Rose telah mencium bau tak sedap. Yaitu.. KEBOHONGAN.
Dr. Isaac: "Begini, Rose.."
Rose: "Kau tidak perlu menjelaskan apapun saat ini. Satu hal yang ku minta darimu.. Jangan katakan pada Damian, kalau aku ada di Istana ini."
Dr. Isaac: "Ba, baiklah.."
Lalu Rose meninggalkan ruangan itu.

Dr. Isaac berinisiatif memberitahu Lucifer tentang Rose. Tapi, saat baru keluar dari ruangannya, ia bertemu dengan Damian. Hal itu membuatnya sangat terkejut.
Damian: "Kau kenapa? Hh.. seperti melihat hantu saja!"
Dr. Isaac memaksakan senyumnya.
Dr. Isaac: "Kau.. tidak ke sekolah?"
Damian: "Baru pulang. Dan aku ingin menemuimu."
Dr. Isaac: "Sayang sekali. Sekarang aku sedang buru-buru. Mau membeli beberapa obat. Karena persediaan menipis."
Damian: "Mungkin nanti sore. Ya sudah. Aku pergi dulu."
Ia segera berlalu. Tanpa sadar, ia menjatuhkan sesuatu.
 
Bls: <CERBUNG> The Rose

Lalu dipungut oleh Damian.
Damian: "Data perawat istana yang baru..?"

Lucifer ikut terkejut, saat Dr. Isaac menceritakan tentang Rose.
Lucifer: "Gawat! Kalau Damian tau bagaimana?"
Dr. Isaac: "Lebih gawat lagi, kalau Rose tau siapa sebenarnya Damian. Habislah.."

Rose mulai menjalani aktifitasnya sebagai perawat dengan tenang. Ia mendapat tugas untuk merawat Selir Ramona.
Rose senang dengan tugasnya ini. Ia sama sekali tidak menyangka, bisa bertemu lagi dengan wanita anggun yang pernah ia kagumi di London dulu.
Ramona: "Kalian perawat baru yang bertugas untukku, ya?"
Rose dan rekannya, Maria, mengiyakan, apa yang ditanyakan oleh Ramona.
Ramona: "Siapa nama kalian?"
Rose: "Saya Rose."
Maria: "Saya Maria."
Ramona: "Baiklah. Kalau begitu, bekerjalah dengan baik. Dan, jangan terlalu sungkan padaku."
Rose tersenyum.

Rah Digga: "Yang Mulia.. hamba menangkap pertanda tak baik di dalam istana. Ia mulai mendekati kita."
Dominique: "Apa itu?"
Rah Digga: "Belum jelas.. Namun Yang Mulia harus selalu waspada."
 
Back
Top