APA JADINYA DUNIA INI APABILA YESUS TIDAK PERNAH LAHIR ?

alanlejac

New member
Beberapa hari lagi kita akan merayakan Natal, merayakan kelahiran Juruselamat kita, Yesus Kristus. Seperti apakah makna natal tahun ini bagi kita semua ? apakah sama seperti tahun-tahun yang telah lalu, atau memberikan makna yang baru lagi yang berbeda dari tahun-tahun yang telah lalu ? Apakah natal yang kita rayakan untuk mengingat kelahiran Tuhan kita, mengingatkan kita bahwa Dia akan dating kembali ke dunia ini untuk yang kedua kalinya, tetapi bukan sebagai seorang bayi, tetapi sebagai Hakim Agung yang penuh kuasa ? sehingga kita semakin mendekatkan diri kita kepada Tuhan dalam doa, penyembahan, perkataan dan tindakan yang sesuai dengan Firman Tuhan, atau kita sepertinya larut dengan prilaku kebudayaan dunia yang mengglobalisasi, dimana banyak dari nilai nilai etika dan moral bertentangan dengan Firman Tuhan ?

Dalam suasan perayaan natal, jadi teringat dalam satu renungan dari pak Christianto Wibisono yang pernah dimuat di harian Suara pembaharuan tahun 2005 yang berjudul : SEANDAINYA YESUS TIDAK PERNAH LAHIR, yang mana renungan ini cukup membekas di dalam hati, sebagian dikuitip dibawah ini :

NATAL 2005 di Amerika Serikat (AS) diwarnai perang dingin kelompok mainstream konservatif religius menangkis serangan kelompok ateis Tranzi, yang ngotot ingin menghapus ciri Yesus Kristus dan istilah Christmas dalam perayaan akhir tahun itu. John Gibson, pemandu Fox News, menulis buku “War on Christmas” yang laris dan didukung konsumen mengancam memboikot toko seperti Walmart, Target, dan Macy, yang menghapus istilah Christmas. Kubu konservatif masih bisa mempertahankan istilah Christmas tahun ini.

Kolumnis ateis Christopher Hitchens dengan sinis malah menyamakan Natal dengan kultus individu terhadap Kim Il -sung dan Kim Jong-il. Ini fakta pahit dekadensi moral kelompok Tranzi pasca demokrasi liberal Barat. Sebetulnya sejak 1994 Dr James Kennedy sudah menulis buku controversial berjudul What If Jesus Had Never Been Born? - Seandainya Jesus tidak pernah lahir?. Buku itu merupakan kontra argumen terhadap arus besar ateisme dan sekularisme yang melanda Eropa Barat dan AS.James menekankan kontribusi dan akar filosofi moral kemanusiaan. Mulai dari HAM, pendidikan umum dan kebebasan individu, demokrasi, semangat dan etos kerja, santunan kesehatan masyarakat, perkembangan musik dan kesenian, serta iptek yang progresif. James tidak lupa menyorot sejarah negatif seperti inkuisisi dan antisemitisme serta korupsi dan skandal yang menimpa Gereja Katolik maupun Protestan hingga kurun waktu abad ke-20.

Secara integral, kontribusi ke-Kristenan tetap lebih besar daripada aspek negatif yang sempatmencemari ke-Kristenan. James menyebut belasan pakar besar penemu iptek yang sangat religiusdan jauh dari sekuler atau ateis, antara lain : Newton , Maxwell, Faraday, Kelvin, Lister, Pasteur, Boyle, Mendel, Pascal, dan Kepler. Secara fair James juga mengakui kekeliruan gereja yang pernah menghukum Galileo Galilei dan bersikukuh pada dogma Alkitabiah yang keliru tentang matahari dan bumi.

Tidak pernah orang berani membandingkan kejahatan yang dilakukan oleh diktator lokal, domestik, nasional pribumi yang jauh lebih kejam dibanding penguasa kolonial. Seandainya penguasa kolonial Inggris, Prancis, Belanda, dan lain-lain tidak dibatasi oleh teologi dan iman Kristen tentang kemanusiaan dan HAM, barangkali pejuang seperti Nehru, Gandhi, Sukarno, dan lain-lain, akan sudah mengalami nasib seperti Munir atau Ali Bhutto. Sekejam-kejamnya kolonialis Inggris, mereka ti dak membunuh Nehru atau Gandhi, yang malah akan tewas di tangan ekstremis Hindu. Sekejam-kejamnya Inggris, mereka tidak menggantung Ali Bhutto, yang malah dibunuh oleh mantan Panglima yang diangkatnya, Zia Ul Haq. Sekejam- kejamnya Belanda, tidak membiarkan Bung Karno tidak terawat tanpa obat yang mempercepat kematian proklamator di tangan bangsa sendiri.

