berbagi arsip perkuliahan

dianapple

New member
pertama perkenalkan dahulu...
saia seorang mahasiswa biologi salah satu universitas negeri di Indonesia...
saia saat ini sedang semester 5....
hihihi~ IP saia gk pernah bagus... tapi saia PD klo laporan praktikum saia pantas diacungin jempoL... cos tmn'' n senior dah banyak yg blg koq... :D

klo ad yg butuh laporan praktikum.. silahkan hubungi saia... insyaAllah saia bantu...

ini sedikit dari salah satu laporan praktikum saia...
klo bisa melampirkan, saia lampirin deh semua nih...

ABSTRAK
Praktikum yang berjudul, “Embriologi Ayam” bertujuan untuk mempelajari perkembangan bentuk dan struktur embrio ayam, dimulai dari umur 18 jam sampai 96 jam dalam pengeraman dan untuk mempelajari perkembangan struktur atau oogenesispada embrio ayam dimulai dari umur 24 jam sampai 72 jam pengeraman dan untuk mempelajari histogénesis awal dari beberapa organ. Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 26 Mei 2010 pukul 13:30-15:30 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Inderalaya. Alat yang digunakan adalah alat tulis, gunting, dan piring plastik. Dan bahan yang digunakan adalah telur Turnix suscitator berumur 24 jam, 48 jam, dan 72 jam pengeraman. Adapun hasil yang didapat adalah berupa gambar bagian-bagian dari telur Turnix suscitator pada masing-masing masa pengeraman. Kesimpulan yang didapat adalah pada masa pengeraman 24 jam hanya tampak telur dengan yolk, albumin dan amnionnya, pada masa pengeraman terlihat pada embrio terdapat sedikit calon sayap pembuluh darah yang terlihat belum jelas, dan pada embrio berusia 72 jam terdapat jantung yang berdetak, calon sayap, neural forus anterior, mesen sefalon, vena vitelina, zona pelusida dan bagian dari telur lainnya seperti yolk, albumin, chalaza, dan amnion yang juga ditemukan pada pengamatan terhadap embrio usia 24 jam dan 48 jam.











BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Embriologi mencakup yaitu Progenese, Embriogenese, dan Organogenese. Embriologi dalam arti yang luas meliputi perkembangan embrio pralahir dan perkembangan pasca lahir atau partus, karena perkembangan makhluk adalah berkelanjutan. Progenese adalah periodenya dari perkembangan embrio atau sel kelamin dahulu sampai yang kedua sel kelamin tersebut menyatu padu dan menjadi zigot, proses progenese tersebut dengan progenesis. Embriogenesis meliputi blastogenesis dan pembentukan emrio. Blastogenesis meliputi blastogenese dan meliputi perkembangan zigot menjadi morulasi, blastulasi, dan gastrulasi serta prosesnya masing-masing ini disebut seperti diatas. Perkembangan embrio dalam arti lebih luas berupa bagaimana ovum dan sperma diproduksi, tindak lanjut dan informasi yang terkait (Sukra 2000 : 80).
Sistem reproduksi unggas terdiri dari indung telur (ovary) dan oviduk (oviduct), yaitu saluran yangmenghubungkan indung telur dengan rahim. Telur unggas berupa sel reproduksi sementara, tetapi khusus ayam, sel ini diselimuti oleh kuning telur (yolk), putih telur (albumen), selaput kerabang, kerabang, dan kutikula. Indung telurlah yang bertanggung jawab untuk membentuk kuning telur. Bagian yang lain dihasilkan oleh oviduk. Pada awal perkembangan embrio, terdapat dua indung telur dan dua oviduk, tetapi yang sebelah kanan kemudian mengecil, menyisakan hanya indung telur dan oviduk kiri pada saat menetas (Katsir 2004 : 33).
Pada preparat utuh atau whole mount 16-20 jam terdapat 6 penampakan bagian stria primitifa, head process, dan diferensiasi blastoderm. Blastoderm dibagi menjadi 2, yaitu area opaca dan areal pellucia yang di mana area pellucia terletak di bagian dalam, jernih, dan juga bebas fitelgus, sedangkan area opaca di bagian luar yang berpulas lebih tua dan penuh vitellus. Stria primitifanya terletak sepanjang sumbu tengah merupakan titik-titik mesoderm yang berkumpul di tengah menjadi batas. Primitif knod (nodus hensen) merupakan suatu simpul diujung dari anterior stria primitif, head processus berupa sebuah garis membentuk head fold dan proamnion yang mana berupa daerah bening disebelah anterior lipatan kepala pada preparat whole 23-27 jam blastodermnya pada area dari areal opacanya ini terbagi menjadi dua, yaitu area yang opaca vaskulosa, yang penuh pulau-pulau darah bagian dalam dan area opaca vitellina, penuh vitellus bagian luarnya. Kepala merupakan bagian kepala yang telah terangkat dari blastoderm. Susunan syarafnya terdiri dari neural ford yang merupakan lipatan neural, syaraf selanjutnya yaitu neural grove (Sukra 2000 : 80).
Pada masa perngeraman yang ke-33 jam sudah mulai memblok janatung ke kanan dan sudah terbendung satu pasang aorta dan vena vitellina. Sistem syaraf pun mulai berdiferensiasi dan juga terlihat penebalan pada lateran prosensepalon yang disebut vesikula optik. Pada masa 45-50 jam terjadi perubahan yang sangat jelas dan terjadi torsi atau perputaran dari bagian anterior dari pada embrionya, sehingga bagian kiri kepala dibagian sebalah kiri kepala. Bumbung naural sudah menutup sampai ke posterior jantung, mata sudah lebih sempurna juga vesikula bagian optiknya (Dellman 1999 : 423).
Dengan penambahan lemak dan protein dalam ransom ayam petelur dibuktikan meningkatkan ukuran kuning telur, tetapi kurang bermanfaat dari segi praktis. Ukuran kuning telur bukan berhubungan dengan laju produksi telur, tetapi lebih erat hubungannya dengan pertama kali dalam satu clutch, biasanya akan berisi kuning telur yang lebih besar dari telur-telur yang dikeluarkan berikutnya. Lokasi piring kecambah (germinal disc) selalu berada di permukaan masa kuning telur. Bagitu telur diletakkan, kuning telur berputar sehingga cakram kecambah selalu berada di atas (Kimball 1999 : 165).

