Atap Hijau

Dipi76

New member
102.jpg

Sebuah gagasan menakjubkan sedang berkembang di kota-kota seluruh dunia. Berhektare-hektare ruang hijau potensial dibangun di atas kepala. Jika bangunan-bangunan tiba-tiba menyembul dari tanah laksana jamur, atap-atapnya akan ditutupi lapisan tanah dan tetumbuhan.

Tentu saja bukan begitu cara manusia membangun. Kita biasanya mengeruk tanah, mendirikan bangunannya, lalu menudunginya dengan lapisan kedap hujan, hampir pasti dengan atap. Menarik jika dikatakan bahwa bentang atap setiap kota di planet ini merupakan gurun buatan manusia. Kebenarannya bahkan lebih kejam. Bentang atap perkotaan seperti neraka kecil. Tempat tanpa kehidupan dengan permukaan aspal, perbedaan suhu yang besar, angin kencang, dan tidak tembus air.

Tetapi, jika Anda melangkah keluar melalui lorong ke atap Vancouver Public Library yang bertingkat sembilan di pusat kota Vancouver (Kanada), Anda akan menemukan padang rumput, bukan tanah tandus beraspal. Kumpulan selang yang berkelok-kelok mengalir melintasi atap, tidak ditanam pada wadah persegi atau pot tetapi dalam campuran tanah khusus di atap. Ini adalah padang rumput di langit. Jika dibuat di lantai dasar, kebun seluas 1.850 meter persegi ini—dibuat oleh arsitek lanskap Cornelia H. Oberlander—akan cukup mencolok. Karena menjulang di atas Vancouver, pengaruhnya hampir membuat kita kehilangan orientasi. Jika mengunjungi atap-atap gedung di kota, biasanya kita berniat untuk melihat pemandangan. Namun di puncak gedung perpustakaan ini, saya justru berdiri di dalam pemandangan itu. Semak-semak rerumputan hijau, biru, dan cokelat yang tidak diduga ini berada di antara begitu banyak kaca dan baja dan beton.

“Atap hijau” bukanlah hal baru. Atap-atap tersebut biasa ditemui di antara rumah-rumah beratap rumput di padang rumput Amerika. Atap-atap dari tanah berumput juga masih dapat ditemui di rumah-rumah kayu dan lumbung-lumbung di Eropa Utara. Tetapi dalam beberapa dekade terakhir ini, para arsitek, pembangun, dan perencana kota di seluruh penjuru planet mulai beralih ke atap-atap hijau. Bukan untuk mendapatkan keindahannya dibandingkan atap tradisional—soal penampilan nomor dua—melainkan untuk kegunaannya, kemampuannya dalam meringankan suhu ekstrem, dan pengaturan kelebihan air yang biasa terjadi pada atap-atap biasa.

Melintasi kota dari perpustakaan, Vancouver Convention Centre sedang mendapatkan atap hijau yang baru. Tepat di seberang jalan terdapat kebun koki di atap hotel Fairmont Waterfront. Melintasi kota pada arah lain, atap-atap hijau akan ditumbuhkan di sebuah desa yang sedang dibangun untuk Olimpiade Musim Dingin 2010. Berdiri di atap hijau di Vancouver—atau Chicago atau Stuttgart atau Singapura atau Tokyo—akan mengingatkan kita: betapa berbedanya atap-atap ini. Kita juga bertanya-tanya, mengapa orang tidak membuat yang seperti ini?

Teknologi hanya sebagian alasan. Selaput-selaput kedap air sekarang memudahkan perancangan sistem atap hijau yang bisa menampung air untuk pengairan. Juga memungkinkan dibuatnya saluran air, menunjang media tanam, dan menahan penyusupan akar. Di beberapa tempat, seperti Portland, Oregon, para pembangun telah diyakinkan untuk menggunakan atap hijau. Imbalannya antara lain berupa pengurangan pajak. Di tempat-tempat lain—seperti Jerman, Swiss, dan Austria—atap hijau menjadi wajib karena diatur dalam hukum setempat. Harus dibuat pada atap-atap yang cocok.
 
