Aktivitas Ramadan di Sekolah yang Mayoritas Siswanya Tionghoa

Kalina

Moderator
Momentum Memupuk Toleransi Beragama

Pondok Ramadan di SD Rukun Harapan? Agak aneh memang kedengarannya. Sebab, di sekolah ini, siswa muslim bukan mayoritas. Siswa di sekolah ini kebanyakan warga Tionghoa. Tapi jangan salah sangka dulu. Justru di sekolah rasa toleransi betul-betul dijunjung tinggi. Saling menghormati meski beda keyakinan sangat terasa. Benar-benar plural.

BEDUG Magrib masih lama. Masih pukul tiga sore. Satu per satu siswa muslim di SD Rukun Harapan mulai datang ke sekolah. Tepat pukul empat sore, lengkap sudah. Delapan belas siswa siap mengikuti Pondok Ramadan.

Ya, jumlah siswa muslim di sekolah itu memang bisa dihitung dengan jari. Tapi jangan dikira mereka menjadi kelompok yang tersisih. Sekolah ini sangat menjunjung pluralisme. Perbedaan keyakinan bukan alasan untuk membuat siswa terkotak-kotak. Rasa toleransi justru terlihat sangat kental di sekolah ini. "Kami memang mengajak dan mengajari anak untuk saling menghormati meski beda keyakinan. Sejak dini rasa itu (toleransi) kami tanamkan ke anak-anak," kata kepala SD Rukun Harapan Erna Padwindari.

Memang, kegiatan Pondok Ramadan adalah kegiatan yang langka dilakukan di sekolah ini. Tahun ini, kali pertama kegiatan ini dilakukan. Tahun lalu, kegiatan serupa belum bisa dilaksanakan karena persoalan teknis. "Syukurlah tahun ini sudah bisa kami mulai," katanya.

Selain memupuk toleransi, kegiatan ini juga untuk mengajari anak supaya tak terbiasa membeda-bedakan etnis maupun agama. Kegiatan ini juga untuk melatih anak agar konsisten menjalankan perintah agama yang diyakininya. Bila muslim, ya harus berpuasa ketika Ramadan dan memperbanyak amalan-amalan baik. "Sementara bagi yang non muslim ya kami ajari untuk menghormati," tambahnya.

Dan rupanya, anak-anak muslim di SD Rukun Harapan cukup antusias menyemarakkan Ramadan kali ini. Mereka mulai belajar berpuasa. Ada yang puasa setengah hari, ada pula yang sudah full. Selain itu, ketika sekolah menggelar Pondok Ramadan, mereka sangat aktif mengikutinya. Para orang tuanya juga men-support. Setidaknya itu terlihat dari peran serta mereka dalam kegiatan Pondok Ramadan ini. Tak sekadar menunggui, beberapa di antara mereka juga terlibat dalam kegiatan Pondok Ramadan.

Pondok Ramadan sendiri sore itu diisi dengan berbagai kegiatan keagamaan. Mulai dari cerita keteladanan sampai praktik ibadah dan doa. Penyampaian materi sangat jauh dari membosankan. Sarana audio visual yang sangat memadai di sekolah ini membuat materi begitu enak dinikmati. Selain itu, pola komunikasi yang tak searah membuat para peserta sangat aktif. Lebih-lebih saat mereka diajak praktik ibadah. Semua antusias.

Banyak kejadian lucu saat mereka diajak praktik ibadah. Ketika praktik berwudu misalnya. Bukannya membasuh satu per satu anggota tubuh sesuai rukun wudu, tapi hanya cuci kaki. Ketika disuruh mengulang, eh... malah bermain air. "Namanya juga anak-anak. Biar saja, kami tak akan memaksanya," tambah Erna Padwindari.

Pun ketika mereka diajak salat Magrib berjamaah usai berbuka puasa bersama. Lagi-lagi tingkah polos anak-anak mengundang senyum. Sebagian dari mereka rupanya tak sabar mengikuti gerakan imam salat. Usai takbiratul ihram, mereka langsung sujud tanpa rukuk. Teman di sebelahnya pun menegur. Tapi, teguran itu langsung ditimpali dengan menaruh jari di depan mulut. "Sstt, salat nggak boleh sambil ngomong," katanya.

Begitulah. Anak-anak SD Rukun Harapan begitu bersemangat dalam kegiatan Pondok Ramadan kali ini. Tak muluk-muluk yang ingin dicapai sekolah. "Yang paling penting dari kegiatan ini adalah memupuk rasa saling menghormati. Jangan sampai perbedaan itu menceraiberaikan kita. Justru mestinya perbedaan itulah perekat kita, membingkai persatuan," terang Anwar Sausan, ketua Yayasan yang menaungi SD Rukun Harapan.

Kegiatan Pondok Ramadan kemarin ditutup dengan memperkenalkan guru baru di sekolah yang terkenal mempunyai banyak inovasi pembelajaran itu. Yakni guru bahasa Mandarin langsung didatangkan dari Tiongkok dan guru bahasa Inggris dari Polandia. Selain itu, siswa juga dikenalkan dengan para guru pengasuh kegiatan ekstrakurikuler.
 
Bls: Aktivitas Ramadan di Sekolah yang Mayoritas Siswanya Tionghoa

indah nya bersama ramadhan tak ada perbedaan
 
Bls: Aktivitas Ramadan di Sekolah yang Mayoritas Siswanya Tionghoa

Ini lokasinya dimana ya?


-dipi-
 
Back
Top