Seputar HIV/AIDS.

Dipi76

New member
Apa itu HIV?

HIV ada singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Virus yang menyebabkan rusaknya/melemahnya sistem kekebalan tubuh manusia.

Bagaimana virus HIV bisa menimbulkan rusaknya sistem kekebalan manusia ?

Virus HIV membutuhkan sel-sel kekebalan kita untuk berkembang biak. Secara alamiah sel kekebalan kita akan dimanfaatkan, bisa diibaratkan seperti mesin fotocopy. Namun virus ini akan merusak mesin fotocopynya setelah mendapatkan hasil copy virus baru dalam jumlah yang cukup banyak. Sehingga lama-kelamaan sel kekebalan kita habis dan jumlah virus menjadi sangat banyak.

Dimanakah virus HIV ini berada ?

HIV berada terutama dalam cairan tubuh manusia. Cairan yang berpotensial mengandung virus HIV adalah darah, cairan sperma, cairan ###### dan air susu ibu. Sedangkan cairan yang tidak berpotensi untuk menularkan virus HIV adalah cairan keringat, air liur, air mata dan lain-lain.

Apakah CD4 itu ?

CD 4 adalah sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel-sel darah putih manusia, terutama sel-sel limfosit. CD 4 pada orang dengan sistem kekebalan yang menurun menjadi sangat penting, karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan dalam memerangi infeksi yang masuk ke tubuh manusia. Pada orang dengan sistem kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar antara 1400-1500. Sedangkan pada orang dengan sistem kekebalan yang terganggu (misal pada orang yang terinfeksi HIV) nilai CD 4 semakin lama akan semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus bisa sampai nol).

Apa fungsi sel CD4 ini sebenarnya ?

Sel yang mempunyai marker CD4 di permukaannya berfungsi untuk melawan berbagai macam infeksi. Di sekitar kita banyak sekali infeksi yang beredar, entah itu berada dalam udara, makanan ataupun minuman. Namun kita tidak setiap saat menjadi sakit, karena CD4 masih bisa berfungsi dengan baik untuk melawan infeksi ini. Jika CD4 berkurang, mikroorganisme yang patogen di sekitar kita tadi akan dengan mudah masuk ke tubuh kita dan menimbulkan penyakit pada tubuh manusia.

Apa gejala orang yang terinfeksi HIV menjadi AIDS?

Bisa dilihat dari 2 gejala yaitu gejala Mayor (umum terjadi) dan gejala Minor (tidak umum terjadi):

Gejala Mayor:
  • Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
  • Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
  • Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
  • Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
  • Demensia/ HIV ensefalopati

Gejala Minor:
  • Batuk menetap lebih dari 1 bulan
  • Dermatitis generalisata
  • Adanya herpes zostermultisegmental dan herpes zoster berulang
  • Kandidias orofaringeal
  • Herpes simpleks kronis progresif
  • Limfadenopati generalisata
  • Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
  • Retinitis virus sitomegalo
Kasus Dewasa:
Bila seorang dewasa (>12 tahun) dianggap AIDS apabila menunjukkan tes HIV positif dengan strategi pemeriksaan yang sesuai dengan sekurang-kurangnya 2 gejala mayor dan 1 gejala minor, dan gejala ini bukan disebabkan oleh keadaan lain yang tidak berkaitan dengan infeksi HIV.

Bagaimana HIV menjadi AIDS?

Ada beberapa Tahapan ketika mulai terinfeksi virus HIV sampai timbul gejala AIDS:

1. Tahap 1: Periode Jendela
  • HIV masuk ke dalam tubuh, sampai terbentuknya antibody terhadap HIV dalam darah
  • Tidak ada tanda2 khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat
  • Test HIV belum bisa mendeteksi keberadaan virus ini
  • Tahap ini disebut periode jendela, umumnya berkisar 2 minggu - 6 bulan
2. Tahap 2: HIV Positif (tanpa gejala) rata-rata selama 5-10 tahun:
  • HIV berkembang biak dalam tubuh
  • Tidak ada tanda-tanda khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat
  • Test HIV sudah dapat mendeteksi status HIV seseorang, karena telah terbentuk antibody terhadap HIV
  • Umumnya tetap tampak sehat selama 5-10 tahun, tergantung daya tahan tubuhnya (rata-rata 8 tahun (di negara berkembang lebih pendek)
3. Tahap 3: HIV Positif (muncul gejala)
  • Sistem kekebalan tubuh semakin turun
  • Mulai muncul gejala infeksi oportunistik, misalnya: pembengkakan kelenjar limfa di seluruh tubuh, diare terus menerus, flu, dll
  • Umumnya berlangsung selama lebih dari 1 bulan, tergantung daya tahan tubuhnya
4. Tahap 4: AIDS
  • Kondisi sistem kekebalan tubuh sangat lemah
  • berbagai penyakit lain (infeksi oportunistik) semakin parah

-dipi-
 
Last edited by a moderator:
Bls: Seputar HIV/AIDS.

Jika teman2 ada pertanyaan seputar HIV/AIDS, jangan ragu2 untuk ditanyakan di sini. Dan sebisa mungkin akan saya jawab.

-dipi-
 
Bls: Seputar HIV/AIDS.

Mitos

Apakah gigitan nyamuk membawa risiko terinfeksi HIV?

HIV tidak menyebar melalui gigitan nyamuk atau gigitan serangga lainnya. Bahkan bila virus masuk ke dalam tubuh nyamuk atau serangga yang menggigit atau mengisap darah, virus tersebut tidak dapat mereproduksi dirinya dalam tubuh serangga. Karena serangga tidak dapat terinfeksi HIV, serangga tidak dapat menularkannya ke tubuh manusia yang digigitnya.

Apakah saya harus khawatir tertular HIV saat melakukan kegiatan olah raga?

Tidak terdapat bukti bahwa HIV dapat ditularkan ketika seseorang melakukan olah raga.

Bisakah saya terkena HIV dari bersentuhan secara biasa? (berjabat tangan, berpelukan, menggunakan toilet, minum dari gelas yang juga digunakan oleh seseorang yang terkena HIV, atau berada berdekatan dengan seseorang yang terinfeksi yang sedang bersin atau batuk)?

HIV tidak ditularkan oleh kontak sehari-hari dalam kegiatan sosial, di sekolah, ataupun di tempat kerja. Anda tidak dapat terinfeksi lantaran anda berjabat tangan, berpelukan, menggunakan toilet yang sama atau minum dari gelas yang sama dengan seseorang yang terinfeksi HIV, atau terpapar batuk atau bersin penyandang infeksi HIV.

Apakah HIV hanya menjangkiti kaum homoseksual dan pengguna narkoba saja?

Tidak. Setiap orang yang melakukan hubungan seks yang tak terlindungi, berbagi penggunaan alat suntikan, atau diberi transfusi dengan darah yang terkontaminasi dapat terinfeksi HIV. Bayi dapat terinfeksi HIV dari ibunya selama masa kehamilan, selama proses persalinan, atau setelah kelahiran melalui pemberian air susu ibu.

Sebanyak 90% kasus HIV merupakan akibat dari penularan seksual dan 60-70%kasus HIV terjadi di kalangan heteroseksual.

Apakah kita dapat mengetahui bahwa seseorang terkena HIV hanya dengan melihat dari penampilannya?

Kita tidak dapat mengetahui bahwa seseorang menyandang HIV atau AIDS hanya dengan melihat penampilan mereka. Seseorang yang terinfeksi HIV bisa saja nampak sehat dan merasa baik-baik saja, namun mereka tetap dapat menularkan virus itu ke anda. Tes darah merupakan satu-satunya cara untuk mengetahui apakah seseorang terinfeksi HIV atau tidak.

Bisakah saya terjangkit lebih dari satu infeksi menular seksual (IMS) pada saat yang bersamaan?

Ya. Anda dapat terkena lebih dari satu infeksi penyakit menular (IMS) pada saat yang bersamaan. Masing-masing infeksi memerlukan pengobatannya sendiri. Anda tidak dapat menjadi kebal terhadap IMS. Anda juga dapat terkena infeksi yang sama berkali-kali. Banyak pria dan wanita yang tidak merasa atau melihat gejala awal apapun ketika mereka pertama kali terinfeksi dengan IMS, kendatipun mereka masih bisa menulari pasangan seksualnya.

Ketika seseorang sedang menjalani terapi antiretroviral, dapatkan dia menularkan HIV kepada orang lain?

