Takut Itu Perlu

Status
Not open for further replies.

bla_bla_bla

New member
Takut Itu Perlu​


Takut bisa dialami siapa aja, kapan aja, tanpa pandang bulu. Tapi…kalo kita ketakutan kok malah dicela? Dikatain banci, cowok lemah, dll. Emangnya kita nggak boleh takut?


Takut-Itu-Perlu_large.jpg




Takut? Huh, itu kalimat yang pantang keluar dari bibir cowok. Soalnya, cowok itu ditakdirkan sebagai pemimpin dan pelindung (terutama bagi kaum hawa…hehehe). Makanya “haram” hukumnya cowok penakut. Kalo sampe suatu saat temen-temen tau kamu lagi ketakutan (apalagi cuma gara-gara hal yang mereka anggap cemen), bisa dipastiin, kamu pasti bakal jadi bulan-bulanan!

Yup, itu pandangan stereotip yang kadung bercokol di pikiran banyak orang. Nggak tau gimana asal muasalnya, yang jelas banyak orang yang emang membedakan karakteristik cowok dan cewek dengan tidak adil. Karena cewek dianggap mahluk yang lemah, dia pun dikasih banyak toleransi. Dan karena cowok dianggap memiliki banyak kelebihan daripada cewek, cowok lantas dibebani sejumlah keharusan. Salah satunya ya itu tadi, cowok harus pemberani! Pokoknya berhadapan dengan situasi apapun nggak boleh jiper.

Padahal kalo ditilik-tilik lebih jauh, cowok juga punya hak kok untuk merasa takut dan mengeluarkan ekspresi ketakutannya. Basically cowok dan cewek itu kan sama-sama human being, yang dari lahir udah dibekali dengan perangkat berpikir dan merasa. Jadi kalo begitu berhadapan dengan situasi yang nggak mengenakkan buat dia, terus dari otaknya tiba-tiba muncul berbagai pikiran yang aneh dan membawa dia pada perasaan takut, ya itu sih wajar aja.

Ada yang Normal, Ada yang enggak

Emang ada ketakutan yang normal dan yang nggak. Ketakutan yang normal adalah ketakutan yang memiliki alasan jelas. Maksudnya, obyek yang bikin takut itu emang nyata dan mungkin bakal dipersepsikan sama oleh orang lain.

Misalnya, kalo kamu lagi pergi berkemah di hutan yang pohon-pohonnya banyak jadi sarang ular berbisa, terus kamu jadi takut jalan dekat-dekat pohon, itu sih pantes. Atau contoh lain, kalo kamu merasa ketakutan begitu di dalam bus dipepet sambil ditodongin pisau sama seseorang yang minta duit atau barang yang lagi kamu pakai. Semua orang juga pasti bakal ciut, jack, saat mengalami hal begini.

Tapi kalo ketakutan yang kamu rasakan nggak ada alasan yang jelas, apalagi kalo obyek yang ditakutkan itu maya, nah, itu nggak normal namanya. Satu contoh deh, kamu panik setengah mati kalo ngeliat kemoceng, meskipun tuh kemoceng lagi “diem”. Nggak masuk akal kan? Soalnya kenyataannya kemoceng kan benda mati, yang jelas-jelas nggak bakal bisa menyakiti manusia kalo nggak dipergunakan dengan sengaja untuk menyakiti.

Atau, begitu malem-malem kamu niat lewat di sebuah jalan yang konon banyak setannya, terus kamu serta merta ketakutan, sampe-sampe membatalkan lewat di jalan itu. Man, setan itu kan maya. Biarpun banyak orang yang meyakini keberadaannya, tapi kenyataannya sampe sekarang gimana bentuk konkrit setan itu nggak pernah bisa digambarkan oleh siapapun!

Ngebangkitin Awareness

Anyway, apapun juga, sebetulnya ketakutan itu memiliki sisi positif buat kita. Saat kita merasa takut, kerja organ-organ tubuh bertambah cepat. Akibatnya, fisik dan mental kita jadi siaga setiap saat.

Waktu lagi berada dalam situasi takut, otak biasanya tiba-tiba jadi cemerlang, man. Banyak ide untuk menyelamatkan diri yang bermunculan mendadak. Padahal, dalam situasi biasa (nggak lagi ketakutan maksudnya), ide-ide itu mungkin nggak pernah sekalipun terlintas. Gitu juga fisik. Karena berbagai strategi untuk menyelamatkan diri udah tergambar jelas dalam otak, secara otomatis fisik dengan kekuatannya yang bertambah berkali-kali lipat bisa langsung menjalankan strategi itu kapan aja. Ini semua dimotori oleh kebutuhan dasar manusia untuk survive.

