masykur
Mod
Banyak riwayat yang menjelaskan bahwa nabi Ibrahim As ketika masih anak-anak beliau mencari Tuhan, ada juga didalam tafsir yang menyebutkan bahwa beliau pertamanya masih ragu dengan Tuhannya dan melakukan pencarian Tuhan.
Didalam al-quran surat al-an’am ayat 76, firman Allah, yang mengisahkan nabi Ibrahim As yang berbunyi:” Ini adalah Tuhanku” dalam menafsiri ayat ini banyak sekali ulama tafsir yang mengambil kisah atau hadist dari ahli kitab (israiliyat) bahkan adalah hadist palsu (maudhu’), kisah ini, bisa menurunkan eksistensi beliau sebagai bapak tauhid, nabi dan rasul.
Dari hadist dan kisah-kisah tadi seakan menunjukkan bahwa beliau mengalami masa pencarian Tuhan, ini tentu bertentangan dengan aqidah kita, karena beliau adalah rasul yang ma’sum (dijaga) bagaimana mungkin akan mengalami masa transisi ketuhanan dalam keyakinannya.
Seorang nabi bukan di pilih ketika dia berumur anak-2 atau setelah remaja melainkan dari bayi sudah mulai dicetak. Kita mempercayai bahwa setiap bayi yang lahir dalam keadaan muslim, berdasarkan hadist nabi Muhammad Saw:” setiap anak yang lahir dalam keadaan suci (islam) maka kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan dia Yahudi, atau Nashrani” Dalam pendapat yang muktamad, bahwa semua orang yang lahir dalam keadaan beragama islam, ini disebabkan karena didalam hadist tadi tidak menyebutkan lafadz ” yusallimaanihi”.
Ada beberapa hadist didalam kitab tafsir yang oleh muhadditsin dan mufassirin di yakini hadist maudhu’ dan israiliyah; misalnya yang telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas didalam kitab tafsir At-Thabary.
Didalam tafsir ini walaupun termasuk tafsir yang ma’tsur (manqul dari al-quran, nabi, sahabat dan tabi,in) akan tetapi banyak sekali kisah Israiliyat (cerita-2 orang-2 Yahudi) dan hadist palsu yang tidak di ta’liq (di komentari atau di sanggah), jika tidak di komentari atau di sanggah, maka nantinya akan membuat pembaca meyakini begitu saja, jika pembaca tidak membaca kitab tafsir yang lainnya bisa saja bagi pembaca menimbulkan salah pengertian terhadap suatu tafsir ayat tertentu, jika pembaca tanpa mengoreksi atau meneliti kisah-2 atau hadist yang menafsir suatu ayat tertentu, yang akhirnya adalah menafikan sifat maksum para utusan Allah.
Mayoritas semua kisah yang palsu atau israiliyah di nisbatkan kepada Ibnu Abbas ini tidak terlepas karena terkadang beliau bertanya kepada orang Yahudi Nasrani yang telah masuk islam akan tetapi pertanyaan beliau bukan sesuatu yang berkaitan dengan aqidah.
Kisah nabi Ibrahim di atas di sanggah oleh Imam Arrozi dalam kitabnya Mafatihul Ghaib (tafsir kabir), dalam pandangan beliau cerita bahwa nabi Ibrahim mencari Tuhan ini tidak benar, beliau berpendapat bahwa nabi Ibrahim tidak sedang mencari Tuhan melainkan mengajak dialog atau debat kaumnya, bahwa apa saja yang mereka jadikan Tuhan selain Allah adalah keyakinan yang sesat.
Ini adalah sebagian cara nabi Ibrahim As untuk menghadapi kaumnya yang berbeda-berbeda keyakinan, dari yang menyembah berhala sampai yang menyembah matahari, ketika kaumnya sedang mengadakn ritual pemujaan, beliau mendatangi mereka yang sedang menyembah Tuhan mereka, mereka di ajak diskusi dialog dan adu argumen, sebenarnya Tuhan siapa yang paling benar. Maka tatkala matahari, bulan dan bintang terbenam beliau berkata” qola” hadza rabbi?” Dalam ayat ini Imam Arrozi mempunyai penafsiranm yang berbeda dengan ulama tafsir lainnya, beliau berpendapat bahwa nabi Ibrahim As berkata kepada kaumnya dengan methode kata tanya (istifahmul inkar) ” Ibrahim Berkata” Inikah Tuhanku dalam keyakinan kalian?” dengan maksud untuk mempertanyakan dan membatalkan pendapat mereka bahwa sesuatu yang terbenam tidak pantas di jadikan Tuhan.