Bls: Atap Hijau

Para peneliti seperti misalnya Maureen Connely—yang mengelola laboratorium atap hijau di British Columbia Institute of Technology—sedang mempelajari keuntungan-keuntungan praktis yang ditawarkan oleh atap hijau. Selain ikut mengukur bagaimana atap-atap itu berfungsi, mereka juga menyediakan pengukuran akurat soal kemampuan atap dalam mengurangi kelebihan air-badai, meningkatkan efisiensi energi, dan mengurangi kebisingan perkotaan. Inilah awal dari sejumlah besar atap hijau penting di seluruh dunia, yang masing-masing mengandung eksperimen.

Faktor lain yang mendorong penyebaran atap hijau adalah perubahan gagasan manusia tentang kota. Gagasan itu tidak lagi bijak atau praktis atau, dalam hal ini, etis, untuk menganggap kota sebagai antitesis alam. Menemukan cara untuk membuat kota menjadi alami akan membuat area perkotaan lebih dapat ditinggali, dan tidak hanya untuk manusia.

Atap-atap hijau mengingatkan kita bahwa sistem-sistem biologi alamiah adalah sebuah kekuatan pengendali. Ketika musim panas, suhu siang hari di puncak-puncak atap biasa, yang dilapisi aspal, bisa sangat tinggi, melebihi 65 oC dan memberi kontribusi terhadap keseluruhan efek pulau-panas perkotaan. Kota cenderung menjadi lebih hangat daripada daerah-daerah sekitarnya. Di atap-atap hijau, perpaduan antara tanah dan tetumbuhan bertindak sebagai penyekat. Fluktuasi suhu hanya sedikit, sehingga mengurangi biaya pemanasan dan pendinginan hingga 20 persen pada bangunan-bangunan di bawah atap tersebut.

Ketika hujan turun di atap biasa, airnya meluncur dari tebing-tebing buatan di kota, membanjiri lereng-lereng buatan menuju ke saluran-saluran badai. Air tidak terserap, tidak tersaring, dan hampir tidak terhalang. Sedangkan atap hijau justru bekerja seperti padang rumput yang menyerap air, menyaringnya, memperlambatnya, bahkan menyimpan sebagian air untuk penggunaan di lain kali. Hal tersebut akhirnya membantu mengurangi ancaman kebanjiran pada pipa-pipa pembuangan air, memperpanjang masa hidup sistem penyaluran air di kota, dan mengembalikan air yang lebih bersih ke daerah genangan di sekitarnya. London, sebagai contoh, telah mengantisipasi lebih banyak hujan dan banjir akibat perubahan iklim, dan kota ini sedang mempertimbangkan bagaimana atap hijau dapat mengurangi ancaman tersebut.

Barangkali yang terpenting, atap hijau dapat dihuni. Atap-atap ini merebut kembali apa yang sekarang pada dasarnya merupakan tempat tidak terpakai di dalam kota dan mengubahnya menjadi serangkaian pulau atap gedung yang “terkoneksi” dengan pedesaan melampaui batas-batas kota. Berbagai spesies besar dan kecil—semut, laba-laba, kumbang, burung lapwing, burung laut berekor pendek, dan gagak—sekarang tinggal di atap-atap hijau. Daftar ini juga diisi oleh black redstart Britania, burung yang membuat koloni di puing-puing lokasi industri yang telah ditinggalkan, habitat yang hilang akibat pembangunan kembali. Solusi yang dikembangkan oleh Dusty Gedge, seorang konsultan hidupan liar Inggris sekaligus seorang pendorong atap-atap hijau di Inggris, adalah membuat habitat atap gedung yang hidup dari puing-puing yang sama.