Terapi antiretroviral tidak dapat mencegah penularan virus ke orang lain. Terapi dapat membantu menurunkan jumlah virus ke tingkat yang tidak terdeteksi, namun HIV masih tetap ada dalam tubuh, dan dapat ditularkan ke orang lain melalui hubungan seksual, dengan bergantian memakai peralatan suntikan, atau melalui ibu yang menyusui bayinya.
 
Bls: Seputar HIV/AIDS.

Terimakasih info yang sangat dahsyat ini. Semakin ke bawah semakin mata jadi gelap saking ngerinya.

Abah kurang faham istilah macam2 virus, ketika orang berbicara tentang penyakit hepatitis, Abah hanya tau itu adalah penyakit kuning atau tipes.

Nah, yang Abah tanyakan apakah aids ini dikatakan juga dalam bahasa daerahnya sebagai raja singa? Dan, bukankah obatnya sudah ditemukan, tapi untuk sementara waktu ini obatnya masih dirahasiakan karena dalam rangka kampanye agar orang takut terhadap aids dan mau menjaga diri dari perilaku menyimpang yang dapat menyebabkan tersebarnya aids?

Maaf ya, pertanyaannya engga berdasarkan sumber yang akurat, melainkan berdasarkan selentingan dari sebagian orang yang melakukan seks bebas. Semoga Mbak dapat memberi keyakinan baru buat Abah bertolak dari keyakinan tadi.

Terimakasih buanyaaak....
 
Bls: Seputar HIV/AIDS.

Abah kurang faham istilah macam2 virus, ketika orang berbicara tentang penyakit hepatitis, Abah hanya tau itu adalah penyakit kuning atau tipes.
Hepatitis itu banyak macamnya, Abah. Untuk yang sering disebut penyakit kuning itu adalah hepatitis A. Macam2 hepatitis sendiri sering dibagi dalam beberapa kelompok :
Virus hepatitis A
Virus hepatitis A terutama menyebar melalui tinja. Penyebaran ini terjadi akibat buruknya tingkat kebersihan. Di negara-negara berkembang sering terjadi wabah yang penyebarannya terjadi melalui air dan makanan.

Virus hepatitis B
Penularannya tidak semudah virus hepatitis A. Virus hepatitis B ditularkan melalui darah atau produk darah. Penularan biasanya terjadi diantara para pemakai obat yang menggunakan jarum suntik bersama-sama, atau diantara mitra seksual (baik heteroseksual maupun pria homoseksual).

Ibu hamil yang terinfeksi oleh hepatitis B bisa menularkan virus kepada bayi selama proses persalinan. Hepatitis B bisa ditularkan oleh orang sehat yang membawa virus hepatitis B. Di daerah Timur Jauh dan Afrika, beberapa kasus hepatitis B berkembang menjadi hepatitis menahun, sirosis dan kanker hati.

Virus hepatitis C
Menyebabkan minimal 80% kasus hepatitis akibat transfusi darah. Virus hepatitis C ini paling sering ditularkan melalui pemakai obat yang menggunakan jarum bersama-sama. Jarang terjadi penularan melalui hubungan seksual. Untuk alasan yang masih belum jelas, penderita "penyakit hati alkoholik" seringkali menderita hepatitis C.

Virus hepatitis D
Hanya terjadi sebagai rekan-infeksi dari virus hepatitis B dan virus hepatitis D ini menyebabkan infeksi hepatitis B menjadi lebih berat. Yang memiliki resiko tinggi terhadap virus ini adalah pecandu obat.

Virus hepatitis E
Virus hepatitis E kadang menyebabkan wabah yang menyerupai hepatitis A, yang hanya terjadi di negara-negara terbelakang.

Virus hepatitis G
Jenis baru dari virus hepatitis yang telah terdeteksi baru-baru ini.

Nah, yang Abah tanyakan apakah aids ini dikatakan juga dalam bahasa daerahnya sebagai raja singa? Dan, bukankah obatnya sudah ditemukan, tapi untuk sementara waktu ini obatnya masih dirahasiakan karena dalam rangka kampanye agar orang takut terhadap aids dan mau menjaga diri dari perilaku menyimpang yang dapat menyebabkan tersebarnya aids?
Kalo raja singa itu adalah penyakit menular seksual yang sering kita sebut sifilis. Sifilis adalah penyakit kelamin menular yang disebabkan oleh bakteri spiroseta, Treponema pallidum. Penularan biasanya melalui kontak seksual; tetapi, ada beberapa contoh lain seperti kontak langsung dan kongenital sifilis (penularan melalui ibu ke anak dalam uterus).

Dan soal obat HIV/AIDS sampai saat ini belum ditemukan, yang sudah ditemukan adalah antibodi nya. Tapi obat dan vaksinnya belum ditemukan. Obat yang selama ini ada adalah untuk menghambat lajunya perkembangan virus ditubuh penderita.

Soal obatnya dirahasiakan itu adalah isu. :)

-dipi-
 
Last edited:
Bls: Seputar HIV/AIDS.

Penularan

Dimanakah HIV ditemukan?

HIV dapat ditemukan dalam cairan tubuh seperti darah, cairan semen/mani, cairan vagina dan air susu ibu.

Bagaimanakah HIV ditularkan?

HIV ditularkan melalui seks penetratif (anal atau vaginal) dan oral seks; transfusi darah; pemakaian jarum suntik terkontaminasi secara bergantian dalam lingkungan perawatan kesehatan, dan melalui suntikan narkoba; dan melalui ibu ke anak, selama masa kehamilan, persalinan, dan menyusui.

Penularan Secara Seksual:
  • HIV dapat ditularkan melalui seks penetratif yang tidak terlindungi. Sangat sulit untuk menentukan kemungkinan terjadinya infeksi melalui hubungan seks, kendatipun demikian diketahui bahwa risiko infeksi melalui seks vaginal umumnya tinggi. Penularan melalui seks anal dilaporkan memiliki risiko 10 kali lebih tinggi dari seks vaginal. Seseorang dengan infeksi menular seksual (IMS) yang tidak diobati, khususnya yang berkaitan dengan tukak/luka dan duh (cairan yang keluar dari tubuh) memiliki rata-rata 6-10 kali lebih tinggi kemungkinan untuk menularkan atau terjangkit HIV selama hubungan seksual. Dalam hal penularan HIV, seks oral dipandang sebagai kegiatan yang rendah risiko. Risiko dapat meningkat bila terdapat luka atau tukak di sekitar mulut dan jika ejakulasi terjadi di dalam mulut.
  • Penularan melalui pemakaian jarum suntik atau semprit secara bergantian: Menggunakan kembali atau memakai jarum atau semprit secara bergantian merupakan cara penularan HIV yang sangat efisien. Risiko penularan dapat diturunkan secara berarti di kalangan pengguna narkoba suntikan dengan penggunaan jarum dan semprit baru yang sekali pakai, atau dengan melakukan sterilisasi jarum yang tepat sebelum digunakan kembali. Penularan dalam lingkup perawatan kesehatan dapat dikurangi dengan adanya kepatuhan pekerja pelayanan kesehatan terhadap Kewaspadaan Universal (Universal Precautions).
  • Penularan dari Ibu ke Anak: HIV dapat ditularkan ke anak selama masa kehamilan, pada proses persalinan, dan saat menyusui. Pada umumnya, terdapat 15-30% risiko penularan dari ibu ke anak sebelum dan sesudah kelahiran. Sejumlah faktor dapat mempengaruhi risiko infeksi, khususnya jumlah virus (viral load) dari ibu pada saat kelahiran (semakin tinggi jumlah virus, semakin tinggi pula risikonya.). Penularan dari ibu ke anak setelah kelahiran dapat juga terjadi melalui pemberian air susu ibu.
  • Penularan melalui transfusi darah: Kemungkinan risiko terjangkit HIV melalui transfusi darah dan produk- produk darah yang terkontaminasi ternyata lebih tinggi (lebih dari 90%). Kendatipun demikian, penerapan standar keamanan darah menjamin penyediaan darah dan produk- produk darah yang aman, memadai dan berkualitas baik bagi semua pasien yang memerlukan transfusi. Keamanan darah meliputi skrining atas semua darah yang didonorkan guna mengecek HIV dan patogen lain yang dibawa darah, serta pemilihan donor yang cocok.
Bagaimana risiko terkena HIV dari berciuman?

