Coach

Megha

New member
Coach

coach-yelling-at-athlete-716268.jpg

Coach (Ing.). Pelatih dan pembimbing untuk atlet yang belum berprestasi sampai menjadi seorang atlet yang berprestasi dalam suatu cabang olahraga. Coach yang baik adalah yang menguasai bidangnya, berpengalaman luas dan berkepribadian kuat.
 
Untuk menjadi COACH yang baik harus menguasai ilmu kepelatihan yang berkaitan dengan cabang olahraga yang di latihnya, serta ilmu" pendukung lainnya, misalnya ilmu gizi, ilmu biomekanika, dan sebagainya...
 
PELATIH​


Dalam bahasa Inggris istilah pelatih olahraga di sebut COACH, sedangkan pekerjaan melatihnya di sebut COACHING. Pelatih adalah seseorang yang memberikan latihan keterampilan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Pelatih olahraga adalah seseorang yang memberikan latihan keterampilan berolahraga tertentu untuk mencapai tujuan yang diharapkan.Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, pelatih minimal harus dapat membuat perencanaan, pengelolaan dan evaluasi latihan. Sekilas mengenai latihan (Bompa:1988) membagi program menjadi 3 periodisasi : periode latihan, periode pertandingan/kompetisi dan periode transisi.

Kalau kita bicara mengenai falsafah coaching, kita bicara mengenai suatu perangkat sikap, atau prinsip – prinsip dasar menuntun tabiat dan perilaku pelatih di dalam situasi praktek. Ada pelatih yang falsafah coachingnya adalah ”memenangkan setiap pertandingan”, maka sikap dan perilakunya serta cara menangani olahraga dan peserta didiknya tercermin dalam falsafah tersebut. Berbeda dengan pelatih yang falsafahnya adalah ”menanamkan kepribadian dan perilaku yang baik” pada peserta didiknya. Penanganannya juga akan berbeda dengan pelatih yang falsafahnya lain. Kombinasi falsafah coaching untuk mencapai tujuan melatih mutlak diperlukan agar prestasi dan sikap sportif dapat tergapai secara sinergi.
 
Di bawah ini akan saya uraikan beberapa tugas utama dan kepribadian yang perlu diperhatikan oleh seorang pelatih yang saya kutip daribeberapa buku pegangan saat masih kuliah dulu...

1. Perilaku

Pertama–tama perilaku pelatih haruslah bebas dari cela dan cerca. Dia harus ingat bahwa baik anak didiknya maupun masyarakat memandang dirinya sebagai seorang manusia model (role model). Hampir setiap gerak pelatih akan diamati oleh peserta didik maupun oleh masyarakat. Pelatih harus hidup dengan falsafah sebagaimana yang dia minta dari peserta didik; dia harus mendemonstrasikan nilai–nilai yang diajarkannya. Pelatihan olahraga dalam kegiatan ekstrakurikuler yang dilakukan oleh seorang pelatih di sekolah juga harus dapat mentransformasi nilai–nilai perilaku yang baik kepada peserta didiknya, sehingga peserta didik akan bersifat sportif, hormat dan menghargai lawannya.

2. Kepemimpinan

Pelatih harus dapat bersikap tegas, tidak meragukan, apalagi mencurigakan. Seorang coach yang baik akan selalu memperlihatkan wibawanya sebagai seorang pemimpin dan sifatnya sebagai orang yang sportif, meskipun timnya dalam kondisi kritis, meskipun peserta didiknya banyak melakukan kesalahan, meskipun keputusan wasit dirasakan berat sebelah. Keteguhan sebagai seorang pemimpin harus tetap dipegang , baik setelah kemenangan maupun kekalahan. Pelatih harus dapat mengambil peran yang tepat pada saat latihan maupun pertandingan dalam kondisi sesulit apapun, sebab peserta didik (di sekolah) akan turut komando pelatihnya. Apalagi dalam pertandingan olahraga antar sekolah yang rawan tawuran, kepemimpinan pelatih sangat penting dalam mencegah hal–hal buruk yang akan terjadi.

3. Pengetahuan dan keterampilan

Tinggi rendahnya prestasi peserta didik banyak tergantung dari tinggi rendahnya pengetahuan dan keterampilan pelatihnya. Ungkapan ini sangat tepat sebab pengetahuan pelatih tentang bentuk–bentuk formasi permainan, strategi pertahanan dan penyerangan haruslah sedemikian rupa sehingga hampir tidak mungkin regu lawan akan dapat mengacaukan regunya dengan suatu penyerangan atau pertahanan yang tidak dikenalnya. Dalam pertandingan–pertandingan antar sekolah, kelebihan pengetahuan dan keterampilan pelatih akan sangat membantu kesuksesan tim olahraga sekolah tersebut.

4. Keseimbangan Emosional

Kesanggupan untuk bersikap wajar, lugas, dan layak dalam keadaan tertekan atau terpaksa merupakan suatu ukuran keseimbangan emosional dan maturitas seseorang. Dalam tugas kita sebagai pelatih yang berfungsi sebagai pembimbing dan pengasuh peserta didik (Siswa di sekolah) yang merupakan anak–anak muda yang dalam keseimbangan emosional yang belum matang, penting bagi kita untuk tetap berkepala dingin, bukan hanya pada waktu latihan dan pertandingan, akan tetapi di luar itu. Sudah wajar kalau ada situasi–situasi yang dapat menimbulkan marah dan frustasi pada kita. Dan wajar pula kalau reaksi kita adalah marah dan frustasi, karena hal itu adalah emosi manusiawi. Akan tetapi yang perlu kita perlihatkan adalah bahwa dalam situasi demikian itu, kita tetap dapat mengendalikan emosi kita, terutama sekali emosi peserta didik kita menghadapi situasi yang demikian dan bukan melampiaskannya dengan maksud untuk kepuasan kita atau balas dendam.

5. Humoris.

Kemampuan untuk membuat orang lain merasa rileks dengan jalan memberikan humor atau lelucon yang sehat dan menyegarkan merupakan faktor penting guna mengurangi ketegangan dan membangkitkan optimisme baru, baik dalam latihan maupun sebelum dan sesudah pertandingan. Perlu diingat bahwa kita melatih peserta didik yang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan fisik maupun psikis, dengan memberikan kegembiraan dalam latihan dengan humor yang sehat akan membawa hasil yang positif bagi perkembangannya. Kalau perlu kita sebagai pelatih belajar bahasa gaul agar interaksi kita dengan mereka menjadi lebih hangat lagi.

sumber : dokumentasi pribadi pale
 
iya den bekal dri pendidikan trkadang masih kurang, kalu tidak ditunjang dengan praktik di lapangan, dalam arti kita harus melatih dengan sebenarnya shingga bisa merasakan dan menemukan pembuktian dari teori-2 di atas......
 
Back
Top