1.2. Tujuan Praktikum
Praktikum kali ini bertujuan untuk mempelajari perkembangan bentuk dan struktur embrio ayam, dimulai dari umur 18 jam sampai 96 jam dalam pengeraman dan untuk mempelajari perkembangan struktur atau oogenesispada embrio ayam dimulai dari umur 24 jam sampai 72 jam pengeraman dan untuk mempelajari histogénesis awal dari beberapa organ.




















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Reptilia, Aves, dan Mammalia tergolong pada hewan jenis amniota, karena janinnya mempunyai selaput embrional yang dinamakan amnion. Tipe telur burung adalah telolecithal, tetapi oleh karena detoplasmanya banyak sekali, maka dinamakan megalecithal. Bagian aktif pada sel telur atau pada pembelahan sel telur burung, yaitu keping lembaganya atau blastidiscnya. Pembelahan bertujuan untuk mendapatkan banyak sel yang semuanya mengandung perangkat gen yang identik. Sel ini berdiferensiasi membentuk bermacam-macam sel yang berbeda fungsi, contohnya sel saraf, sel otot, sel lemak, sel darah, dan lain-lain. Pola pembelahan bervariasi tergantung pada spesies hewan tersebut. Faktor penentu pola pembelahan diantaranya nucleus. Sintesis dari protein, jumlah, dan distribusi yolk dalam sitoplasma yang berfungsi sebagai penentu dimulainya pembelahan dan ukuran blastomer yang dibentuk yolk menghambat jalannya pembelahan dan faktor-faktor dalam sitoplasma (Campbell 2004 : 94).
Pada Reptil dan Aves bagian tepi blastoderm berdiferensiasi menjadi area opaka. Sel-sel tepi area opaka berkembang menjadi tiga lapis, yaitu (1) ektoderm, (2) mesoderm, dan (3) endoderm, dan bersatu dengan tiga lapisan yang ada di daerah area pellusida. Lapisan ectoderm melekat pada permukaan kuning telur. Pada ayam selama hari kedua dan ketiga masa pengeraman di bagian dalam area opaka berkembang jala-jala pembuluh darah, bagian ini disebut area vaskulosa (Sukra 2000 : 131).
Masa pengeraman 19 sampai dengan 21 jam, pada stadium ini pola bagian anterior dari nealis hansen telah berkembang sistem saraf yang berbentuk lekuk netral dan juga sudah terbentuk lipat kepala. Anterior dari lipatan kepala terlihat daerah bening, karena pada daerah ini tidak ada penyebaran sel bakal mesoderm. Pada janin 21 sampai 23 jam, mesoderm pada kedua belah dari notokhor berdiferensiasi menjadi somit-somit mesoderm. Somit-somit mesoderm ada tanda yang seksama dari tingkat pertumbuhan dari janin-janin dengan jumlah somit yang sama. Pada janin 24 jam, lipatan neural pertama-tama terjadi di muka mosit-somit pertama, mesoderm telah terbentuk 4 sampai 5 pasang somit mesoderm yang keduanya dikiri kanan notokhor di bagian tengah janin. Mesoderm merupakan lapis benih yang akan berkembang menjadi berbagai organ dan menjadi proporsi (bagian) yang tersebar dibandingkan dengan ectoderm dan mesoderm. Somit adalah segmen atau ruas mesoderm tampak berpasangan di bagian dorsal embrio. Pada embrio ayam jumlah pasangan somit selaras dengan umur yaitu 19 ditambah jumlah pasangan somit (Nalbandov 1999 : 97).
Pembelahan dimulai sewaktu sel telur oviduk, disini telur mendapatkan albumen dan selaput-selaputnya. Albumen kental yang berputar karena telur waktu melalui oviduk jalannya berputar-putar sehingga albumennya turut berputar, disebut kalaza yang fungsinya untuk menjaga agar sel telur tetap terletak central di dalam albumen dna keping lembaganya selalu menghadap ke atas. Karena detoplasmanya banyak sekali, pembelahan berlangsung lebih sukar dan terbatas pada suatu keping pada kutub animal, di sini berlangsung pembelahan partital atau pembelahan meroblastis (Campbell 2004 : 94).
Pada pembelahan, contohnya Gallus gallus terjadi sebelum telur dikeluarkan oleh induk, karena dapat diketahui bahwa fertilisasinya terjadi secara internal dan perkembangan yang mudah diamati pada masa saat pengeraman di mana pada masa pengeraman yang 16 jam terjadi pertumbuhan yang sangat cepat dan akan dilihat suatu daerah lekukan yang bagian tanggulnya pada pinggir di daerah median blastidiscus. Daerah ini disebut daerah primitif embrio nantinya akan berkembang anterior di garis ini. Pada pengeraman 19 sampai 20 jam, pada stadium ini anterior dari nodus hensen telah berkembang sistem syarafnya yang masih berupa lekukan neural (neural groove) dan juga di sini sudah terbentuk lipat kepala (Syahrum 1998 : 29).
Pada masa pengeraman 24 sampai 26 jam, pada jam inkubasi telah terbentuk satu pasang somit lateral notokhor. Somit-somit berikutnya akan terbentuk posterior yang pertama dalam setiap jam, sedangkan lipatan kepala akan diikuti oleh pembentukkan usus depan. Pembentukan selaput embrio pada ayam, yaitu mulai dari proamnion di depan lipat kepala embrio umur 33 jam. Proamnion melipat ke dorsal mengurungi calon kepala. Lipatan diikuti bagian lateral, akhirnya mengurungi bagian anterior embrio. Pada jam 35 inkubasi, akan terbentuk jantung, yaitu dari mesoderm spalnchich pada kaki-kaki porta usus depan. Sedangkan pada mesoderm spalnchnich lainnya akan terbentuk pulau-pulau darah. Masa pengeraman 33 jam, pada masa ini jantung sudah mulai mebelok ke kanan dan sudah terbentuk satu pasang aorta dan vena vitellina. Sistem syaraf juga sudah mulai berdiferensiasi dan lateral prosen sevalon terlihat penebalan yang disebut vesikula optik. Sedangkan bagian posterior pada bumbung naural masih berupa keping yang disebut sinus rhombardalis. Porta usus depan sudah lebih ke posterior. Embrio pada 48 sampai 50 jam, amnion mengurung sampai bagian lengkung leher, diikuti lipatan dari caudal. Sebelum menutup, lipatan dari segala arah masih meninggalkan lubang sebagai amnion khorion, akhirnya lubang tertutup sehingga lipatan dalam membentuk dinding amnion dan lapis luar terpisah dengan dinding amnion, sebagai lapisan khorio-amniota. Bersamaan dengan pembentukan amnion dan khorion di bagian caudal membentuk kantung sebagai allantois (Nalbandov 1999 : 98).
Embrio berkembang dalam perlindungan agar terhindar dari pengaruh luar yang negatif. Embrio yang berkembang dalam tubuh dilengkapi dengan alat komunikasi dengan induk, yaitu plasenta. Embrio yang berkembang di luar tubuh dilengkapi pelindung yang kuat dan keras, yaitu kulit kapur atau kapsul. Pada permulaan terjadinya gastrulasi di daerah blastoderm terlihat adanya perbedaan darah atau daerah yang gelap dan yang bneing. Daerah yang gelap adanya yang pinggir, disebut area opaka, sedangkan yang bening adanya ditengah disebut area pellusida (Sadler 1998 : 79).
Pada ayam, pembelahan terjadi sebelum telur dikeluarkan oelh induk, dna hal ini disebabkan karena fertilisasi yang bersifat internal. Perkembangan yang mudah diamati adalah pada masa pengeraman. Masa pengeraman pada 16 jam terjadi pertumbuhan yang cepat akan terlihat suatu daerah lekukan yang pada pinggirnya bertanggul pada daerah median plastodiscus. Daerah ini disebut dengan daerah primitif. Pada masa ini embrio nantinya akan berkembang pada daerah anterior dari garis ini. Pada masa pengeraman 72 jam, daerah embrio sampai ke caudal. Arteri dan vena vitellina sudah berdekatan. Tunas anggota depan dan belakang sudah terlihat juga tunas ekor. Pada stadium ini, organ yang sudah terbentuk dapat diamati. Bersamaan jumlah dan penyebaran yolk, pada telur ayam termasuk dalam tipe telur megalecithal atau melolecithal ekstrim, karena pada telur ayam terdapat banyak sekali yolk dan tersebar merata sehingga nukleus dengan sedikit neoplasma tersedak ke permukaan pada sel telurnya, yang disebut dengan keping lembaga (Nalbandov 1999 : 100).




























BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 26 Mei 2010 pukul 13:30-15:30 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Inderalaya.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah alat tulis, gunting, dan piring plastik. Dan bahan yang digunakan adalah telur Turnix suscitator berumur 24 jam, 48 jam, dan 72 jam pengeraman.
3.3. Cara Kerja
Disiapkan piring plastic, masing-masing diletakkan telur dengan masing-masing umur pengeraman. Telur dipecahkan dengan hati-hati dan diletakkan ke dalam piring plastik. Diamati bagian-bagian yang terbentuk pada telur Turnix suscitator. Digambar dan diberi keterangan gambar.




buad selengkapnya atau yang lain ada...
bisa dikirim lewad email....

saia mau ilmu yg saia miliki bermanfaat buad org banyak...
pengalaman toh harus dibagi''....
tapi saia g suka ma org yg mencuri...
cos laporan saia yang tebel bangedH semester 4 lalu dicuri ma org,,, diduga pelakunya ada junior angkatan bawah saia...
sebenernya gak ikhlas... pgnnya dy ngaku n balikin, saia kasi soft file deh... >:'(>:'(>:'(>:'(>:'(

menjengkelkan... T_T
 
Bls: berbagi arsip perkuliahan

Terimakasih sudah mau berbagi di forum ini Non, jelas berguna dong. Nah, ini kesempatan bagi para mahasiswa buat sharing disini.
 
Bls: berbagi arsip perkuliahan

LAPORAN PRAKTIKUM
BIOLOGI UMUM II
“PENGARUH ALLELOPATI JENIS TUMBUHAN TERHADAP PERKECAMBAHAN”



Oleh:

Nama : Dian Octarina
NIM : 08081004023
Asisten : Ayu Dian Mardita
Kelompok : III (Tiga)


LABORATORIUM ZOOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2009
ABSTRAK
Praktikum yang berjudul, “Pengaruh Allelopati Jenis Tumbuhan Terhadap Perkecambahan bertujuan untuk mempelajari pengaruh allelopati dari jenis tumbuhan terhadap perkecambahan tanaman. Praktikum dilaksanakan pada hari Jum’at, 15-22 Mei 2009 pukul 13.30-15.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Inderalaya. Alat yang digunakan adalah blender, cawan petri, corong penyaring, gelas ukur 10 cc, kapas/tissue, kertas saring, mangkuk pengerus, penggaris, pipet tetes, piring plastik, dan pisau/gunting sedangkan bahan yang digunakan adalah Acacia mangium, akuades, Phaseolus radiates, Zea mays. Dari percobaan, didapat hasil yaitu kita dapat mengetahui pengaruh allelopati Acacia mangium terhadap pertumbuhan Phaseolus radiates dan Zea mays, serta faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan. Kesimpulan yang didapat pada praktikum ini adalah allelopati menghambat pertumbuhan tumbuhan jenis lain yang tumbuh yang bersaing dengan tumbuhan allelopati tersebut.

















BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Ilmu yang mempelajari ekosistem disebut ekologi. Ekologi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu oikos dan logos. Oikos artinya rumah atau tempat tinggal, dan logos artinya ilmu. Ekologi merupakan cabang ilmu yang masih relatif baru, yang baru muncul pada tahun 70-an. Akan tetapi, ekologi mempunyai pengaruh yang besar terhadap cabang biologinya. Ekologi mempelajari bagaimana makhluk hidup dapat mempertahankan kehidupannya dengan mengadakan hubungan atarmakhluk hidup dan dengan benda tak hidup di dalam tempat hidupnya atau lingkungannya (Anonima 2009 : 1).
Para ahli ekologi mempelajari hal berikut : pertama, perpindahan energi dan materi dari makhluk hidup yang satu ke makhluk hidup yang lain ke dalam lingkungannya dan faktor-faktor yang menyebabkannya. Kedua, perubahan populasi atau spesies pada waktu yang berbeda dalam faktor-faktor yang menyebabkannya. Dan ketiga, terjadi hubungan antarspesies (interaksi antarspesies) makhluk hidup dan hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Komponen-komponen pembentuk ekosistem adalah komponen hidup (biotik) dan komponen tak hidup (abiotik). Kedua komponen tersebut berada pada suatu tempat dan berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang teratur (Anonima 2009 : 1).
Alelopati merupakan sebuah fenomena yang berupa bentuk interaksi antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya melalui senyawa kimia (Rohman dan I wayan Sumberartha, 2001). Sedangkan menurut Odum (1971) dalam Rohman dan I wayan Sumberartha (2001) alelopati merupakan suatu peristiwa dimana suatu individu tumbuhan yang menghasilkan zat kimia dan dapat menghambat pertumbuhan jenis yang lain yang tumbuh bersaing dengan tumbuhan tersebut. Istilah ini mulai digunakan oleh Molisch pada tahun 1937 yang diartikan sebagai pengaruh negatif dari suatu jenis tumbuhan tingkat tinggi terhadap perkecambahan, pertumbuhan, dan pembuahan jenis-jenis lainnya. Kemampuan untuk menghambat pertumbuhan tumbuhan lain merupakan akibat adanya suatu senyawa kimia tertentu yang terdapat pada suatu jenis tumbuhan (Anonimb 2009 : 1).
Zat-zat kimia atau bahan organik yang bersifat allelopathy dapat dibagi menjadi dua golongan berdasarkan pengaruhnya terhadap tumbuhan atau tanaman lain, yaitu autotoxin, yaitu zat kimia bersifat allelopathy dari suatu tumbuhan yang dapat mematikan atau menghambat pertumbuhan anaknya sendiri atau individu lain yang sama jenisnya dan antitoxic, yaitu zat kimia bersifat allelopathy dari suatu tumbuhan yang dapat mematikan atau menghambat pertumbuhan tumbuhan lain yang berbeda jenisnya (Indrianto 2006 : 15).
Zat-zat kimia atau bahan organik yang bersifat allelopathy dilepaskan oleh tumbuhan penghasilnya ke lingkungan tumbuhan lain melalui beberapa cara antara lain melalui serasah yang telah jatuh kemudian membusuk, melalui pencucian daun atau batang oleh air hujan, melalui penguapan dari permukaan organ-organ tumbuhan, dan eksudasi melalui akar (root exudation) ke dalam tanah. Contoh jenis tumbuhan yang mengeluarkan zat kimia bersifat allelopatyy melalui daun, misalnya Adenostena fasciculatum, Eucalyptus globules, Camelina alyssum, Erenophylla mitchellii, yang mengeluarkan zat allelopathy melalui perakaran misalnya gandum, gandum hitam, dan apel, sedangkan yang mengeluarkan zat Allelopathy melalui pembusukan nisalnya Helianthus, Aster, dan Agropyron repens (Indrianto 2006 : 16).
1.2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mempelajari pengaruh alelopati dari jenis tumbuhan terhadap perkecambahan tanaman.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Interaksi antarkomponen ekologi dapatmerupakan interaksi antarorganisme, antarpopulasi, dan antarkomunitas. Interaksi antar organisme dimana semua makhluk hidup selalu bergantung kepada makhluk hidup yang lain. Tiap individu akan selalu berhubungan dengan individu lain yang sejenis atau lain jenis, baik individu dalam satu populasinya atau individu-individu dari populasi lain. Interaksi demikian banyak kita lihat di sekitar kita. Interaksi antar organisme dalam komunitas ada yang sangat erat dan ada yang kurang erat. Interaksi antarorganisme dapat dikategorikan sebagai netral, predasi, parasitisme, komensalisme, dan mutualisme. Netral yakni hubungan tidak saling mengganggu antarorganisme dalam habitat yang sama yang bersifat tidak menguntungkan dan tidak merugikan kedua belah pihak, disebut netral. Contohnya, antara capung dan sapi. Predasi adalah hubungan antara mangsa dan pemangsa (predator). Hubungan ini sangat erat sebab tanpa mangsa, predator tak dapat hidup. Sebaliknya, predator juga berfungsi sebagai pengontrol populasi mangsa (Anonimf 2009 : 1)
Interaksi antarpopulasi, yakni terjadi antara populasi yang satu dengan populasi lain selalu terjadi interaksi secara langsung atau tidak langsung dalam komunitasnya.Contoh interaksi antarpopulasi adalah alelopati. Allelopathy merupakan interaksi antarpopulasi, bila populasi yang satu menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain. Contohnya, di sekitar pohon walnut (juglans) jarang ditumbuhi tumbuhan lain karena tumbuhan ini menghasilkan zat yang bersifat toksik. Pada mikroorganisme istilah alelopati dikenal sebagai anabiosa.Contoh, jamur Penicillium sp. dapat menghasilkan antibiotika yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri tertentu. Kompetisi merupakan interaksi antarpopulasi, bila antarpopulasi terdapat kepentingan yang sama sehingga terjadi persaingan untuk mendapatkan apa yang diperlukan. Contoh, persaingan antara populasi kambing dengan populasi sapi di padang rumput (Anonimf 2009 : 1).
Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan sistem tumpang sari yaitu pada pohon-pohon yang ada. Pohon-pohon yang terdapat pada areal hutan yang akan digunakan sebagai tanaman utama, dapat mengeluarkan zat-zat penghambat tumbuh yang dikenal dengan allelopathy. Zat-zat penghambat tumbuh yang paling umum adalah senyawa-senyawa aromatic seperti fenol dan laktan, alkaloid tertentu, asam organic dan asam lemak bahkan ion-ion logam dapat juga bertindak sebagai penghambat. Pengaruh buruk dari allelopathy berupa gangguan atau hambatan pada perbanyakan dan perpanjangan sel, aktifitas giberalin dan Indole Acetid Acid ( IAA ), penyerapan hara, laju fotosintesis, respirasi, pembukaan mulut daun, sintesa protein, aktivitas enzim tertentu dan lain-lain. Patrick (1971) dalam Salampessy (1998) menyatakan bahwa hambatan allelopathy dapat pula berbentuk pengurangan dan kelambatan perkecambahan biji, penahanan pertumbuhan tanaman, gangguan sistim perakaran, klorosis, layu, bahkan kematian tanaman (Anonimc 2009 : 1).
Alelopati merupakan sebuah fenomena yang berupa bentuk interaksi antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya melalui senyawa kimia (Rohman dan I wayan Sumberartha, 2001). Sedangkan menurut Odum (1971) dalam Rohman dan I wayan Sumberartha (2001) alelopati merupakan suatu peristiwa dimana suatu individu tumbuhan yang menghasilkan zat kimia dan dapat menghambat pertumbuhan jenis yang lain yang tumbuh bersaing dengan tumbuhan tersebut. Istilah ini mulai digunakan oleh Molisch pada tahun 1937 yang diartikan sebagai pengaruh negatif dari suatu jenis tumbuhan tingkat tinggi terhadap perkecambahan, pertumbuhan, dan pembuahan jenis-jenis lainnya. Kemampuan untuk menghambat pertumbuhan tumbuhan lain merupakan akibat adanya suatu senyawa kimia tertentu yang terdapat pada suatu jenis tumbuhan. Dalam Rohman dan I wayan Sumberartha (2001) disebutkan bahwa senyawa-senyawa kimia tersebut dapat ditemukan pada jaringan tumbuhan (daun, batang, akar, rhizoma, bunga, buah, dan biji). Lebih lanjut dijelaskan bahwa senyawa-senyawa tersebut dapat terlepas dari jaringan tumbuhan melalui berbagai cara yaitu melalui penguapan, eksudat akar, pencucian, dan pembusukan bagian-bagian organ yang mati (Anonimd 2009 : 1).
Melalui penguapan, senyawa alelopati ada yang dilepaskan melalui penguapan. Beberapa genus tumbuhan yang melepaskan senyawa alelopati melalui penguapan adalah Artemisia, Eucalyptus, dan Salvia. Senyawa kimianya termasuk ke dalam golongan terpenoid. Senyawa ini dapat diserap oleh tumbuhan di sekitarnya dalam bentuk uap, bentuk embun, dan dapat pula masuk ke dalam tanah yang akan diserap akar. Eksudat akar, banyak terdapat senyawa kimia yang dapat dilepaskan oleh akar tumbuhan (eksudat akar), yang kebanyakan berasal dari asam-asam benzoat, sinamat, dan fenolat. Pencucian, sejumlah senyawa kimia dapat tercuci dari bagian-bagian tumbuhan yang berada di atas permukaan tanah oleh air hujan atau tetesan embun (Anonimd 2009 : 1).
Hasil cucian daun tumbuhan Crysanthemum sangat beracun, sehingga tidak ada jenis tumbuhan lain yang dapat hidup di bawah naungan tumbuhan ini. Pembusukan organ tumbuhan, setelah tumbuhan atau bagian-bagian organnya mati, senyawa-senyawa kimia yang mudah larut dapat tercuci dengan cepat. Sel-sel pada bagian-bagian organ yang mati akan kehilangan permeabilitas membrannya dan dengan mudah senyawa-senyawa kimia yang ada didalamnya dilepaskan. Beberapa jenis mulsa dapat meracuni tanaman budidaya atau jenis-jenis tanaman yang ditanam pada musim berikutnya. Selain melalui cara-cara tersebut, pada tumbuhan yang masih hidup dapat mengeluarkan senyawa alelopati lewat organ yang berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah. Demikian juga tumbuhan yang sudah matipun dapat melepaskan senyawa alelopati lewat organ yang berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah (Anonimd 2009 : 1).
Alelopati tentunya menguntungkan bagi spesies yang menghasilkannya, namun merugikan bagi tumbuhan sasaran. Oleh karena itu, tumbuhan-tumbuhan yang menghasilkan alelokimia umumnya mendominasi daerah-daerah tertentu, sehingga populasi hunian umumnya adalah populasi jenis tumbuhan penghasil alelokimia. Dengan adanya proses interaksi ini, maka penyerapan nutrisi dan air dapat terkonsenterasi pada tumbuhan penghasil alelokimia dan tumbuhan tertentu yang toleran terhadap senyawa ini. Proses pembentukkan senyawa alelopati sungguh merupakan proses interaksi antarspesies atau antarpopulasi yang menunjukkan suatu kemampuan suatu organisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup dengan berkompetisi dengan organisme lainnya, baik dalam hal makanan, habitat, atau dalam hal lainnya (Anonime 2009 : 1).
Senyawa-senyawa kimia dari dalam tubuh tumbuhan yang bersifat allelopathy misalnya phenolic, terpenes, alkaloids, nitrils, glycosides, difenol, asam benzoate, asam lemak, koumarin, fanin, slfida, glucocida, parin dan nucleocida. Beberapa jenis tumbuhan penghasil sat allelopathy antara lain, Juglans nigra, Salvia leucophylla, Parthenium argentatum, Arthemisia absinthium dan A. vulgaris, Encelia farinose, Hordeum vulgare, Helianthus annuus, dan diduga jenis tumbuhan lainnya yang diduga menghasilkan zat allelopathy, yaitu genus Eucalyptus, Acacia, pinus, Eucelia, Hordeum, grevillea, Camelina, Adenostena, Erenophylla, dan Agropyron (Indrianto 2006 : 15).
Alelokimia pada tumbuhan dilepas ke lingkungan dan mencapai organisme sasaran melalui penguapan, eksudasi akar, pelindian, dan atau dekomposisi. Setiap jenis alelokimia dilepas dengan mekanisme tertentu tergantung pada organ pembentuknya dan bentuk atau sifat kimianya. Mekanisme pengaruh alelokimia (khususnya yang menghambat) terhadap pertumbuhan dan perkembangan organisme (khususnya tumbuhan) sasaran melalui serangkaian proses yang cukup kompleks, namun menurut Einhellig (1995) proses tersebut diawali di membran plasma dengan terjadinya kekacauan struktur, modifikasi saluran membran, atau hilangnya fungsi enzim ATP-ase. Hal ini akan berpengaruh terhadap penyerapan dan konsentrasi ion dan air yang kemudian mempengaruhi pembukaan stomata dan proses fotosintesis. Hambatan berikutnya mungkin terjadi dalam proses sintesis protein, pigmen dan senyawa karbon lain, serta aktivitas beberapa fitohormon. Sebagian atau seluruh hambatan tersebut kemudian bermuara pada terganggunya pembelahan dan pembesaran sel yang akhirnya menghambat pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan sasaran (Anonime 2009 : 1).









BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada hari Jum’at , 15-22 Mei 2009, pukul 13.30-15.00 WIB bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Inderalaya.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah blender, cawan petri, corong penyaring, gelas ukur 10 cc, kapas/tissue, kertas saring, mangkuk pengerus, penggaris, pipet tetes, piring plastik, dan pisau/gunting sedangkan bahan yang digunakan adalah Acacia mangium, akuades, Phaseolus radiatus, Zea mays.
3.3. Cara Kerja
Dibuat ekstrak Acacia mangium, daun akasia dipotong-potong kecil untuk mempermudah penggilingan dan pemblenderan. Ditimbang potongan daun akasia. Dicampur potongan akasia dengan air dengan perbandingan (w/v) 1:7 ; 1:14 ; 1:21 ; 1:0 (kontrol) dan diblender sampai halus untuk masing-masing perlakuan. Disaring ekstrak hasil pemblenderan. Disimpan hasil ekstrak di dalam lemari es (freezer) selama 24 jam. Dipilih biji jagung dan kacang hijau yang berkualitas baik (besar, tidak rusak, tenggelam dalam air). Ditaburkan biji jagung dan kacang hijau (10 buah) pada piring plastik. Disira dengan ekstrak Acacia mangium sesuai dengan masing-masing perlakuan, sebanyak 10 tetes (setiap hari). Diamati selama 1 minggu dan dihitung panjang perkecambahan bijinya.





BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Dari praktikum yang telah dilaksanakan, didapat hasil sebagai berikut:
Pada Phaseolus radiatus maupun Zea mays, tidak tejadi pertumbuhan kecambah.
4.2. Pembahasan
Allelopathy berpengaruh dalam pertumbuhan tumbuhan disekitarnya. Allelopathy dapat menghambat atau mematikan pertumbuhan/perkecambahan. Hal ini sesuai dengan Anonimc (2009 : 1) bahwa zat-zat penghambat tumbuh yang paling umum adalah senyawa-senyawa aromatic seperti fenol dan laktan, alkaloid tertentu, asam organik dan asam lemak bahkan ion-ion logam dapat juga bertindak sebagai penghambat. Pengaruh buruk dari alleolopathy berupa gangguan atau hambatan pada perbanyakan dan perpanjangan sel, aktifitas giberalin dan Indole Acetid Acid ( IAA ), penyerapan hara, laju fotosintesis, respirasi, pembukaan mulut daun, sintesa protein, aktivitas enzim tertentu dan lain-lain. Hambatan allelopathy dapat pula berbentuk pengurangan dan kelambatan perkecambahan biji, penahanan pertumbuhan tanaman, gangguan sistim perakaran, klorosis, layu, bahkan kematian tanaman.
Perkecambahan benih dapat dipengaruhi oleh faktor yang meliputi : tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormansi, dan penghambat perkecambahan, serta faktor luar yang meliputi: air, temperatur, oksigen, dan cahaya. Hal ini sesuai dengan Sutopo (1983 : 25-29) bahwa benih yang dipanen sebelum mencapai tingkat kemasakan fisiologis tidak mempunyai viabilitas tinggi. Pada beberapa jenis tanaman, benih yang demikian tidak akan dapat berkecambah. Hal ini diduga benih belum memiliki cadangan makanan yang cukup dan pembentukan embrio belum sempurna. Karbohidrat, protein, lemak, dan mineral ada dalam jaringan penyimpanan benih. Ukuran benih mempunyai korelasi yang positip terhadap kandungan protein pada benih. semakin besar/berat ukuran benih maka kandungan protein juga makin meningkat. Benih dorman adalah benih yang sebenarnya hidup tetapi tidak mau berkecambah meskipun diletakkan pada lingkungan yang memenuhi syarat untuk berkecambah. Penyebab dormansi antara lain adalah impermeabilitas kulit biji terhadap air atau gas-gas (sangat umum pada famili leguminosae), embrio rudimenter, halangan perkembangan embrio oleh sebab-sebab mekanis, dan adanya bahan-bahan penghambat perkecambahan. Banyak zat-zat yang diketahui dapat menghambat perkecambahan benih. Zat-zat tersebut adalah herbisida, auksin, bahan-bahan yang terkandung dalam buah, larutan mannitol dan NaCl yang mempunyai tingkat osmotik tinggi, serta bahan yang menghambat respirasi (sianida dan fluorida). Semua persenyawaan tersebut menghambat perkecambahan tetapi tak dapat dipandang sebagai penyebab dormansi.
Proses penyerapan terhadap air, juga dilakukan oleh benih tanaman. Hal ini sesuai dengan Anonimg (2009 : 1) bahwa faktor yang mempengaruhi penyerapan air oleh benih ada dua, yaitu sifat kulit pelindung benih dan jumlah air yang tersedia pada medium sekitarnya. Jumlah air yang diperlukan untuk berkecambah bervariasi tergantung kepada jenis benih, umumnya tidak melampaui dua atau tiga kali dari berat keringnya. Proses respirasi akan berlangsung selama benih masih hidup. Pada saat perkecambahan berlangsung, proses respirasi akan meningkat disertai dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan karbondioksida, air dan energi. Pada umumnya, proses perkecambahan dapat terhambat bila penggunaan oksigen terbatas. Temperatur harus dikendalikan dengan teliti beberapa macam benih berkecambah diatas suatu batas yang lebar dari temperatur yang wajar, tetapi yang lain mulai tumbuh dengan segera hanya dibatas yang sempit. Benih berkecambah biasanya pada temperatur dimana benih itu telah menyesuaikan dengan iklim di tempat benih tersebut dihasilkan. Ketersediaan air di lingkungan sekitar benih merupakan faktor penting. Kurang tersedianya air pada lingkungan benih akan menyebabkan jumlah air yang diambil untuk berkecambah menjadi semakin rendah atau tidak terpenuhi.
Perkecambahan pada biji kacang hijau maupun jagung tidak terjadi. Hal ini disebabkan karena praktikan tidak melakukan prosedur percobaan sebagai mana mestinya. Yakni menetesi biji kacang hijau dan jagung sebanyak 10 tetes setiap harinya secara rutin. Menurut Anonimc (2009 : 1), bahwa laju perkecambahan juga tergantung pada tanggapan dari jenis benih terhadap daya penghambat dari allelopathy dimana benih jagung memiliki laju perkecambahan benih yang lebih lambat dari benih kacang hijau. Hal ini karena kondisi benih jagung yang lebih memungkinkan untuk menerima daya penghambat dari allelopathy dibandingkan benih kacang hijau.
























BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil praktikum diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Allelopathy merupakan pengaruh yang menghambat atau merusak pertumbuhan dari tumbuhan lain disekitar yang disebabkan oleh senyawa kimia yang dihasilkan oleh suatu tumbuhan ke lingkungannya.
2. Allelopathy adalah senyawa kimia yang menghambat pertumbuhan jenis lain yang tumbuh bersaing dengan tumbuhan penghasil Allelopathy tersebut.
3. Berdasarkan pengaruhnya terhadap pertumbuhan tumbuhan, zat-zat kimia yang bersifat allelopathy dapat dibagi menjadi autotoxic dan antitoxic.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan terdiri dari faktor dalam dan faktor luar.
5. Faktor dalam perkecambahan, meliputi tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormansi, dan penghambat perkecambahan.
6. Faktor luar yang mempengaruhi perkecambahan meliputi : air, temperatur, oksigen, dan cahaya.












DAFTAR PUSTAKA
Anonim a. 2009. Ekosistem. Http://id.wikipedia.org/wiki/Ekosistem. Diakses tanggal 13 Mei 2009 jam 20:28 WIB.
Anonim b. 2009. Allelopathy. Http://iqbalali.com/2008/01/23/alelopati. Diakses tanggal 13 Mei 2009 jam 19:58 WIB.
Anonim c. 2009. Pengaruh Allelopathy terhadap Perkecambahan. www.irwantoshut.com. Diakses tanggal 17 Mei 2009 jam 22:13 WIB.
Anonim d. 2009. Allelopathy Gulma. Http://fp.uns.ac.id/~hamasains/dasarperlintan-4.htm. Diakses tanggal 18 Mei 2009 jam 21:27 WIB.
Anonim e. 2009. Interaksi Populasi. Http://nandito106.wordpress.com/2009/03/02/ alelopati-interaksi-antarpopulasi. Diakses tanggal 19 Mei 2009 jam 20:28 WIB.
Anonim f. 2009. Interaksi Populasi. Http://www.cixers.co.cc/2008/09/interaksi-antar-komponen-ekologi.html. Diakses tanggal 19 Mei 2009 jam 20:47 WIB.
Indrianto. 2006. Ekologi Hutan. Bumi Aksara. Jakarta : v + 210 hlm.
Sutopo, L. 1985. Teknologi Benih. Grafindo. Jakarta : ix + 223 hlm.





-PooR pRinZa aPpLe-
semoga bermanfaat....


 
Bls: berbagi arsip perkuliahan

aSYIIK.. serasa jadi siswa lagi nih. Ada allopaty tentu ada juga homeopaty ya? Apa yang non tau tentang homeopaty ini?
 
Bls: berbagi arsip perkuliahan

makasih diana udah di bagi2 ilmunya disini....:p:p:p

ikut ngerasain jadi mahasiswa....:D:D
 
Bls: berbagi arsip perkuliahan






itu yg ku harapkan... menjadikan diri bermanfaat untuk org lain... :)
semangadH...
 
Back
Top