Penularan melalui ciuman di mulut berisiko sangat rendah, dan belum ada bukti bahwa virus HIV dapat menyebar lewat air ludah karena berciuman.

Bagaimana risiko terkena HIV dari penindikan bagian tubuh atau tato?

Risiko penularan HIV terjadi bila alat yang digunakan terkontaminasi virus HIV dan tidak disterilkan terlebih dahulu atau digunakan secara bergantian dengan orang lain. Alat yang digunakan secara disuntikkan pada kulit hendaknya dipakai hanya satu kali, kemudian dibuang atau dicuci dan disterilkan secara seksama.

Bagaimana risiko terkena HIV dari berbagi alat cukur dengan seseorang yang terinfeksi HIV?

Segala jenis pelukaan dengan menggunakan benda yang tidak disterilkan, seperti silet atau pisau, dapat menularkan HIV. Memakai pencukur jenggot secara bergantian hendaknya dihindarkan, kecuali benda-benda tersebut disterilkan sepenuhnya sebelum digunakan.

Apakah berhubungan seks dengan seseorang penyandang HIV-positif aman dilakukan?

Selalu ada risiko penularan bila berhubungan seks dengan seseorang penyandang HIV-positif. Risiko dapat dikurangi secara signifikan bila kondom digunakan secara konsisten dan tepat.

Apakah aman bagi dua orang individu yang terinfeksi untuk secara eksklusif berhubungan seks tanpa perlindungan?

Tidak. Tidaklah aman bagi dua orang yang terinfeksi HIV untuk melakukan hubungan seks yang tak terlindungi karena adanya kemungkinan infeksi ulang dengan HIV tipe lain, dan kemungkinan menularnya infeksi menular seksual (IMS). Penggunaan kondom sangat disarankan ketika kedua pasangan terinfeksi.
 
Pencegahan

Bagaimana infeksi HIV dapat dicegah?

Penularan HIV secara seksual dapat dicegah dengan:
  • berpantang seks
  • hubungan monogami antara pasangan yang tidak terinfeksi
  • seks non-penetratif
  • penggunaan kondom pria atau kondom wanita secara konsisten dan benar
Cara tambahan yang lain untuk menghindari infeksi:

  • Bila anda seorang pengguna narkoba suntikan, selalu gunakan jarum suntik atau semprit baru yang sekali pakai atau jarum yang secara tepat disterilkan sebelum digunakan kembali.
  • Pastikan bahwa darah dan produk darah telah melalui tes HIV dan standar standar keamanan darah dilaksanakan.
Apakah “seks aman” itu?

Tak ada seks yang 100% aman. Seks yang lebih aman menyangkut upaya-upaya kewaspadaan untuk menurunkan potensi penularan dan terkena infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV, saat melakukan hubungan seks. Menggunakan kondom secara tepat dan konsisten selama melakukan hubungan seks dianggap sebagai seks yang lebih aman.

Seberapa efektifkah kondom dalam mencegah HIV?

Kondom yang kualitasnya terjamin adalah satu-satunya produk yang saat ini tersedia untuk melindungi pemakai dari infeksi seksual karena HIV dan infeksi menular seksual (IMS) lainnya. Ketika digunakan secara tepat, kondom terbukti menjadi alat yang efektif untuk mencegah infeksi HIV di kalangan perempuan dan laki-laki.

Walaupun begitu, tidak ada metode perlindungan yang 100% efektif, dan penggunaan kondom tidak dapat menjamin secara mutlak perlindungan terhadap segala infeksi menular seksual (IMS). Agar perlindungan kondom efektif, kondom tersebut harus digunakan secara benar dan konsisten. Penggunaan yang kurang tepat dapat mengakibatkan lepasnya atau bocornya kondom, sehingga menjadi tidak efektif.

Bagaimana penularan dari ibu ke anak dapat dicegah?

Penularan HIV dari seorang ibu yang terinfeksi dapat terjadi selama masa kehamilan, selama proses persalinan atau setelah kelahiran melalui ASI. Tanpa adanya intervensi apapun, sekitar 15% sampai 30% ibu dengan infeksi HIV akan menularkan infeksi selama masa kehamilan dan proses persalinan. Pemberian air susu ibu meningkatkan risiko penularan sekitar 10-15%. Risiko ini tergantung pada faktor- faktor klinis dan bisa saja bervariasi tergantung dari pola dan lamanya masa menyusui.

Penularan dari Ibu ke Anak dapat dikurangi dengan cara berikut:
  • Pengobatan: Jelas bahwa pengobatan preventatif antiretroviral jangka pendek merupakan metode yang efektif dan layak untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke anak. Ketika dikombinasikan dengan dukungan dan konseling makanan bayi, dan penggunaan metode pemberian makanan yang lebih aman, pengobatan ini dapat mengurangi risiko infeksi anak hingga setengahnya. Regimen ARV khususnya didasarkan pada nevirapine atau zidovudine. Nevirapine diberikan dalam satu dosis kepada ibu saat proses persalinan, dan dalam satu dosis kepada anak dalam waktu 72 jam setelah kelahiran. Zidovudine diketahui dapat menurunkan risiko penularan ketika diberikan kepada ibu dalam enam bulan terakhir masa kehamilan, dan melalui infus selama proses persalinan, dan kepada sang bayi selama enam minggu setelah kelahiran. Bahkan bila zidovudine diberikan di saat akhir kehamilan, atau sekitar saat masa persalinan, risiko penularan dapat dikurangi menjadi separuhnya. Secara umum, efektivitas regimen obat-obatan akan sirna bila bayi terus terpapar pada HIV melalui pemberian air susu ibu. Obat-obatan antiretroviral hendaknya hanya dipakai di bawah pengawasan medis.
  • Operasi Caesar: Operasi caesar merupakan prosedur pembedahan di mana bayi dilahirkan melalui sayatan pada dinding perut dan uterus ibunya. Dari jumlah bayi yang terinfeksi melalui penularan ibu ke anak, diyakini bahwa sekitar dua pertiga terinfeksi selama masa kehamilan dan sekitar saat persalinan. Proses persalinan melalui vagina dianggap lebih meningkatkan risiko penularan dari ibu ke anak, sementara operasi caesar telah menunjukkan kemungkinan terjadinya penurunan risiko. Kendatipun demikian, perlu dipertimbangkan juga faktor risiko yang dihadapi sang ibu.
  • Menghindari pemberian ASI: Risiko penularan dari ibu ke anak meningkat tatkala anak disusui. Walaupun ASI dianggap sebagai nutrisi yang terbaik bagi anak, bagi ibu penyandang HIV-positif, sangat dianjurkan untuk mengganti ASI dengan susu formula guna mengurangi risiko penularan terhadap anak. Namun demikian, ini hanya dianjurkan bila susu formula tersebut dapat memenuhi kebutuhan gizi anak, bila formula bayi itu dapat dibuat dalam kondisi yang higienis, dan bila biaya formula bayi itu terjangkau oleh keluarga.
Badan Kesehatan Dunia, WHO, membuat rekomendasi berikut:

Ketika makanan pengganti dapat diterima, layak, harganya terjangkau, berkesinambungan, dan aman, sangat dianjurkan bagi ibu yang terinfeksi HIV-positif untuk tidak menyusui bayinya. Bila sebaliknya, maka pemberian ASI eksklusif direkomendasikan pada bulan pertama kehidupan bayi dan hendaknya diputus sesegera mungkin.

Prosedur apakah yang harus ditempuh oleh seorang petugas kesehatan untuk mencegah penularan dalam setting perawatan kesehatan?

Para pekerja kesehatan hendaknya mengikuti Kewaspadaan Universal (Universal Precaution). Kewaspadaan Universal adalah panduan mengenai pengendalian infeksi yang dikembangkan untuk melindungi para pekerja di bidang kesehatan dan para pasiennya sehingga dapat terhindar dari berbagai penyakit yang disebarkan melalui darah dan cairan tubuh tertentu.

