Resistensi antibiotik terhadap Gonorrhoea meningkat

nurcahyo

New member
Resistensi antibiotik terhadap Gonorrhoea meningkat
(18-Oct-2006)
Oleh: MML
Medical

Kalbefarma - Gambaran terbaru ditunjukkan 14 Oktober 2006 oleh Health Protection Agency (UK) yang menyebutkan bahwa kadar antibiotik telah mengalami resistensi terhadap penyakit Gonorrhoea (GO), sehingga mengakibatkan infeksi bakteri akibat hubungan sexual tersebut semakin meningkat kejadiannya.

Kejadian resistensi GO terhadap antimikrobial tersebut ditunjukkan dari kadar resistensi ciprofoxacin yang mengalami peningkatan sebesar 14% pada tahun 2004 menjadi 21% pada tahun 2005. Resistensi penisilin mengalami peningkatan dari 11,4% pada tahun 2004 menjadi 17,9% pada tahun 2005.

Kadar resistensi relatif pada wanita, stabil dari 5,2% pada tahun 2004 menjadi 6,3% pada tahun 2005 dan laki-laki heterosexual dari 10,3% pada tahun 2004 menjadi 11,8% pada tahun 2005. Namun kejadiannya mengalami peningkatan yang bermakna pada laki-laki homosexual yaitu dari 26,2% tahun 2004 menjadi 42,4% pada tahun 2005.

Profesor Charetine Ison tim peneliti dari sebuah agency mengatakan, peningkatan resistensi penisilin dan ciprofloxacin menjadi perhatian dan mulai dipilihkannya terapi pengganti terhadap infeksi tersebut. Beberapa yang dapat digunakan adalah ceftriaxone atau cefixim.

Rekomendasi yang ditetapkan pada tahun 2002 adalah penggunaan antibiotik cephalosporin. Setelah program ini menunjukkan bahwa terapi dengan antibiotik floroquinolon seperti ciprofloxacin mengalami peningkatan resisten. Ceftriaxone atau cefixime dapat digunakan tanpa melakukan tes laboratorium terlebih dahulu.

Ketika pasien diterapi GO, dokter seharusnya telah yakin bahwa terapi yang diberikannya tidak boleh gagal, yaitu dengan pemberian cephalosporin, ceftriaxone atau cefixime. Namun bila pasien infeksi masih belum jelas merupakan infeksi GO sebaiknya dianjurkan melakukan tes laboratorium terhadap resistensi antibiotik.

Meningkatnya resistensi antibiotik dan kenyataan bahwa infeksi GO dapat terjadi tanpa gejala menjadi perhatian kita. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa resistensi GO tampaknya terjadi lebih besar pada laki-laki gay karena kondisinya lebih banyak berhubungan dengan faktor seperti melakukan kegiatan sexual secara bebas.

Dari cerita tersebut sudah barang tentu harus mulai kembali menggalakkan penggunaan kondom, baik saat berhubungan dengan pasangan baru maupun dengan pasangan tetapnya, dengan tujuan tidak menularkan penyakit tersebut kepada pasangannya. Selain itu bila merasa mengalami risiko terinfeksi, disarankan rutin mengunjungi klinik genitourinary ataupun dokter.

GO dapat terjadi tanpa gejala, penampakannya dapat seperti seorang yang tidak mengalami infeksi.Jika gejalanya ada pada wanita biasanya menimbulkan rasa nyeri dan sensasi terbakar ketika akan berkemih atau dari vaginanya akan mengeluarkan cairan kuning atau darah. Gejala ini terjadi dalam 2-10 hari setelah terinfeksi. Laki-laki lebih
 
Back
Top