Puasa Menyehatkan Tubuh

her_is_mine

New member
emo048.jpg


Kehadiran berbagai penyakit seperti maag, diabetes, dan juga ginjal kerap menghalangi kita saat ingin berpuasa di bulan Ramadhan. Tentunya, agar ibadah puasa berjalan lancar, penderita diabetes, mag, dan ginjal memerlukan persiapan ekstra dibandingkan orang sehat.

Berikut adalah beberapa persiapan berpuasa di bulan ramadhan yang aman bagi penderita mag, diabetes dan ginjal:

Mag

Menurut Ari Fahrial Syam dari Divisi Gastroenterologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, hal yang pertama harus diketahui sebelum melakukan persiapan untuk puasa adalah mengetahui jenis mag yang diderita terlebih dahulu, apakah jenis mag fungsional atau organik.

Mag organik yang belum diobati akan menjadi lebih parah jika penderita memaksakan untuk tetap berpuasa, apalagi jika ada tanda-tanda seperti; mag pertama kali di atas 45 tahun, berat badan turun, anemia, melena, dan disfagia. Adapun hasil endoskopi dari mag organik menunjukkan kelainan seperti tukak pada lambung, tukak usus dua belas jari, polip, dan kanker.

Selain itu, terdapat mag disfungsional, dimana penyebabnya adalah makan yang tidak teratur, kebiasaan makan camilan berlemak, minum kopi atau bersoda sepanjang hari, merokok, dan stres. Biasanya mag yang banyak diderita masyarakat adalah mag disfungsional dan hasil endoskopinya normal.

Setelah berpuasa, para penderita mag disfungsional biasanya membaik atau sembuh, hal ini disebabkan karena jadwal makan yang teratur yaitu saat sahur dan buka, tidak makan camilan berlemak sepanjang hari, tidak meminum, dan tidak merokok. Dengan begitu produksi asam lambung akan turun.

Namun awal minggu berpuasa akan terasa berat bagi penderita mag disfungsional karena adanya perubahan. Oleh karena itu, biasanya mereka diberi obat penekan asam lambung seperti lanzoprazole dengan dosis 30 mg per hari selama seminggu. Obat itu bekerja selama 12 jam.

Intinya, bagi para penderita mag, diharapkan agar menghindari makanan yang mengandung gas, yang memicu asam lambung, sulit dicerna, memperlambat pengosongan lambung, dan melemahkan klep kerongkongan bawah.

Diabetes

Menurut Tri Juli Edi T dari Divisi Metabolik Endoktrin Departemen Ilmu Penyakit Dalam, hal pertama yang dilakukan para penderita diabetes jika ingin berpuasa adalah kontrol ke dokter, karena dokter lah yang akan menentukan tingkat resiko berpuasa pada penderita diabetes, selain itu pergi ke dokter juga diperlukan untuk mengonsultasikan pengaturan pemakaian obat—waktu dan dosisnya—yang kemungkinan berubah karena harus disesuaikan dengan jam makan.

Waspadalah jika Anda penderita berisiko sangat tinggi, yaitu penderita diabetes yang sedang hamil dan gula darah sering turun. Jika Anda tetap memutuskan untuk berpuasa, maka harus ada pengawasan yang ketat dari dokter.

Makanan ketika berpuasa tidaklah jauh berbeda bagi penderita diabetes. Porsi kalori 50 persen saat buka puasa, 10 persen setelah tarawih, dan 40 persen saat sahur. Pilih karbohidrat kompleks yang butuh pembakaran lama sekitar 8 jam, kurangi lemak, dan perbanyak serat. Minum juga harus cukup, yakni delapan gelas. Namun berhati-hatilah pada minggu keempat puasa, karena persiapan lebaran, maka dari itu penderita diabetes harus tetap menjaga agar tidak makan berlebih. Jangan sampai gula darah terlalu rendah, gula darah terlalu tinggi, darah menjadi asam (ketoasidosis), dan kekurangan cairan saat berpuasa.

Memonitor gula darah penting ketika berpuasa bagi penderita diabetes, apalagi hal ini tidak akan membatalkan puasa. Puasa harus dibatalkan jika gula darah turun menjadi 60 mg/dl atau kurang, gula darah turun di sekitar 70 mg/dl di jam-jam awal, terutama pemakai insulin, sulfonilurea, atau glinid yang dipakai saat sahur, dan gula darah naik lebih dari 300 mg/dl.

Ginjal

Berdasarkan pernyataan Imam Effendi dari Divisi Ginjal Hipertensi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, berpuasa bisa menguntungkan atau malah berbahaya bagi para penderita ginjal, hal ini sangat tergantung pada sangat tergantung dari jenis dan derajat penyakitnya.

Penyakit batu ginjal stadium awal sangat membutuhkan minum hingga 4 liter per hari. Kebutuhan akan air inilah yang kerap menjadi halangan bagi penderita batu ginjal untuk berpuasa, karena jika lalai, batu ginjal dapat bertambah parah.

Namun bagi penderita ginjal kronik, puasa sangat dianjurkan, karena pengeluaran urine menurun drastis, bahkan pada penderita yang sudah dialisis terkadang urine tidak keluar sama sekali. Pengeluaran air dilakukan ketika cuci darah. Lantaran urine sangat sedikit, mereka tidak boleh terlalu banyak minum. Minum yang diizinkan bagi penderita ginjal kronik yang sudah cuci darah hanya 500 ml (dua gelas) ditambah air sejumlah urine yang keluar. Minum harus benar-benar diukur. Puasa yang berarti berhenti minum justru bagus bagi penderita ginjal kronik. Kelebihan air dan gangguan elektrolit kerap menjadi penyebab utama kematian penderita ginjal kronik.

Secara umum, Ari Fahrial Syam yang juga Ketua Bidang Advokasi Pengurus Besar PAPDI mengatakan cara makan ketika puasa harus diperhatikan. Untuk menjaga kesehatan, diharapkan untuk berbuka dengan makanan ringan, dan makan berat setelah maghrib secara bertahap dan tidak berlebihan. Selain itu, pilih makanan dengan indeks glikemik rendah dan tinggi serat. Selama berpuasa, istirahat harus cukup dan olahraga ringan tetap dilakukan.

kldokter.com
 
Bls: Puasa Menyehatkan Tubuh

bener sekali, pasien ku diabetes dengan berpuasa dapat menurunkan kadar gula darahnya, ditambah pola makan yang baik..
 
Back
Top