Air Force One, Pesawat Komando yang Misterius

langit_byru

New member
Inged ga kemaren waktu George Bush Jr kesini dia membawa Pesawat kepresidenan Boeing 747 Airforce One?

af1.jpg


Selain merupakan pesawat kepresidenan, Air Force One bisa pula difungsikan sebagai pesawat komando sekaligus bunker terbang. Hingga kini tak seorang pun pejabat AS mengetahui detail persis bagian-bagian dalamnya. Pesawat ini mampu bertahan dari serangan rudal dan terjangan pulsa elektromagnet nuklir.

Demo antiBush yang sangat "meriah" dan adanya kabar bahwa salah satu mesin pesawat Air Force One rusak ternyata tak mengurungkan niat Presiden AS George W. Bush untuk berkunjung ke Indonesia, pada Senin sore, 20 November. Rombongan disambut meriah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, meski untuk hari itu Bogor - tuan rumah yang sehari-hari dikenal dengan kota wisata - berubah mencekam karena harus menyesuaikan diri dengan gaya maximum security yang biasa menyertai Bush kemana pun pergi.

Secret Service (SS) - pasukan pengawal kepresidenan AS, telah dengan sengaja menciptakan kondisi seperti itu. Seperti diungkap sebuah situs internet internasional, pengamanan terhadap Presiden Bush dipertinggi terutama setelah AS getol memerangi teroris pasca Peristiwa 11 September. Karena musuh sudah semakin banyak, SS bisa dikatakan tak lagi percaya dengan segala bentuk sistem pengamanan yang diselenggarakan pihak luar.

"Dengan demikian, Air Force One memang tak lagi sekadar pesawat jet eksekutif kepresidenan. Pesawat ini telah meningkat statusnya menjadi bunker bergerak yang selalu mencurigai bahwa setiap tempat yang akan disinggahi adalah tempat yang tak aman dan amat rawan serangan," tulis situs tersebut.

Untuk itu jangan heran jika iring-iringan pesawat, helikopter, dan kendaraan pengangkut Presiden AS juga telah diatur sedemikian rupa agar setiap calon pembunuhnya - termasuk para wartawan yang memburunya -- terkecoh. Air Force One, misalnya, tak dibiarkan berkunjung ke sebuah negara sendirian. Ia selalu didampingi sebuah lagi pesawat yang memiliki ujud serupa. Ketika mendarat di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Angkasa mengidentifikasi pesawat pengecoh ini berasal dari jenis Boeing B757 yang telah dimodifikasi.

Atas nama pengamanan pula, perjalanan Bush dari Halim Perdanakusuma ke Bogor tak cukup hanya dikawal empat heli Marinir AS CH-46E Sea Knight. Heli VH-60E Whitehawk "Marine One" yang mengangkutnya juga terbang berdampingan dengan heli serupa sebagai decoy. Sebagai puncaknya, dalam perjalanan dari helipad di Gedung Olahraga Pajajaran ke Istana Bogor, SS lagi-lagi telah menempatkan Bush pada mobil yang lain dari biasanya. Ia tidak menumpang limousine Cadillac DTS, melainkan dengan SUV Cadillac Escalade Lincon.

Nah -- ini berandai-andai saja -- bagaimana kalau serangan terhadap dirinya terjadi juga? Untuk skenario terburuk, SS akan langsung mengevakuasi Bush dan istrinya dengan helikopter ke pangkalan udara bergerak terdekat milik AS. Ketika berkunjung ke Bogor, pangkalan berupa kapal induk USS Essex itu berada di perairan sebelah utara Jakarta. Di kapal induk kecil ini, pasukan AS akan segera melindungi kepala negaranya dan bersiap diri melakukan serangan balasan sesuai tingkat serangan yang mengancam.
USS Essex, sejatinya, adalah kapal serbu amfibi. Di kapal ini mukim puluhan helikopter CH-46 Sea Knight, satu skadron tempur AV-8B Harrier, dan satu skadron heli antikapal selam. Kapal ini juga membawa tiga hovercraft Air Cushion Landing Craft. Lebih lanjut, perjalanannya ke Indonesia dipantau langsung oleh Armada ke-7 AL AS yang bermarkas di Hawaii. Dengan demikian, Anda tahu sendiri, apa yang akan terjadi jika dalam perjalanannya ke Bogor, Bush "diganggu".

