Kurir Narkoba Iran Raih Peringkat Satu

Dipi76

New member
Kurir Narkoba Iran Raih Peringkat Satu
Rabu, 1 Desember 2010 | 10:18 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Direktur Narkoba Polda Metro Jaya Komisaris Besar Anjan Pramuka Putra mengatakan, kurir narkoba warga negara asing yang memasarkan narkoba di Jakarta meningkat. Total kurir narkoba warga negara asing yang kedapatan memasarkan narkoba sebanyak 49 orang.

"Peringkat pertama diduduki oleh warga negara asal Iran, yakni sebanyak 18 tersangka. Kemudian berturut-turut diikuti tersangka warga negara Malaysia dengan 5 tersangka, China sebanyak 4 tersangka, Taiwan dengan 4 tersangka, Nigeria sebanyak 2 tersangka. Adapun sisanya ditempati oleh India, Nepal, dan Korea," kata Anjan kepada wartawan di Markas Polda Metro Jaya, Selasa (30/11/2010).

Anjan mengatakan, data tersebut baru dari Polda Metro Jaya saja, belum digabung dengan data dari Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Direktorat IV Badan Reserse Kriminal Mabes Polri.

Kepala Satuan II Psikotropika Polda Metro Jaya AKBP Hendra Joni mengatakan, telah terjadi peta pergesaran warga negara asing yang menyelundupkan heroin dan sabu ke Indonesia.

"Mulai tahun 2001 hingga 2005, mayoritas kurir narkoba dikuasai oleh warga negara Nigeria. Adapun pada 2005-2009, kurir dari warga negara China dan Malaysia. Untuk tahun 2010 lebih banyak warga negara Iran," katanya.

Hendra Joni memperkirakan, barang narkotika jenis sabu yang beredar diperkirakan berasal dari China. "Kualitas dari China terbukti nomor satu. Mereka punya ahli di bidang penggodokan, selain itu bahan-bahan juga bagus ketimbang Malaysia, mungkin Malaysia hanya tempat transit barang sementara dari China," kata Joni.

Kebutuhan sabu yang begitu tinggi di Indonesia, kata Joni, membuat harga pasaran meningkat. Begitu pula dengan bandar sabu yang terus mencari kurir dari berbagai negara untuk memasarkan barang haram itu di Indonesia.

"Bayangkan, di negara mereka sabu 1 kilogram dijual seharga Rp 200 juta. Sampai ke Indonesia barang 1 kilogram bisa dijual Rp 1,5 miliar," tuturnya.

Joni juga mengatakan, pada tahun 2009 harga sabu di pasaran Indonesia sempat menembus angka Rp 2 miliar. Pasalnya, sabu sempat hilang di pasaran sementara kebutuhan meningkat.

Selain sabu, narkoba jenis ekstasi juga diminati dan dijual berkisar Rp 250.000 per butir. "Kalau ekstasi, diduga dari Belanda, kualitas satu bisa dilihat dari bentuknya, keras," terang Joni.

Petugas Direktorat Narkoba Polda Metro Jaya menciduk dua warga negara Iran bernama Abolfazl Keshavar Zahmadi Azatollah dan Mohammad Razmi Ramezanali. Mereka ditangkap di Kamar 415 Hotel Atlantik, Jalan Salemba Raya 26, Jakarta Pusat.

Petugas menyita 200 gram bruto sabu dan empat buah telepon seluler dari Abolfazl Keshavar Zahmadi Azatollah. Adapun dari tangan Mohammad Razmi Ramezanali menyita 7,2 gram bruto dan satu buah timbangan.

Selain itu, petugas juga menangkap pengedar ekstasi, IB alias IC, di tempat hiburan Illigal lantai 3, Taman Sari, Jakarta Barat dengan barang bukti 38 tablet. Petugas kemudian mengembangkan penyelidikan dan berhasil menangkap tersangka SM di Apartemen Mandala Kamar 207, Hayam Wuruk, Taman Sari, Jakarta Barat. Dari tangan SM, petugas berhasil mendapatkan 1.473 butir tablet ekstasi, 90 butir tablet Erimin, dan 20 butir kapsul.

Para tersangka pun dijerat dengan Pasal 114 Ayat (2) subsider Pasal 112 Ayat (2) juncto Pasal 132 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 tentang Narkotika dengan ancaman hukuman pidana mati.


Dari: Kompas.com



-dipi-
 
Back
Top