Jadi perkataan Nabi Ibrahim didalam ayat al-quran itu bukan sebagai penetapan atau keyakinan (la ‘ala sabilil jazmi) bahwa dengan mengatakan “ ini tuhanku?” melainkan dengan lafadz istifaham inkar (pertanyaan menyangkal).
Begitu juga dengan Imam al-Qurtubi, beliau memaparkan bahwa perkataan nabi ibrahim ketika berkata” ini adalah Tuhanku” untuk mengalahkan pendapat kaumnya, ketika matahari terbenam, maka pendapat mereka tentang Tuhan yang mereka sembah batal, salah dan kalah dengan pendapat nabi Ibrahim As bahwa sesuatu yang terbenam tidak pantas untuk di jadikan Tuhan atau mempunyai arti, “masa' seperti ini dijadikan tuhan?”.
Begitu juga Imam Al-Baidhowi didalam kitabnya, Syarhul muwafiq, beliau berpendapat bahwa kejadian ini, dimasa nabi Ibrahim masih anak-anak dan perkataan tadi memang keluar dari lisan beliau akan tetapi bukan sebuah bentuk penetapan keyakinan penyembahan terhadap apa yang disembah oleh kaumnya, dengan demikian nabi ibrahin tidak berdusta didalam perkataanya ” Hadza Rabbi” akan tetapi perkatannya tadi menunjukkan bahwa beliau sedang berdebat dengan kaumnya dan menentang pendapat kaumnya yang salah, yang telah mepertuhankan, matahari, bulan dan bintang.
Diperkuat juga pendapat ini oleh pendapat Imam Ibnu Arabi, didalam kitab karangannya, Ahkamul Quran, beliau berpendapat bahwa apa yang telah Allah berikan kepada nabi Ibrahim As dari ilmu, hujjah dan kuatnya aqidah beliau dan termasuk nabi dan rasul pertama yang diutus untuk membumikan tauhid Allah di muka bumi ini serta penjelasan yang telah Allah berikan kepadanya tentang ketauhidan Allah, dengan demikian Ibrahim As tidak mungkin tidak mengetahui Allah SWT atau bahkan ragu akan keesaan Allah Swt, kejadian tersebut adalah berita atau cerita yang terjadi antara Ibrahim As dengan kaumnya didalam perdebatan atau diskusi saja, bukan suatu bentuk keyakinan dan kometmen dari nabi Ibrahim As.
Ibnu Arabi mengatakan: “Barang siapa yang berprasangka atau yakin bahwa Ibrahim As ragu, mengalami transisi dalam menentukan Tuhannya atau yakin bahwa nabi Ibrahim pernah menyembah matahari, bulan, bintang maka itu adalah pemahaman yang keliru dan salah, disebabkan orang ini kurang dalam memahami dan bodoh terhadap sifat-2 Nabi dan Rasul” Bagaimana mungkin seorang rasul yang Allah telah berikan kepadanya akal, ilmu, anugerah dan kesempurnaan kepintarannya sebelum menjadi nabi, kok malah menyembah selain Allah denagn kata lain kok masih ragu dengan keEsaan Allah SWT, ini tentu tidak masuk akal,
Firman Allah Swt dalam al-quran:” Dan sesungguhnya telah kami anugerahkan kepada Ibrahim hidayah kebenaran sebelum ( Musa dan Harun), dan adalah kami mengetahui (keadaan) nya“. Begitu juga lanjutan dari ayat yang di surah al-an’am ayat 78, Allah berfirman:” Ibrahim berkata, ” Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas dari apa yang kamu sekutukan”.
Dari ayat ini jelas sekali bahwa nabi Ibrahim tidak pernah mengalami transisi ketuhanan dengan artian mencari Tuhan, ayat ini juga mempertegas bahwa beliau tidak termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah Swt.
Allhu A’lam Bisshowab
Oleh; Miskari Ahmad. Mahasiswa Universitas al-Azhar Kairo Mesir,
Fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir
diedit dari: http://raudlatululum1.com/?p=234