Riwayat Amerika Latin selama 200 tahun merdeka memang berbeda dari AS, karena penuh dengan kudeta, junta militer, rezim kiri populis model Stalin-Mao, yang juga gagal menyejahterakan rakyatnya. Kegagalan Amerika Latin adalah karena tidak ada institusi yang menghormati HAM dan property rights dalam supremasi hukum yang impartial dan tidak terbajak oleh kelompok sektarian, primordial ("Washington Watch", 22 November, Red). Kegagalan Amerika Latin yang notabene mayoritas Katolik juga perlu dicatat, bahwa ke-Kristenan mempunyai dinamika yang memberi warna dan pengaruh yang berbeda. Amerika Utara dalam semangat reformasi Protestan, memberi peluang pada pertumbuhan masyarakat kreatif, demokratis, progresif yang secara simultan mendongkrak tingkat kesejahteraan material spiritual rakyatnya.

Situasi dunia memang sedang krusial. Di Barat terjadi gelombang pasang antireligi, sedang di Timur gelombang pasang fanatisme jihad. Di Barat, sebagian elitenya bunuh diri secara filosofis dan ideologis dengan mengingkari akar sejarah dan jati diri ke-Kristenan. Di Timur gelombang populisme membajak agama untuk meluncurkan perang jihad kepada manusia yang berbeda ciri primordialnya baik etnis, ras maupun agama. Dunia sedang menghadapi perang peradaban bukan hanya antara tiga rumpun agama keturunan Abraham, tetapi juga skizofrenia, retak jiwa dalam, pewaris demokrasi liberal Barat dan tradisi Judeo - Christianity Eropa yang mengingkari kebenaran dan tidak yakin terhadap sistem nilai hidup mereka sendiri. Kaum ateis ingin mengubur warisan itu dan mengganti dengan ideologi Tranzi. Maka tidak perluheran jika dalam satu abad, seluruh dunia bakal jadi Dunia Ketiga, tanpa kemanusiaan dan tanpa moralitas.

Sebetulnya kondisi dan situasi Barat sekarang ini sudah bukan seandainya Yesus tidak pernah lahir, melainkan benar-benar sudah suatu perang terbuka untuk mengharamkan segala sesuatu berkonotasi Yesus Kristus, Kristen, dan Natal (Christmas). Orang boleh ber-Hanukah (hari libur Yahudi), ber-Kwanza (hari Afrika Hitam) ber-Waisak, Imlek dan bahkan ber-Idul Fitri. Tapi ber-Natal, ber-Kristus, ber-Christmas justru dilecehkan bahkan digugat ke pengadilan oleh kelompok Tranzi ateis bule tulen….


Jadi dari renungan Pak Cristianto dengan mengutip apa yang ditulis oleh Dr. James kennedy, kita bisa bayangkan makna dan pentingnya kehadiran Yesus dan tradisi Kekristenan yang melekat dalam kehidupan masyarakat barat dan kemudian meluas ke berbagai masyarakat lain didunia.

Ada satu buku bagus yang ditulis oleh, Alvin J Schmidt yang berjudul “ Under Influence, How Christianity Transformed Civilazation” yang menjelaskan bagaimana pengaruh positif dari Yesus dan para pengikut-Nya dalam kebudayaan dan peradaban barat sekarang ini, yang sayangnya kemudian dilupakan oleh masyarakat barat. Landasan Kristianitas yang membangun kebudayaan barat baik dalam kemajuan pendidikan, persamaan hak wanita sampai dengan masalah kesehatan public dan kebebasan dalam ekonomi yang menjadi berkat bagi masyarakat barat jaman sekarang dapat ditelusuri baik secara spiritual dan kebudayaan dan mengalami perubahan secara revolusioner melekat nama Yesus.

