jmw01
New member
WASHINGTON (Berita SuaraMedia) – Gerakan Hizbullah memiliki sekitar 15.000 roket yang disimpan di perbatasan Libanon dengan Israel, termasuk di antaranya roket yang memiliki jarak jangkau cukup jauh hingga mampu menjangkau Kota Eilat, selatan Israel, demikian dikatakan Duta Besar Israel untuk AS Michael Oren seperti dikutip kantor berita AFP, Jumat (3/9).
"(Gerakan) Hizbullah yang mendapat dukungan Syiria - Iran merupakan ancaman serius terhadap Israel. Jumlah cadangan roket Hizbullah kini empat kali lipat lebih banyak jika dibandingkan dengan perang Libanon tahun 2006. Roket-roket ini mampu menjangkau jarak yang lebih jauh. Setiap kota di Israel kini masuk jangkauan (tembak), termasuk Eilat," kata Oren.
Oren mengungkapkan bahwa Israel juga merasa khawatir dengan penyimpanan senjata Hizbullah.
"Tahun 2006, sebagian besar peluru kendali mereka pada dasarnya dikeluarkan di tempat terbuka, di berbagai gudang, dan Angkatan Udara Israel mampu memusnahkan banyak di antaranya," katanya.
"Sekarang, peluru kendali-peluru kendali yang sama disimpan di bawah rumah sakit, rumah, dan sekolah, karena Hizbullah tahu benar bahwa kami akan menghindarinya sebisa mungkin (karena) kami akan kembali dicap sebagai penjahat perang," tambah Oren.
Ini bukan pertama kalinya Oren menyampaikan peringatan mengenai ancaman Hizbullah terhadap Israel. Menyusul pecahnya bentrokan di perbatasan utara antara militer Libanon dan para prajurit IDF bulan lalu, Oren memperingatkan bahwa garis batas yang membedakan antara militer Libanon dan Hizbullah menjadi "kabur".
Ia menyampaikan kekhawatiran bahwa persenjataan yang canggih yang diberikan untuk militer Libanon mungkin saja berpindah tangan ke Hizbullah.
Mengenai pembicaraan Israel-Palestina di Washington, Michael Oren mengatakan bahwa ada alasan untuk merasa optimis.
"Itu adalah pertemuan yang serius, pertemuan yang jujur, dan dari yang saya amati, pertemuan itu dilaksanakan dengan itikad baik dan keramahtamahan," kata Oren.
"Saya punya alasan merasa optimistis," kata Oren. Namun ia menolak membeberkan detail pembicaraan dengan para partisipan lain.
Dalam pertemuan yang dipandu Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan pemimpin Palestina Mahmoud Abbas meluncurkan kembali pembicaraan langsung pertama antara kedua kubu dalam 20 bulan terakhir di AS.
Mereka setuju menggelar pembicaraan lain di Timur Tengah pada tanggal 13-15 September, dan juga pertemuan setiap dua minggu sekali untuk memenuhi tenggat waktu kesepakatan damai.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah pada Hari Quds menyebut pembicaraan damai telah mati setelah terjadi ledakan di tempat yang diduga merupakan tempat penyimpanan senjata Hizbullah.
Nasrallah menyatakan pembicaraan damai antara Israel dan Palestina tidak akan berhasil. Hal itu disampaikannya dalam sebuah pidato pada peringatan Hari Quds (Yerusalem), Jumat (3/9).
Nasrallah menyebut pembicaraan itu sebagai upaya gagal. Ia menambahkan, "Yerusalem bukan ibu kota sebuah 'negara' bernama Israel, bahkan tidak satu ruas jalan pun di kota itu."
Komentar pemimpin Hizbullah tersebut dilontarkan beberapa jam setelah terjadi ledakan yang menghancurkan sebuah bangunan di selatan Libanon pada hari Jumat. Bangunan tersebut mungkin dipergunakan sebagai tempat penyimpanan senjata.
Masih belum jelas apakah jatuh korban akibat ledakan yang menimbulkan kebakaran hebat tersebut.