Sisi positif lain, ketika kita merasa takut dan awareness sudah terbangkit, insting suka ikut-ikutan jadi tajam lho. Kalo biasanya ngedenger bunyi beling jatuh di jalan kita cuek aja (malah kadang-kadang nggak kedengeran, jack), saat lagi ketakutan otak langsung bekerja menyelidiki berbagai kemungkinan.

Toh, biar begitu bukan berarti rasa takut nggak membawa dampak negatif sama sekali. Imbas buruk dari rasa takut, pertama, bisa bikin kita lose control. Keinginan untuk survive saat kita merasa takut tuh kadarnya kadang melewati batas. Sikon ini bisa bikin kontrol diri jadi kendor waktu kita lagi melakukan suatu reaksi menghindar dari obyek yang bikin takut. Sehingga keselamatan kita tetap aja terancam.

Misalnya, saking takutnya dikeroyok sama orang-orang yang malak kita, terus kita lari kayak orang kesetanan di pinggir jalan raya tanpa memperhatikan apakah mobil yang lewat di sebelah lagi kenceng apa nggak, nah, itu kan gawat. Kalo ketabrak gimana?

Yang kedua, kalo setelah mengalaminya, kita nggak bisa menetralisir rasa takut yang muncul terhadap suatu obyek, besok lusa begitu kita menemui situasi yang sama, kita pasti bakal ketakutan lagi dan reaksi ketakutan ini pasti bakal bertambah intensitasnya. Perlu diinget lagi kata-kata di atas yang bilang bahwa timbulnya rasa takut itu pasti disertai timbulnya pikiran aneh-aneh dalam otak.

Nah, bayangin deh, kalo kamu terus-terusan ketemu dengan kondisi menakutkan dan setiap kali ketakutan yang dirasakan itu muncul kadarnya selalu bertambah, pikiran aneh dalam otak pasti bakal lebih meluas ke segala area dan meresap lebih dalem. Imbasnya, kamu pun tanpa disadari jadi menggeneralisir ketakutan itu ke segala hal, termasuk hal-hal yang sebenernya nggak perlu ditakuti. Dan ini bisa membawa akibat kamu mengalami anxiety disorder alias “penyakit” kecemasan. Atau paling nggak, gampang kena serangan panik. Kalo udah begini, dijamin hidup nggak pernah bakal nyaman deh. Lha, sedikit-sedikit cemas, sebentar-sebentar panik, gimana mau tenang?

So, gimana kesimpulannya?

It’s okay aja kalo kamu merasa takut, karena setiap orang pasti pernah merasakan hal yang sama. Terus, nggak apa-apa juga kalo saat takut itu kamu mengeluarkan reaksi ketakutan, karena setiap orang butuh untuk survive. Tapi, setelah melalui segala kondisi nggak enak ini, coba pikirin sekali lagi apakah ketakutan kamu itu real atau nggak. Kenapa juga kamu bisa sampe berhadapan dengan obyek yang menakutkan itu. Lalu, coba deh cari jalan untuk meredam rasa takut tersebut dan menghindar dari obyek yang bikin kamu takut, kalo sewaktu-waktu kamu terpaksa berhadapan lagi dengan obyek yang menakutkan itu.


Sri Ayu Ambarwati 'hai-online.com'
 
Bls: Takut Itu Perlu

iya, takut itu wajar wajar aja, tapi liat liat permasalahannya dulu..

emang dik darkrgrey klo takut biasanya takut apa? takut ketauan digigit guguk misalnya? atau takut apa? hihi
 
Bls: Takut Itu Perlu

Each time we face our fear, we gain strength, courage, and confidence in the doing.

Sok bijak nih gw :D
 
aku takut suara petir yang menggelegar..
aku takut sendirian di dalam kamar yang gelap dan hari hujan

aku takut ayah dan ibuku berpisah
aku takut kakakku membenci aku
aku takut adikku tidak sayangi aku

aku banyak takut neh

ghehehehe
 
kita gak boleh takut sama apapun, kecuali takut sama Allah dan Ayah ibu kita. Kalau kita udah takut sama Allah, kita akan lebih hati".
 
Takut sebenarnya sudah menancap di alam bawah sadar tanpa disadari proses terjadinya. Dan seringkali rasa takut mengalahkan logika. Sekalipun menyadari sebuah ketakutan yang tidak beralasan rasa takut tetap muncul dan sulit dikendalikan. Sekarang tinggal bagaimana kita menerima rasa takut dan berupaya untuk menyiasati rasa takut yang timbul. Namun benar bahwa takut juga sebuah anugrah yang membuat kita lebih waspada dan membuat hidup lebih berwarna seperti serunya menikmati rasa takut ketik nonton filem horor atau menjadi sebuah cerita lucu setelahnya.
 
Status
Not open for further replies.
Back
Top