Selanjutnya Alvin J. Schmidt mengatakan, “ Tidak seperti kebanyakan pemimpin pergerakan keagamaan yang lain, Yesus bukanlah tokoh politik yang memunyai koneksi dengan Raja Herodes atau Sanhendrin, Dia tidak mengambil tindakan politik seperti Alexander Agung, murid-murid-Nya hampir bisa dikatakan tidak berpendidikan, Tetapi Dia telah menaklukan jutaan orang lebih banyak dari Alexander Agung, Nabi Muhammad dan Napolean walaupun digabung sekaligus. Hal ini semua terjadi karena pesan-pesanNya dan kebangkitanNya secara phisik telah merubah para pengikutNya yang mula-mula, tanpa senjata untuk membela diri bahkan dalam penyiksaan-penyiksaan yang kejam, untuk pergi ke seluruh dunia untuk menyebarkan kasih-Nya, pengampunan-Nya dalam perkataan dan tindakan kepada semua orang, tanpa membeda-bedakan jenis kelamin, ras, etnis, kaya atau miskin.”

Dalam bukunya yang terdiri dari 400 halaman, selanjutnya Alvin J. Schmidt menjelaskan dengan runut bukti-bukti bagaimana Yesus dan Kekristenan mempengaruhi kebudayaan dan peradaban barat,disepanjang sejarah baik dalam hal yang menyangkut masalah : status sosial yang memberikan pengharapan bagi orang-orang miskin, masalah persamaan gender, dimana pada waktu itu dibanyak kebudayaan wanita kurang dihargai dan lebih banyak menjadi obyek dengan gender yang lebih rendah, entah budaya Romawi, Yunani, Yahudi dan Cina. Yesus memberikan simpati dan mengembalikan derajat wanita ke fungsi yang ditetapkan dalam kitab Kejadian, dan menjadikan wanita setara dengan wanita. Etika dan moralitas sexual yang baru dan berbeda dari yang telah ada dan berlaku selama ini, termasuk kekudusan pernikahan, hubungan sex suami istri dan masalah perceraian. Menghapuskan status sosial Tuan dan Hamba, bahkan Yesus mengajarkan bahwa barang siapa hendak menjadi besar, dia harus menjadi pelayan, bahkan Dia mencontohkannya dengan membasuh kaki para muridnya. Baik Abraham Lincoln, Wiliam Wilberforce yang memperjuangkan untuk menghilangkan perbudakan mengakui dipengaruhi oleh ajaran-ajaran Kekristenan, dengan landasan bahwa manusia diciptakan serupa dan segambar dengan Allah, dan oleh karena itu mempunyai persamaan hak dan azasi yang sama di hadapan Allah.

Hal lain yang penting ditekankan dalam buku ini adalah masalah perkembangan ilmu pengetahuan dan system pendidikan seperti universitas yang ada sekarang ini merupakan pengarudh dan dampak dari kehadiran Yesus dan pengajaran kekristenan yang disebarkan oleh para pengikutnya, masalah ketenagakerjaan dan system ekonomi kapitalisme yang ada memberikan kesamaan hak kepada setiap orang untuk melakukan tindakan ekonomi, dan penghargaan terhadap kreatifitas, tenaga kerja, semuanya dipengaruhi oleh nilai-nilai kristiani,

Akhir kata bisa dibayangkan, apa jadinya kita hari ini apabila, Yesus tidak pernah lahir ke dalam dunia ? bisa dibayangkan bahwa perbudakan masih merajelala, tidak ada demokrasi dan pemilu, tidak ada pasar bebas, kehidupan dan etika moral seperti dalam hutan, dengan hukum siapa kuat dia yang menang ! Setiap pria bebas untuk memiliki banyak wanita tanpa merasa bersalah sedikit pun ! Cukup menyeramkan apabila hal itu semua terjadi sekarang ini

Oleh karena itu dalam suasana hari natal ini, baiklah kita semua mengingat kembali kedatangan Tuhan Yesus adalah untuk menebus dosa manusia, agar menjadi layak di hadapan Allah, apa yang terjadi dalam hal-hal yang positif seperti yang dijelaskan dalam buku Under Influence-nya Alvin J. Schmidt tersebut merupakan hanya awalan dan baru sedikit, karena semuanya nanti akan lebih baik lagi dan disempurnakan, disaat kita semua menyambut kedatanganNya yang kedua kali dengan kesiapan hati yang tanpa cacat dan cela untuk layak masuk dalam Kerajaan Allah. Selamat hari natal dan tahun baru 2011.
 
Last edited:
Back
Top