Bangunan tiga lantai tersebut terletak di Desa Shehabiyeh yang didominasi Hizbullah. Berlokasi di zona perbatasan yang terletak di selatan Sungai Litani.
"(Gerakan) Hizbullah yang mendapat dukungan Syiria - Iran merupakan ancaman serius terhadap Israel. Jumlah cadangan roket Hizbullah kini empat kali lipat lebih banyak jika dibandingkan dengan perang Libanon tahun 2006. Roket-roket ini mampu menjangkau jarak yang lebih jauh. Setiap kota di Israel kini masuk jangkauan (tembak), termasuk Eilat," kata Oren.
Oren mengungkapkan bahwa Israel juga merasa khawatir dengan penyimpanan senjata Hizbullah.
"Tahun 2006, sebagian besar peluru kendali mereka pada dasarnya dikeluarkan di tempat terbuka, di berbagai gudang, dan Angkatan Udara Israel mampu memusnahkan banyak di antaranya," katanya.
"Sekarang, peluru kendali-peluru kendali yang sama disimpan di bawah rumah sakit, rumah, dan sekolah, karena Hizbullah tahu benar bahwa kami akan menghindarinya sebisa mungkin (karena) kami akan kembali dicap sebagai penjahat perang," tambah Oren.
Ini bukan pertama kalinya Oren menyampaikan peringatan mengenai ancaman Hizbullah terhadap Israel. Menyusul pecahnya bentrokan di perbatasan utara antara militer Libanon dan para prajurit IDF bulan lalu, Oren memperingatkan bahwa garis batas yang membedakan antara militer Libanon dan Hizbullah menjadi "kabur".
Ia menyampaikan kekhawatiran bahwa persenjataan yang canggih yang diberikan untuk militer Libanon mungkin saja berpindah tangan ke Hizbullah.
Mengenai pembicaraan Israel-Palestina di Washington, Michael Oren mengatakan bahwa ada alasan untuk merasa optimis.
"Itu adalah pertemuan yang serius, pertemuan yang jujur, dan dari yang saya amati, pertemuan itu dilaksanakan dengan itikad baik dan keramahtamahan," kata Oren.
"Saya punya alasan merasa optimistis," kata Oren. Namun ia menolak membeberkan detail pembicaraan dengan para partisipan lain.
Dalam pertemuan yang dipandu Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan pemimpin Palestina Mahmoud Abbas meluncurkan kembali pembicaraan langsung pertama antara kedua kubu dalam 20 bulan terakhir di AS.
Mereka setuju menggelar pembicaraan lain di Timur Tengah pada tanggal 13-15 September, dan juga pertemuan setiap dua minggu sekali untuk memenuhi tenggat waktu kesepakatan damai.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah pada Hari Quds menyebut pembicaraan damai telah mati setelah terjadi ledakan di tempat yang diduga merupakan tempat penyimpanan senjata Hizbullah.
Nasrallah menyatakan pembicaraan damai antara Israel dan Palestina tidak akan berhasil. Hal itu disampaikannya dalam sebuah pidato pada peringatan Hari Quds (Yerusalem), Jumat (3/9).
Nasrallah menyebut pembicaraan itu sebagai upaya gagal. Ia menambahkan, "Yerusalem bukan ibu kota sebuah 'negara' bernama Israel, bahkan tidak satu ruas jalan pun di kota itu."
Komentar pemimpin Hizbullah tersebut dilontarkan beberapa jam setelah terjadi ledakan yang menghancurkan sebuah bangunan di selatan Libanon pada hari Jumat. Bangunan tersebut mungkin dipergunakan sebagai tempat penyimpanan senjata.
Masih belum jelas apakah jatuh korban akibat ledakan yang menimbulkan kebakaran hebat tersebut.
Bangunan tiga lantai tersebut terletak di Desa Shehabiyeh yang didominasi Hizbullah. Berlokasi di zona perbatasan yang terletak di selatan Sungai Litani.