Kewaspadaan Universal meliputi:

  • Cara penanganan dan pembuangan barang-barang tajam (yakni barang-barang yang dapat menimbulkan sayatan atau luka tusukan, termasuk jarum, jarum hipodermik, pisau bedah dan benda tajam lainnya, pisau, perangkat infus, gergaji, remukan/pecahan kaca, dan paku);
  • Mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah dilakukannya semua prosedur;
  • Menggunakan alat pelindung seperti sarung tangan, celemek, jubah, masker dan kacamata pelindung (goggles) saat harus bersentuhan langsung dengan darah dan cairan tubuh lainnya;
  • Melakukan desinfeksi instrumen kerja dan peralatan yang terkontaminasi;
  • Penanganan seprei kotor/bernoda secara tepat.
Selain itu, semua pekerja kesehatan harapnya berhati-hati dan waspada untuk mencegah terjadinya luka yang disebabkan oleh jarum, pisau bedah, dan instrumen atau peralatan yang tajam. Sesuai dengan Kewaspadaan Universal, darah dan cairan tubuh lain dari semua orang harus dianggap telah terinfeksi dengan HIV, tanpa memandang apakah status orang tersebut baru diduga atau sudah diketahui status HIV-nya.

Apa yang harus dilakukan bila anda menduga bahwa anda telah terekspos HIV?

Bila anda menduga bahwa anda telah terpapar HIV, anda hendaknya mendapatkan konseling dan melakukan testing/pemeriksaan HIV. Kewaspadaan hendaknya diambil guna mencegah penyebaran HIV kepada orang lain, seandainya anda benar terinfeksi HIV.


-dipi-
 
Bls: Seputar HIV/AIDS.

Apa itu HIV?

HIV ada singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Virus yang menyebabkan rusaknya/melemahnya sistem kekebalan tubuh manusia.

Bagaimana virus HIV bisa menimbulkan rusaknya sistem kekebalan manusia ?

Virus HIV membutuhkan sel-sel kekebalan kita untuk berkembang biak. Secara alamiah sel kekebalan kita akan dimanfaatkan, bisa diibaratkan seperti mesin fotocopy. Namun virus ini akan merusak mesin fotocopynya setelah mendapatkan hasil copy virus baru dalam jumlah yang cukup banyak. Sehingga lama-kelamaan sel kekebalan kita habis dan jumlah virus menjadi sangat banyak.

Dimanakah virus HIV ini berada ?

HIV berada terutama dalam cairan tubuh manusia. Cairan yang berpotensial mengandung virus HIV adalah darah, cairan sperma, cairan vagina dan air susu ibu. Sedangkan cairan yang tidak berpotensi untuk menularkan virus HIV adalah cairan keringat, air liur, air mata dan lain-lain.

Apakah CD4 itu ?

CD 4 adalah sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel-sel darah putih manusia, terutama sel-sel limfosit. CD 4 pada orang dengan sistem kekebalan yang menurun menjadi sangat penting, karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan dalam memerangi infeksi yang masuk ke tubuh manusia. Pada orang dengan sistem kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar antara 1400-1500. Sedangkan pada orang dengan sistem kekebalan yang terganggu (misal pada orang yang terinfeksi HIV) nilai CD 4 semakin lama akan semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus bisa sampai nol).

Apa fungsi sel CD4 ini sebenarnya ?

Sel yang mempunyai marker CD4 di permukaannya berfungsi untuk melawan berbagai macam infeksi. Di sekitar kita banyak sekali infeksi yang beredar, entah itu berada dalam udara, makanan ataupun minuman. Namun kita tidak setiap saat menjadi sakit, karena CD4 masih bisa berfungsi dengan baik untuk melawan infeksi ini. Jika CD4 berkurang, mikroorganisme yang patogen di sekitar kita tadi akan dengan mudah masuk ke tubuh kita dan menimbulkan penyakit pada tubuh manusia.

Apa gejala orang yang terinfeksi HIV menjadi AIDS?

Bisa dilihat dari 2 gejala yaitu gejala Mayor (umum terjadi) dan gejala Minor (tidak umum terjadi):

Gejala Mayor:
  • Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
  • Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
  • Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
  • Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
  • Demensia/ HIV ensefalopati

Gejala Minor:
  • Batuk menetap lebih dari 1 bulan
  • Dermatitis generalisata
  • Adanya herpes zostermultisegmental dan herpes zoster berulang
  • Kandidias orofaringeal
  • Herpes simpleks kronis progresif
  • Limfadenopati generalisata
  • Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
  • Retinitis virus sitomegalo
Kasus Dewasa:
Bila seorang dewasa (>12 tahun) dianggap AIDS apabila menunjukkan tes HIV positif dengan strategi pemeriksaan yang sesuai dengan sekurang-kurangnya 2 gejala mayor dan 1 gejala minor, dan gejala ini bukan disebabkan oleh keadaan lain yang tidak berkaitan dengan infeksi HIV.

Bagaimana HIV menjadi AIDS?

Ada beberapa Tahapan ketika mulai terinfeksi virus HIV sampai timbul gejala AIDS:

1. Tahap 1: Periode Jendela
  • HIV masuk ke dalam tubuh, sampai terbentuknya antibody terhadap HIV dalam darah
  • Tidak ada tanda2 khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat
  • Test HIV belum bisa mendeteksi keberadaan virus ini
  • Tahap ini disebut periode jendela, umumnya berkisar 2 minggu - 6 bulan
2. Tahap 2: HIV Positif (tanpa gejala) rata-rata selama 5-10 tahun:
  • HIV berkembang biak dalam tubuh
  • Tidak ada tanda-tanda khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat
  • Test HIV sudah dapat mendeteksi status HIV seseorang, karena telah terbentuk antibody terhadap HIV
  • Umumnya tetap tampak sehat selama 5-10 tahun, tergantung daya tahan tubuhnya (rata-rata 8 tahun (di negara berkembang lebih pendek)
3. Tahap 3: HIV Positif (muncul gejala)
  • Sistem kekebalan tubuh semakin turun
  • Mulai muncul gejala infeksi oportunistik, misalnya: pembengkakan kelenjar limfa di seluruh tubuh, diare terus menerus, flu, dll
  • Umumnya berlangsung selama lebih dari 1 bulan, tergantung daya tahan tubuhnya
4. Tahap 4: AIDS
  • Kondisi sistem kekebalan tubuh sangat lemah
  • berbagai penyakit lain (infeksi oportunistik) semakin parah

-dipi-

nice info =b=
 
Bls: Seputar HIV/AIDS.

Adakah obat untuk HIV?

Tidak. Tidak ada obat yang dapat sepenuhnya menyembuhkan HIV/AIDS. Perkembangan penyakit dapat diperlambat namun tidak dapat dihentikan sepenuhnya. Kombinasi yang tepat antara berbagai obat-obatan antiretroviral dapat memperlambat kerusakan yang diakibatkan oleh HIV pada sistem kekebalan tubuh dan menunda awal terjadinya AIDS.

Jenis pengobatan dan perawatan apakah yang tersedia?

Pengobatan dan perawatan yang ada terdiri dari sejumlah unsur yang berbeda, yang meliputi konseling dan tes mandiri (VCT), dukungan bagi pencegahan penularan HIV, konseling tindak lanjut, saran-saran mengenai makanan dan gizi, pengobatan IMS, pengelolaan efek nutrisi, pencegahan dan perawatan infeksi oportunistik (IOS), dan pemberian obat-obatan antiretroviral.

Apakah obat anti retroviral itu?

Obat antiretroviral digunakan dalam pengobatan infeksi HIV. Obat-obatan ini bekerja melawan infeksi itu sendiri dengan cara memperlambat reproduksi HIV dalam tubuh.

Bagaimana cara kerja obat antiretroviral?

Dalam suatu sel yang terinfeksi, HIV mereplikasi diri, yang kemudian dapat menginfeksi sel-sel lain dalam tubuh yang masih sehat. Semakin banyak sel yang diinfeksi HIV, semakin besar dampak yang ditimbulkannya terhadap kekebalan tubuh (immunodeficiency). Obat-obatan antiretroviral memperlambat replikasi sel-sel, yang berarti memperlambat penyebaran virus dalam tubuh, dengan mengganggu proses replikasi dengan berbagai cara.
  • Penghambat Nucleoside Reverse Transcriptase (NRTI)
HIV memerlukan enzim yang disebut reverse transcriptase untuk mereplikasi diri. Jenis obat-obatan ini memperlambat kerja reverse transcriptase dengan cara mencegah proses pengembangbiakkan materi genetik virus tersebut.
  • Penghambat Non-Nucleoside Reverse Transcriptase (NNRTI)
Jenis obat-obatan ini juga mengacaukan replikasi HIV dengan mengikat enzim reverse transcriptase itu sendiri. Hal ini mencegah agar enzim ini tidak bekerja dan menghentikan produksi partikel virus baru dalam sel-sel yang terinfeksi.
  • Penghambat Protease (PI)
Protease merupakan enzim pencernaan yang diperlukan dalam replikasi HIV untuk membentuk partikel-partikel virus baru. Protease memecah belah protein dan enzim dalam sel-sel yang terinfeksi, yang kemudian dapat menginfeksi sel yang lain. Penghambat protease mencegah pemecah-belahan protein dan karenanya memperlambat produksi partikel virus baru.