Pengganti Ruang Oval
Di antara jajaran alat transpor kepresidenan, Air Force One sendiri bisa dibilang sebagai moda transportasi paling megah, secure, dan canggih. Pesawat ini adalah ujung tombak simbol kedigdayaan AS di udara, yang mana dengannya Presiden AS dan segenap stafnya masih bisa menjalankan tugas sehari-hari. Berbagai piranti di dalamnya bahkan memungkinkan mereka mengendalikan pemerintahan dalam keadaan dunia tengah diguncang perang nuklir.

Tugas keseharian yang biasa dilakukan di Ruang Oval, Gedung Putih, dikerjakan di Ruang Utama Presidential Suite. Ruangan ini terletak di bagian depan pesawat. Di belakang ruangan ini, ada ruangan yang lebih besar dimana Presiden AS dan para stafnya bisa melakukan rapat. Yang mengagumkan, di pesawat ini, Gedung Putih juga memperkenankan setiap staf senior presiden memiliki ruang kerja sendiri-sendiri.

Nah, laiknya kantor kepresidenan, fasilitas kerjanya pun telah disesuaikan dengan bobot dan skala kepentingan para pejabat yang berada di dalamnya. Untuk itu, Air Force One telah dilengkapi 85 saluran sambungan telepon, radio dua-arah, mesin faksimili, dan jaringan komputer. Sistem telepon yang antisadap dan antijamming, telah diset untuk berhubungan langsung dengan jaringan terestrial. Dengan sistem telekomunikasi yang terhubung satelit ini, presiden dan staf bisa mengontak semua orang di segala penjuru dunia meski pesawat sedang mengawang-awang di ketinggian puluhan ribu kaki.

Untuk mengetahui perkembangan terkini, Air Force One juga telah dipasangi 19 televisi yang bisa menyiarkan hampir semua kanal televisi dunia. Boleh jadi karena begitu komplitnya peralatan elektronik yang terpasang, sebagian dari berat pesawat adalah berupa kabel. Jeroan pesawat ini terlilit kabel sepanjang 238 mil, duakali lebih panjang dari kabel yang melilit B747-200 - anjungan standar Air Force One. Begitu pun kabel sepanjang itu bukanlah kabel biasa. Kabel ini telah diberi pelapis khusus sehingga aman dari serangan pulsa elektromagnet (EMP/Electro Magnet Pulse) dan gelombang kejut yang dipancarkan ledakan nuklir.

Selain itu, di dalamnya juga masih ada ruangan lain yang disediakan khusus untuk para wartawan kepresidenan. Namun, mungkin demi menghindari penyusupan, kelompok yang terakhir ini belakangan sering diterbangkan terpisah. Ketika ke Indonesia kemarin, misalnya, rombongan wartawan asal AS diterbangkan khusus dengan pesawat B747-400 United Airlines. Singkat kata, Air Force One bisa menjadi tempat kerja yang layak bagi 70 pejabat negara berikut ke-26 awak pesawatnya.

Air Force One, pada dasarnya adalah pesawat tiga tingkat B747-200B yang telah dimodifikasi dengan ruangan seluas total 4.000 kaki persegi. Ruang kerja presiden dan stafnya mendominasi dek tingkat dua. Dek tingkat pertama atau bagian bawah pesawat menjadi ruang kargo dan bagasi. Sementara dek tingkat ketiga atau bagian paling atas, hanya dikhususkan untuk kokpit, lounge, dan ruang komunikasi. (Selengkapnya, lihat denah pesawat)

Pesawat komando
B747-200 yang menjadi dasar anjungan Air Force One tak lain adalah satu dari empat seri B747 rancangan Boeing yang berhasil dipasarkan secara luas ke berbagai negara. Jika serial pertama, yakni B747-100, diluncurkan pertama kali pada 1969, kemunculan seri-200 hanya terpaut setahun setelah itu. Dimensi keduanya tak beda, kecuali bahwa seri-200 memiliki berat maksimum tinggal landas yang lebih besar karena mesin, kerangka, dan roda pendarat yang lebih kuat.

Anda mungkin akan bertanya, mengapa kantor kepresidenan AS tak memilih B747-400 yang sudah jauh lebih canggih? