Pemuda penggali sumur untuk Afrika dan dunia

lala_lulu

New member
Kisah ibu guru Prest tentang kondisi masyarakat Afrika telah menggugah hati Ryan Hreljac. Siswa kelas 1 sekolah dasar (SD) ini lantas menghimpun dana untuk membantu penyediaan air bersih di Afrika.

USIA tidak menjadi halangan bagi siapa pun untuk membantu sesama. Buktinya, Ryan yang saat itu masih berumur 6 tahun bisa mengupayakan sesuatu yang sederhana demi perbaikan hidup orang banyak. Ryan berhasil mengumpulkan uang USD 75 (sekarang Rp 687 000). Awalnya,dia menyangka barisan angka uang yang kecil sanggup meringankan beban masyarakat Afrika.Ternyata perkiraannya agak meleset. “Beberapa orang mungkin hanya membutuhkan angka yang kecil. Namun, warga Afrika butuh lebih banyak angka dan yang pernah kita bayangkan,” ujarnya.

Rencananya, uang itu digunakan untuk membangun sumur di beberapa wilayah perdesaan Afrika. Mengapa sumur, bukan pemberian bahan makanan? Ryan yang kini telah tumbuh sebagai pemuda berusia 19 tahun beralasan bahwa persoalan air bersih di Afrika sangat memprihatinkan. “Sumur berisi air bersih adalah salah satu sumber kebutuhan manusia,” katanya .


Air yang dikonsumsi masyarakat di sana kebanyakan mengandung lumpur dan itu jelas bukan mineral yang baik untuk kesehatan. Ryan turut mencermati kehidupan anak-anak Afrika. Ketika kondisi tubuh tidak sehat, mereka bakal sulit belajar. Dengan dibantu beberapa keluarga, dia kemudian berkoordinasi dengan organisasi nirlaba di Kanada, WaterCan. Betapa terkejutnya Ryan kala WaterCan memastikan dananya tidak mencukupi untuk membangun sumur di Afrika. Menurut WaterCan, Ryan paling tidak harus menyediakan dana sebesar USD 2,000 (sekarang Rp 18,3juta).

Pemuda yang kini berusia 19 tahun ini terperangah saat mendengar angka yang disebutkan WaterCan. Dia menangis karena merasa rencananya gagal. Orang tua Ryan mencoba menenangkan dan meyakinkan bahwa selalu ada jalan keluar di balik niat baik. Di luar dugaan Ryan justru bertanya sesuatu yang membuat orang tuanya terharu. “Apakah niat saya ini baik, Ibu?” kata Ryan kecil seperti dituturkan ibunya.

Beberapa hari kemudian, orang tua Ryan mengajak wali murid untuk berpartisipasi dalam proyek putranya. Usaha mereka ternyata mendapat respons positif. Kurang dari sepekan, orang tua Ryan berhasil mengumpulkan dana lebih dari USD 2000. Ryan bersemangat lagi. Lulusan Sekolah Menengah Umum (SMU) St Michael’s CHS di Kemptville, Ontario ini langsung menghubungi WaterCan. “Kami berhasil mengumpulkan USD 2.000.

Bisakah kita mulai proyek pembuatan sumur di Afrika?” kata Ryan. Januari 1999, pembangunan sumur di 16 negara akhirnya dimulai. Proyek ini tidak cuma dilaksanakan di Afrika, tetapi juga di beberapa negara Asia.




Sumber : Sindo
 
Back
Top