Obat-obatan lain yang dapat menghambat siklus virus pada tahapan yang lain (seperti masuknya virus dan fusi dengan sel yang belum terinfeksi) saat ini sedang diujikan dalam percobaan-percobaan klinis.

Apakah obat antiretroviral efektif?

Penggunaan ARV dalam kombinasi tiga atau lebih obat-obatan menunjukkan dapat menurunkan jumlah kematian dan penyakit yang terkait dengan AIDS secara dramatis. Walau bukan solusi penyembuhan, kombinasi terapi ARV dapat memperpanjang hidup orang penyandang HIV-positif, membuat mereka lebih sehat, dan hidup lebih produktif dengan mengurangi varaemia (jumlah HIV dalam darah) dan meningkatkan jumlah sel-sel CD4+ (sel-sel darah putih yang penting bagi sistem kekebalan tubuh).

Supaya pengobatan antiretroviral dapat efektif untuk waktu yang lama, jenis obat-obatan antiretroviral yang berbeda perlu dikombinasikan. Inilah yang disebut sebagai terapi kombinasi. Istilah ‘Highly Active Anti-Retroviral Therapy’ (HAART) digunakan untuk menyebut kombinasi dari tiga atau lebih obat anti HIV.

Bila hanya satu obat digunakan sendirian, diketahui bahwa dalam beberapa waktu, perubahan dalam virus menjadikannya mampu mengembangkan resistensi terhadap obat tersebut. Obat tersebut akhirnya menjadi tidak efektif lagi dan virus mulai bereproduksi kembali dalam jumlah yang sama seperti sebelum dilakukan pengobatan. Bila dua atau lebih obat-obatan digunakan bersamaan, tingkat perkembangan resistensi dapat dikurangi secara substansial. Biasanya, kombinasi tersebut terdiri atas dua obat yang bekerja menghambat reverse transcriptase enzyme dan satu obat penghambat protease. Obat-obatan anti retroviral hendaknya hanya diminum di bawah pengawasan medis.

Mengapa ARV tidak siap tersedia?

Di negara-negara berkembang, hanya sekitar 5% dari mereka yang membutuhkan dapat memperoleh pengobatan antiretroviral, sementara di negera-negara berpendapatan tinggi akses tersebut hampir universal. Masalahnya adalah harga obat-obatan yang tinggi, infrastruktur perawatan kesehatan yang tidak memadai, dan kurangnya sumber pembiayaan, menghalangi penggunaan perawatan kombinasi ARV secara meluas di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Sebanyak 12 obat-obatan ARV telah diikutsertakan dalam Daftar Obat-obatan Esensial WHO (WHO Essential Medicines List). Diikutsertakannya ARV dalam Daftar Obat-obatan Esensial WHO akan mendorong pemerintah di negara-negara dengan epidemi tinggi untuk lebih memperluas pendistribusian obat-obatan esensial tersebut kepada mereka yang memerlukannya. Sementara itu, meningkatnya komitmen ekonomi dan politik di tahun-tahun terakhir ini, yang distimulir oleh orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA), masyarakat sipil dan mitra lainnya, telah membuka ruang bagi perluasan akses terhadap terapi HIV secara luar biasa.

Perawatan jenis apakah yang tersedia ketika akses ARV tidak tersedia?

Unsur-unsur perawatan lain dapat membantu mempertahankan kualitas hidup tinggi saat ARV tidak tersedia. Unsur-unsur ini meliputi nutrisi yang memadai, konseling, pencegahan dan pengobatan infeksi oportunistik, dan menjaga kesehatan pada umumnya.

Apakah PEP itu?

Perawatan Pencegahan Pasca Pajanan terdiri dari pengobatan, tes laboratorium dan konseling. Pengobatan PEP harus dimulai dalam hitungan jam dari saat kemungkinan pajanan HIV dan harus berlanjut selama sekitar empat minggu. Pengobatan PEP belum terbukti dapat mencegah penularan HIV. Kendatipun demikian, kajian-kajian penelitian menunjukkan bahwa bila pengobatan dapat dilaksanakan lebih cepat setelah kemungkinan pajanan HIV (idealnya dalam waktu dua jam dan tak lebih dari 72 jam setelah pajanan), pengobatan tersebut mungkin bermanfaat dalam mencegah infeksi HIV.

Note :
Pajanan adalah peristiwa yang menimbulkan risiko penularan.


-dipi-
 
Bls: Seputar HIV/AIDS.

klo saya boleh share masalah HIV hubungannya dengan Gizi :

Gizi yang baik membantu menjaga sistem kekebalan tubuh yang kuat, memungkinkan Anda untuk lebih baik melawan penyakit. Diet sehat meningkatkan kualitas hidup.

Berat badan, wasting, dan gizi buruk terus menjadi masalah umum dalam HIV, walaupun obat antiretroviral yang lebih efektif, dan dapat memberikan kontribusi untuk perkembangan penyakit HIV.

sehingga dpt disimpulkan : Gizi yang baik membantu proses tubuh dalam mengobati HIV.
 
Bls: Seputar HIV/AIDS.

Yap benar sekali, gizi adalah hal yang sangat penting untuk diperhatikan bagi ODHA dalam melawan HIV sebelum masuk ke fase AIDS.

-dipi-
 
Bls: Seputar HIV/AIDS.

Apakah tes HIV?

Tes HIV merupakan pengujian untuk mengetahui apakah HIV ada dalam tubuh seseorang. Tes HIV yang umumnya digunakan adalah yang mendeteksi antibodi yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh dalam merespons HIV, karena antibodi itu lebih mudah (dan lebih murah) dideteksi dibanding pendeteksian virus itu sendiri. Antibodi diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh dalam merespons suatu infeksi.

Bagi sebagian besar orang, antibodi tersebut memerlukan waktu tiga bulan untuk berkembang. Dalam beberapa kasus yang jarang terjadi, antibodi ini perlu sampai enam bulan untuk berkembang.

Setelah kemungkinan pajanan, berapa lamakah saya harus menunggu sebelum menjalani tes HIV?

Hendaknya anda menunggu tiga bulan setelah pajanan sebelum dites HIV. Walaupun tes antibodi HIV sangat sensitif, ada “periode jendela” selama tiga sampai 12 minggu, yang merupakan periode antara terinfeksi HIV dengan kemunculan antibodi yang dapat dideteksi. Dalam hal tes anti HIV paling sensitif yang saat ini direkomendasikan, ?periode jendela?-nya adalah sekitar tiga minggu. Periode ini bisa saja lebih lama bila tes yang kurang sensitif yang digunakan.

Selama “periode jendela”, orang yang terinfeksi HIV tidak memiliki antibodi yang dapat dideteksi oleh tes HIV dalam darahnya. Kendatipun demikian, seseorang mungkin sudah memiliki HIV dalam kadar tinggi dalam cairan tubuhnya seperti darah, cairan semen, cairan vagina, dan ASI. HIV dapat ditularkan ke orang lain selama “periode jendela” ini, walau tes HIV mungkin saja tidak menunjukkan bahwa anda tidak terinfeksi HIV.

Mengapa saya harus menjalani tes HIV?

Ada dua keuntungan penting bila anda mengetahui status HIV. Pertama, bila anda terinfeksi HIV, anda dapat mengambil langkah-langkah yang dipandang perlu sebelum gejala muncul, yang secara potensial dapat memperpanjang hidup anda selama beberapa tahun. Kedua, bila anda tahu bahwa anda terinfeksi, anda dapat mengambil segala kewaspadaan yang dipandang perlu untuk mencegah penyebaran HIV kepada orang lain.

Di mana saya dapat menjalani tes/ pemeriksaan?

Banyak tempat di mana anda dapat dites HIV: di kantor praktek dokter swasta, departemen kesehatan setempat, rumah sakit, klinik keluarga berencana, dan tempat-tempat yang secara khusus dibangun untuk pengetesan HIV. Cobalah untuk mencari tahu tentang tes di tempat dimana konseling HIV/AIDS diberikan.