Ini bukan hanya soal membuat atau menggantikan habitat yang ada. Di Zürich, Swiss, atap hijau berusia 95 tahun dengan sistem penyaringan air berfungsi sebagai tempat perlindungan untuk sembilan spesies anggrek setempat yang tersingkir dari pedesaan sekitar ketika habitat berupa padang rumput diubah menjadi lahan pertanian.
 
Bls: Atap Hijau

Para pendukung atap hijau berpendapat bahwa mereka telah mengatasi sebagian besar, jika tidak semua, tantangan teknis yang muncul dalam penanaman lapisan biologis di atap bangunan, pada semua skala: mulai dari sebuah gerai sayuran atau halte bus hingga atap pabrik truk Ford seluas empat hektare di Dearborn, Michigan. Meskipun biaya rata-rata pemasangan atap hijau bisa dua atau tiga kali lebih mahal dibanding atap biasa, mungkin dalam jangka panjang justru lebih murah. Kaitannya terutama dengan penghematan energi. Tumbuh-tumbuhan juga melindungi atap dari radiasi ultraviolet serta memperpanjang daya tahannya. Atap hijau membutuhkan cara perawatan berbeda yang mirip seperti berkebun dengan biaya rendah.

Masih ada tantangan-tantangan filosofis yang harus diatasi. Sebagian besar tantangan tersebut terkait dengan topik ini: atapnya harus seperti apa dan bagaimana seharusnya berfungsi. Para klien cenderung menginginkan atap yang mudah untuk dipelihara dan warnanya seragam hijau sepanjang tahun. Mereka juga menginginkan “rumput yang abadi di langit”, bukan padang rumput musiman. Para pembangun dan arsitek cenderung menginginkan solusi yang dapat timbal-balik, dibakukan, dan universal, semacam sistem atap hijau yang sekarang ditawarkan beberapa “pemain kelas perusahaan besar” dalam industri atap hijau.

Atap hijau, betapa pun, bukan hanya sebuah alternatif biologis untuk menggantikan atap yang biasa. Atap hijau membutuhkan cara berpikir yang berbeda sama sekali. Atap hijau yang distandarkan, seperti misalnya hamparan sedum, lebih baik daripada atap biasa. Tetapi membangun atap yang lebih menguntungkan bagi lingkungan juga mungkin saja—katakanlah misalnya atap hijau yang ditumbuhi spesies lokal. Tujuan beberapa peneliti sekarang adalah menemukan cara membangun atap hijau yang secara ekologis dan sosial dapat diterima dalam segala cara: biaya lingkungannya murah dan dapat dinikmati orang sebanyak mungkin.

Stephan Brenneisen, ilmuwan Swiss dan pendukung fanatik potensi keanekaragaman hayati dari atap-atap hijau, mengatakan dengan sederhana, “Saya harus menemukan solusi yang mudah dan murah, menggunakan bahan-bahan dari wilayah ini.” Itu berarti, semakin berkurangnya ketergantungan struktur atap dan tetumbuhannya terhadap plastik dan bahan-bahan boros energi lainnya. Persoalannya bukan hanya apakah atap hijau bisa berfungsi. Melainkan bagaimana membuat atap-atap tersebut berfungsi dalam cara yang paling berkelanjutan, menggunakan sesedikit mungkin energi, seraya menciptakan keuntungan terbesar untuk habitat manusia dan bukan manusia.

Musim gugur lalu saya naik ke atap Portland Building yang berlantai 15 di pusat kota Portland, AS. Pemandu saya bernama Tom Liptan. Ia adalah Manager Program Ecoroof di kota dan orang yang mengaku terobsesi masalah air-badai. Ia memulai percobaan-percobaannya mengenai atap hijau dengan membangun atap hijau di garasi miliknya sendiri pada 1996. Kami berjalan menuju dinding pembatas atap melintasi penanaman sedum dan selang-selang. Kami melihat ke bawah ke atap balai kota Portland, beberapa lantai di bawah kami. Bangunan itu memiliki atap tar hitam biasa, jenis atap yang biasa kita pakai selama puluhan tahun. Tetapi sebagai bagian dari proyek “Kelabu menjadi Hijau” di Portland—rencana untuk manajemen air-badai yang berkelanjutan—bangunan itu akan segera dilengkapi dengan atap hijau. “Para karyawan menginginkannya,” kata Liptan.
 