Apakah hasil tes saya bersifat rahasia?

Semua orang yang melakukan tes HIV harus memberikan izin sebelum dites. Hasil tes harus mutlak dijaga kerahasiaannya.

Ada berbagai jenis tes yang tersedia:
  • Tes HIV rahasia
Para ahli kesehatan yang menangani tes HIV menyimpan hasil tes dalam data medis secara rahasia. Hasil tidak dapat dibagi dengan orang lain tanpa izin tertulis dari orang yang dites.
  • Tes HIV Anonim
nama orang yang dites tidak digunakan dalam kaitannya dengan tes tersebut. Sebagai gantinya, sebuah nomor kode diterakan dalam tes, yang memungkinkan individu yang dites menerima hasil tes. Tidak ada dokumen tersimpan yang dapat mengaitkan orang dengan tesnya.

Kerahasiaan bersama (shared confidentiality) dianjurkan, dalam artian kerahasiaan tersebut juga dipegang oleh orang lain yang mungkin meliputi anggota keluarga, orang yang dicintai, para pengasuh, dan teman-teman yang layak dipercaya. Namun perlu hati-hati dalam membuka hasil tes HIV karena dapat menimbulkan diskriminasi dalam perawatan kesehatan, serta lingkungan profesi dan sosial. Oleh karena itu keputusan atas kerahasiaan bersama harus sepenuhnya atas kehendak orang yang akan dites. Walaupun hasil tes HIV sebaiknya tetap dijaga kerahasiaannya, para ahli seperti konselor, pekerja sosial, dan pekerja kesehatan perlu juga untuk mengetahui status HIV-positif seseorang dalam upaya memberikan perawatan yang sesuai.

Apa yang harus saya lakukan ketika saya terjangkit HIV?

Berkat perkembangan pengobatan baru, kini terdapat lebih banyak orang yang hidup dengan HIV (ODHA) dapat menjalani hidup yang lebih sehat dan lebih lama. Sangatlah penting bagi anda untuk memiliki dokter yang tahu bagaimana cara perawatan HIV. Konselor atau perawat terlatih dapat memberikan konseling dan merekomendasikan dokter yang tepat.

Selain itu, anda dapat melakukan hal-hal berikut agar tetap sehat:
  • Ikuti petunjuk dokter anda. Atur dan tepai janji dengan dokter. Bila dokter anda memberi resep, minumlah sesuai dengan yang tertera dalam resepnya.
  • Lakukan imunisasi (suntikan) untuk mencegah infeksi seperti pneumonia dan flu (setelah berkonsultasi dengan dokter anda).
  • Bila anda merokok atau anda menggunakan obat-obatan yang tidak diresepkan oleh dokter anda, segera hentikan.
  • Makan makanan yang sehat.
  • Berolahragalah secara teratur agar tetap sehat dan kuat.
  • Tidur dan beristirahatlah dengan cukup.
Apa artinya bila tes HIV saya hasilnya negatif?

Hasil tes yang negatif berarti bahwa di dalam darah anda, tidak terdapat antibodi HIV saat Anda melakukan tes. Bila anda negatif, pastikan bahwa anda tetap seperti itu: pelajari berbagai fakta mengenai penularan HIV dan hindarkan diri agar tidak terjerumus dalam perilaku yang tidak aman.

Kendatipun demikian, masih terdapat kemungkinan terinfeksi, karena sistem kekebalan tubuh memerlukan waktu sampai tiga bulan untuk memproduksi antibodi dalam jumlah yang cukup untuk mengindikasikan infeksi dalam tes darah anda. Sangat disarankan untuk melakukan tes ulang beberapa waktu setelah tes pertama itu, dan seraya menunggunya, anda bersifat waspada. Selama “periode jendela” sangat besar kemungkinan seseorang untuk menularkan, dan karenanya, anda hendaknya melakukan berbagai upaya untuk mencegah kemungkinan terjadinya penularan.

get-tested.gif
 
Bls: Seputar HIV/AIDS.

Kisah para ODHA
HIV/AIDS: perjuangan menghadapi bom waktu

Dalam sebuah rumah berdinding semen dan berkamar tiga di Sorong, Papua Barat, impian Angelina pun perlahan memudar. Dulu ia pernah bercita-cita untuk menjadi seorang polisi wanita “karena saya melihat mereka membantu dan melindungi orang.”

Namun sudah lama impian itu sirna. Pada Juni 2002, suaminya yang bekerja sebagai ahli mekanik meninggal. Enam bulan kemudian bayi perempuan pertamanya pun juga meninggal. Baru pada bulan Oktober ia tahu penyebabnya. Belum juga hilang kesedihannya, perempuan 21 tahun itu diberitahu bahwa ia terinfeksi HIV. Kemungkinan besar suaminya terjangkit virus itu dari pekerja seks.

Angelina hanya salah satu korban yang polos dan tidak tahu menahu tentang HIV di Indonesia. Ia hanya orang biasa yang bahkan tidak pernah melakukan tindakan beresiko tetapi tertular oleh orang yang berkelakuan tidak baik. Tentu saja banyak perhatian tercurah pada penyebaran HIV/AIDS di antara kelompok-kelompok yang beresiko. Tapi UNICEF justru memfokuskan pada anak muda dalam upayanya mencegah penularan virus ke masyarakat luas.

Sebagian besar anak muda Indonesia tidak tahu mengenai HIV/AIDS dan penyebarannya. Hanya sedikit yang mendapat informasi yang tepat tentang penyakit itu. Dalam satu penelitian, hanya satu dari tiga pelajar sekolah menengah atas di Jakarta yang tahu persis cara pencegahan penularan virus secara seksual.

Kurangnya pengetahuan ini menjadi sebuah bom waktu di daerah-daerah seperti Papua. Di sana anak muda mulai aktif secara seksual pada awal masa pubertas. Dengan memberikan pelatihan pada guru-guru sekolah menengah atas di Papua tentang ketrampilan hidup dan HIV/AIDS, UNICEF berharap generasi muda di Papua akan memahami konsekuensi dari seks yang tidak aman.

Menyangkut pendidikan sebagai satu pilar strategi lima tahun HIV/AIDS, pemerintah Indonesia tetap berjalan di tempat. Karena itu UNICEF mencoba langkah berbeda dengan menyentuh langsung pelajar sekolah menengah atas.

“Saat kita berada di sekolah, kita mengkombinasikan strategi pendidikan ketrampilan hidup dan pendidikan sebaya untuk mencegah penularan HIV dan penyalahgunaan obat-obatan. Strategi itu pada dasarnya dirancang untuk memberikan kaum muda ketrampilan komunikasi antar pribadi, kreatifitas, kepercayaan diri, harga diri dan daya pikir kritis. Ini perlu untuk membantu mereka jika menghadapi kesempatan untuk mencoba obat-obatan atau melakukan seks yang tidak aman,” kata Rachel Odede, kepala unit HIV/AIDS UNICEF Indonesia.

Hambatan utama untuk pendidikan orang Indonesia adalah keyakinan bahwa penyakit ini hanya menjangkiti “orang tidak baik” dan memang mereka layak mendapatkannya. Orang yang terinfeksi HIV/AIDS pun diberi stigma dan dipaksa pergi dari kampung halaman mereka. Mereka ditolak berobat ke dokter, diancam, dijauhi dan disingkirkan. Ketakutan dan stigma semacam itulah yang membuat para tetangga dan bahkan anggota keluarga Angelina tidak tahu sama sekali penyakitnya.

“Saya anggota aktif di gereja. Saya tidak ingin orang melihat ke saya dan berkata ‘Lihat, orang itu putrinya sakit’”, kata Yakobus, ayahnya. Ia seorang guru sekolah dasar yang mengambil pensiun dini untuk merawat putri bungsunya itu.

Meski orang Indonesia yang sekuler telah mengenal program keluarga berencana dengan slogan ‘dua anak cukup’, pembicaraan mengenai seks masih dianggap tabu oleh sebagian penduduk yang sebagian besar Muslim dan konservatif ini. Saat ini epidemi HIV/AIDS terkonsentrasi pada tingkat penularan HIV yang masih rendah pada penduduk secara umum. Namun pada populasi tertentu, tingkat penularannya cukup tinggi, yaitu di antara para pekerja seks komersil dan pengguna jarum suntik yang kian meningkat.

Seperti halnya Viet Nam dan China, epidemi HIV/AIDS di Indonesia masih digolongkan baru timbul. Para pakar memperkirakan ada sekitar 90.000 sampai 130.000 orang Indonesia yang terjangkit HIV. Tapi UNICEF yakin angka ini akan bertambah jika tidak ada perubahan perilaku populasi yang beresiko dan menjadi perantara.

Tidak sulit melihat gambaran penularan ini di masyarakat umum. Diperkirakan ada 7 sampai 10 juta laki-laki Indonesia mengunjungi pelacuran tiap tahunnya. Mereka biasanya enggan menggunakan kondom. Diperkirakan juga ribuan perempuan telah terinfeksi secara seksual oleh laki-laki yang menyuntikkan obat-obatan.

“Pada tahun-tahun setelah krisis moneter, kami melihat makin banyak orang muda pergi ke kota untuk mencari pekerjaan. Tampak pula terjadi peningkatan jumlah pekerja seks dan pengguna jarum suntik (IDU),” kata Dr Barakbah, kepala unit penyakit menular Rumah Sakit Dr Soetomo, Surabaya. “Kita akan melihat lonjakan kasus AIDS dalam beberapa tahun mendatang. Kita juga melihat pertumbuhan eksponensial pada kasus-kasus HIV yang dilaporkan, terutama yang berasal dari tempat pelacuran. Penyebarannya sedang memasuki tahap ketiga, yang mengarah ke AIDS. Kami melihat makin banyak pasien,” tambahnya.

Untuk mengetahui bagaimana skenario ini terkuak, lihatlah kisah pekerja seks berusia 16 tahun, Reena (bukan nama sebenarnya). Ia beroperasi di Surabaya, daerah seks terbesar di Asia. Ia terinfeksi HIV positif dan ia tidak tahu. Ia pun tetap melayani tamunya sampai 12 orang tiap minggunya. Tak satupun para pelanggannya dan beberapa ‘pacarnya’ itu yang menggunakan kondom.

Orang-orang tersebut adalah di antara 2.000 lebih pelaut yang singgah setiap minggunya di Surabaya, ibu kota Jawa Timur yang juga pusat pengiriman barang antara Jawa, Sulawesi, dan kepulauan bagian timur Indonesia.

Orang dari seluruh penjuru Nusantara menjuluki Surabaya dengan istilah ‘tiga M’ dalam kaitannya dengan penularan HIV/AIDS, yaitu “Men (laki-laki), Money (uang ) dan Mobility (mobilitas)”.

Saat ini instansi-instansi makin menaruh perhatian terhadap cepatnya penularan HIV/AIDS terhadap generasi muda Indonesia yang menggunakan jarum suntik. Sebagian besar dari mereka berumur dua puluhan dan aktif secara seksual.

Di beberapa daerah di Jakarta, diperkirakan 90 persen pengguna terkena HIV positif. Beberapa tahun lalu, demografi para pengguna obat-obatan mulai meningkat karena jatuhnya harga heroin dan para ahli kimia Indonesia mulai membuat shabu-shabu dalam jumlah besar (bahkan cukup untuk menjadi eksporter obat bius).

Seperti halnya di Thailand, penggunaan obat-obatan menarik para orang miskin di kota di Indonesia. Merekalah kelompok yang sulit diberi pengertian mengenai jarum suntik pribadi dan bersih.

Untuk mendorong kaum muda untuk memanfaatkan layanan pengujian dan konseling, UNICEF memberi dukungan teknis dan finansial kepada beberapa lembaga swadaya masyarakat untuk membantu generasi muda putus sekolah yang rentan terhadap penyalahgunaan obat dan eksploitasi seks.

Tapi lembaga-lembaga ini tidak bisa berjuang sendirian. Untuk memberi pemahaman ke masyarakat yang lebih luas, mereka butuh dukungan dan sumber-sumber dari pemerintah pusat dan daerah. Sayangnya, instansi pemerintah enggan untuk memimpin gerakan ini karena penyakit itu dianggap sebagai akibat dari ‘tindakan amoral’.

Beberapa langkah baru telah diambil. Para gubernur dari daerah-daerah yang penularannya parah bersedia menandatangani perjanjian dan bersumpah untuk memusatkan segala sumber mereka untuk kemajuan penyuluhan mengenai penyakit itu. Tapi rupanya masih terlalu banyak hal yang harus dikerjakan.

“Tantangan terdekat yang saya lihat adalah menterjemahkan strategi HIV/AIDS menjadi rencana tindak yang operasional dan konkrit,” kata Odede.
Sumber: UNICEF
 
Bls: Seputar HIV/AIDS.

Pencegahan Penularan dari Ibu ke bayi (Prevention of Mother-to-child Transmission -PMTCT)

Penularan HIV dari ibu ke bayi (MTCT-mother-to-child transmission) selama proses kehamilan, persalinan dan kelahiran atau menyusui disebut sebagai penularan/transmisi perinatal. Penularan secara vertical terjadi dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayinya. Penularan perinatal ini adalah cara penularan HIV yang paling sering pada bayi dan anak. Secara statistik di US diperkirakan 6,051 orang yang terinfeksi HIV secata perinatal akan mengalami AIDS pada akhir tahun 2005.

Untuk itu diperlukan program pencegahan penularan infeksi HIV dari ibu ke bayi (PMCT). Pogram pencegahan tersebut melibatkan ibu dengan infeksi HIV, anak mereka dan keluarganya ke dalam pengobatan, pelayanan dan dukungan. Dasar dari program pencegahan infeksi HIV ibu ke anak (PMTCT) :
  • Tes HIV dan konseling
  • Obat antiretroviral (obat yang menurunkan pertambahan dan jumlah virus HIV)
  • Pelayanan persalinan yang aman
  • Pelayanan pemberian nutrisi bagi bayi yang aman
Pelayanan PMTCT melibatkan pasangan, dimana keduanya (ibu dan pasangan) harus sadar akan pentingnya hubungan seks yang aman selama kehamilan dan menyusui, keduanya melakukan tes dan konsultasi HIV, keduanya peduli dan disediakan pelayanan PMTCT.

Faktor-faktor risiko penularan dari ibu ke bayi selama kehamilan :
  • Viral load yang tinggi pada ibu ( HIV/AIDS baru atau tahap lanjut)
  • Infeksi plasenta oleh virus, bakteri dan parasit (terutama malaria)
  • Infeksi menular seksual
  • Kurang gizi pada ibu
Faktor-faktor risiko penularan dari ibu ke bayi selama persalian dan kelahiran :
  • Viral load yang tinggi pada ibu ( HIV/AIDS baru atau tahap lanjut)
  • Ketuban pecah lebih dari 4 jam sebelum proses persalinan dimulai
  • Cara kelahiran yang invasif
  • Anak pertama pada kelahiran ganda
  • Peradangan pada selaput yang menyelimuti janin (korioamnionitis)
Faktor-faktor risiko penularan dari ibu ke bayi selama menyusui :
  • Viral load yang tinggi pada ibu ( HIV/AIDS baru atau tahap lanjut)
  • Durasi lama menyusui
  • Pemberian air susu dengan nutrisi pengganti yang diberikan awal
  • Abses payudara/ Peradangan atau lecet pada putting (cracked nipples)
  • Kekurangan gizi pada ibu
  • Penyakit mulut pada bayi
Oleh Karena itu strategi-strategi dari Pencegahan penularan dari ibu ke bayi (PMCTC) :

1.Pencegahan infeksi HIV
  • Promosi hubungan seksual yang bertanggung jawab dan aman
  • Menyediakan akses kepada kondom
  • Menyedialkan pelayanan untuk diagnosis dini dan pengobatan infeksi menular seksual
  • Membuat tes HIV dan konseling tersedia luas
  • Menyediakan konseling untuk perempuan HIV negatif
2.Pencegahan kehamilan tak diinginkan pada perempuan dengan infeksi HIV :
  • Menyediakan pelayanan keluarga berencana yang efektif
  • Promosi kepada kontrasepsi yang aman dan efektif
  • Promosi hubungan seks yang aman
3.Pencegahan penularan ibu ke bayi
  • Menyediakan tes dan konseling HIV
  • Menyediakan pengobatan dan pencegahan dengan obat antiretroviral
  • Promosi praktek kelahiran yang aman
  • Edukasi dan dukungan pada praktek pemberian nutrisi untuk bayi yang aman
4. Menyediakan pelayanan pengobatan, dukungan dan perawatan kepada perempuan dengan infeksi HIV, bayi dan keluarga mereka
  • Menyediakan pelayanan pengobatan, perawatan dan dukungan kepada perempuan
  • Menyediakan diagnosis awal, prawatan dan dukungan kepada bayi dan anak yang terinfeksi HIV
  • Promosi kepada layanan berbasis komunitas untuk memberikan pelayanan keluarga yang menyeluruh.

-dipi-
 
Bls: Seputar HIV/AIDS.

VCT atau Voluntary Counseling and Testing untuk HIV-AIDS

Saat ini HIV dan AIDS tidak hanya identik dengan beberapa komunitas, seperti Gay, PSK, Waria saja, tapi seorang ibu rumah tangga yang baik pun bisa terkena. Banyak hal yang bisa menyebabkan si Ibu tertular, bisa lewat suaminya yang tanpa sadar menularkan karena berhubungan sex dengan pasangan lain tanpa pengaman. Dan lebih parah si ibu bisa menularkan kepada bayinya saat mengandung.

HIV ada disekitar kita, di depan, di belakang, di samping dan dimanapun. HIV senantiasa menanti kelengahan kita, maka waspadalah kita oleh kelakuan atau aktifitas yang beresiko tertular HIV.

Orang yang positif HIV dengan orang yang sehat itu tidak bisa dibedakan, maka janganlah kita terjebak dengan penampilan luarnya saja. Untuk mengetahui seseorang Negatif atau Positif tertular HIV hanya bisa dilakukan lewat testing HIV.

Untuk mengetahui seseorang terkena HIV-AIDS dilakukan pemeriksaan yang tidaklah semudah pemeriksaan penyakit lain. Dikarenakan HIV-AIDS merupakan penyakit yang masih memiliki stigma masyarakat yang besar, dan belum ditemukannya terapi untuk penyembuhan, pemeriksaan dilakukan dengan metode yang di sebut VCT atau Voluntary Counseling and Testing.

Perbedaan dari VCT dengan pemeriksaan lain adanya tahap konseling dan testing HIV secara sukarela, artinya pasien memeriksakan dirinya tanpa adanya paksaan. VCT sendiri terdiri dari 3 tahap yaitu konseling Pre Test, testing HIV dan konseling Pasca Testing ( Post Test ).

Konseling pretest yang memberikan info pasien mengerti HIV-AIDS, memberikan persiapan pada pasien jika hasil test negative ataupun positif, termasuk merubah prilaku yang beresiko. Sedangkan konseling post test berguna untuk membantu penderita informasi maupun bantuan berupa care, support ataupun treatment. Sedangkan jika negative memberikan dorongan lebih kuat untuk merubah perilaku yang beresiko.

VCT sangat dianjurkan bagi siapapun yang merasa beresiko, baik dikarenakan hubungan sex bebas yang tidak aman, penggunaan jarum suntik narkoba bergantian, atau dari ibu ( yang sudah mengidap HIV/AIDS ) ke bayi baik saat dalam kandungan maupun saat menyusui.

Kenapa VCT dianjurkan ? Ini di sebabkan ketiga kategori yang diatas tadi sangat rentan sekali untuk resiko tertular virus HIV.

Untuk yang merasa termasuk dalam kelompok beresiko, jangan takut untuk melakukan tes, karena rasa takut itu timbul dari diri kita sendiri. Baru setelah mengerti dan paham tentang VCT, cobalah untuk melakukan tes HIV.

Secara Individual,VCT memiliki manfaat:
  • Mengurangi perilaku beresiko tertular HIV
  • Membantu seseorang memahami status HIVnya
  • Mengarahkan orang dengan HIV-AIDS
  • Merencanakan perubahan perilaku
Di tingkat masyarakat
  • Mengurangi rasa takut kita dan mitos terhadap HIV yang bisa menjadi pandangan buruk ( stigma )
  • Memutus mata rantai penularan HIV dalam masyarakat
Perlu di ingat juga, bahwa VCT bukan hanya sekedar mengetahui status positif atau negatif saja, tapi lebih utama adalah perubahan perilaku. Percuma hasil negatif jika tidak diikuti dengan perubahan perilaku. Jika tidak bisa berubah, maka siap-siap saja nanti jika hasilnya berubah menjadi positif.

-dipi-
 
Bls: Seputar HIV/AIDS.

Pelayanan VCT di DKI Jakarta

RSUPN Cipto Mangunkusumo
Jl. Dipenogoro
Jakarta Pusat

RSAL Mintoharjo
Jl. Bendungan Hilir
Jakarta Pusat

RSPAD Gatot Subroto
Jl. Abulrahman Soleh
Jakarta Pusat

RS Kramat 128
Jl. Kramat Raya
Jakarta Pusat

RS ST. Carolus
Jl. Raya Salemba
Jakarta Pusat

RSPI Sulianti Saroso
Jl. Sunter Permai
Jakarta Utara

RSUD Koja
Jl. Deli
Jakarta Utara

RSU Persahabatan
Jl. Persahabatan Raya
Jakarta Timur

RSUD Duren Sawit
Jl. Duren Sawit Baru
Jakarta Timur

RS Polri Dr. Sukanto
Jl. Kramat Jati
Jakarta Timur

RSUD Pasar Rebo
Jl. TB Simatupang
Jakarta Timur

RSUD Budi Asih
Jl. Dewi Sartika
Jakarta Timur

RS Dharmais
Jl. Letjen S Parman
Jakarta Barat

RSAB Harapan Kita
Jl. Letjen S Parman
Jakarta Barat

RSUD Cengkareng
Jl. Kamal Raya
Jakarta Barat

RSUD Tarakan
Jl. Kyai Caringin
Jakarta Barat

RSU Fatmawati
Jl. RS Fatmawati Cilandak
Jakarta Selatan

RSKO Cibubur
Jl. Lapangan Tembak
Jakarta Selatan

RS UKI
Jl. Letjen Soetoyo
Jakarta Timur

Puskesmas Gambir
Jl. Tanah Abang
Jakarta Pusat

Puskesmas Kemayoran
Jl. Serdang Baru
Jakarta Pusat

Puskesmas KKP Tanjung Priok
Jl. Pelabuhan
Jakarta Utara

Puskesmas Koja
Jl. Walang Permai
Jakarta Utara

Puskesmas Penjaringan
Jl. Teluk Gong Raya
Jakarta Utara

Puskesmas Tambora
Jl. Krendang Utara
Jakarta Barat

Puskesmas Taman Sari
Jl. Madu
Jakarta Barat

Puskesmas Kelurahan Mangga Besar
Jl. Brutus
Jakarta Barat

Puskesmas Grogol Petamburan
Jl. Wijaya II
Jakarta Barat

Puskesmas Kalideres
Jl. Satu Maret
Jakarta Barat

Puskesmas Tebet
Jl. Dr. Soepomo
Jakarta Selatan

Puskesmas Setia Budi
Jl. Halimun
Jakarta Selatan

Puskesmas Cilandak
Jl. Komplek BNI
Jakarta Selatan

Puskesmas Kebayoran Lama
Jl. Ciputat Raya
Jakarta Selatan

Puskesmas Pasar Minggu
Jl. Raya Jati Padang
Jakarta Selatan

Puskesmas Pancoran
Jl. Potlot
Jakarta Selatan

Puskesmas Jatinegara
Jl. Wedana Dalam
Jakarta Timur

Puskesmas Pulo Gadung
Jl. Kayu Putih
Jakarta Timur

Puskesmas Kramat Jati
Jl Inpres
Jakarta Timur

Puskesmas Pasar Rebo
Jl. Lapankali Sari
Jakarta Timur

Sumber : Komisi Penanggulangan Aids Nasional.

-dipi-
 
Info nya penting bgt.... sangat bermanfaat nih. apa ada obat alternatif sprt (iklan di bbrp blog n situs) XAMto....Plus dan Tranf.Factr.... dapat mengobati, dan menyembuhkan?

Aduh lupa lagi bro apakah HomeTesKit (rapid test) dapat digunakan untuk mengetahui kita terinfeksi? n apakah test dgn RapiD setelah JendelaPeriod (lebih dari 4-6 bulan) akurat? atau hs tes Lab?

TQ Bro


Hari-hari
 
Back
Top