Bls: Atap Hijau

Dalam sejarah bangunan pemerintahan tersebut, seberapa sering orang yang bekerja di sana berpikir tentang atap tar hitam yang tampak di atas kepala mereka? Setelah atap hijau selesai dipasang, mereka mungkin hanya mengunjunginya sesekali, tetapi mereka tidak akan lupa bahwa atap itu ada di sana, menambah habitat di pusat kota, menyaring hujan, menurunkan suhu. Hal tersebut mengingatkan saya akan sesuatu yang dikatakan oleh Stephan Brenneisen: “Orang-orang merasa lebih senang berada di dalam bangunan di mana kita telah memberi sesuatu terkait dengan tema kembali ke alam.”

Pikirkan jutaan hektare puncak atap yang tidak alami di seluruh dunia. Sekarang bayangkan mengembalikan sebagian jejak manusia kepada alam yang berdampak sangat besar—menciptakan ruang-ruang hijau di tempat yang tadinya hanya ada aspal dan kerikil. Jika sebagian kebahagiaan manusia berasal dari hal yang dibuat sendiri, mengapa tidak?


Sumber:
National Geographic, Agustus 2009
Oleh Verlyn Klinkenborg
Foto oleh Diane Cook dan Len Jenshel



-dipi-
 
Bls: Atap Hijau

Menarik banget!

Tapi yang di foto itu atapny datar, ga segitiga ato miring.

Kalo di rumah biasa, kira-kira bisa ga yah?

Keren kayany...
 
Re: Bls: Atap Hijau

Menarik banget!

Tapi yang di foto itu atapny datar, ga segitiga ato miring.

Kalo di rumah biasa, kira-kira bisa ga yah?

Keren kayany...

Wah kalo untuk atap rumah konvensional sepertinya agak beresiko, karena tentunya genteng2 yang banyak dipakai bukan didesign untuk hal ini.

Tapi biasanya rumah2 jaman sekarang nggak semua bagian atapnya 'habis' oleh genteng, ada juga yang setengah buat atap genteng, sisanya untuk dak..

Nah mungkin itu bisa dimanfaatkan

-dipi-
 
weew, keren ya,keliatan asri dan indah. pengen deh punya atap hijau juga.
diindonesia udah ada belum ya atap hijau?
 
Kalau di rumah-rumah, aku lihat udah banyak juga yang bikin. Justru di gedung2 perkantoran yang masih jarang, padahal sebenernya di perkantoranlah yang paling banyak diperlukan, mengingat biasanya gedung2 itu tidak menyisakan taman.

Kalo punya atap Dak..bagus juga loh kalo dibuat taman. Dan sekarang udah banyak dijual perangkat dan media tempat tumbuhnya rumput, seperti ini...

the_tm9_turf_mat_credit_toyota_roof_garden.jpg


jadi praktis banget...:)


-dipi-
 
Re: Bls: Atap Hijau

Menarik banget!

Tapi yang di foto itu atapny datar, ga segitiga ato miring.

Kalo di rumah biasa, kira-kira bisa ga yah?

Keren kayany...

Sempet dapat laporannya dari salah seorang teman, ada kok yang bidangnya buakn datar, yang waktu itu megha lihat dia bidangnya melengkung, tau rumah bukit teletubies kan? nah seperti itulah ;)

Btw kalau gedung kampus yang di Singapura itu atasnya rumput juga bukan ya?
itu loh kampus yang terkenal karena arsitekturnya unik <3D
 
Back
Top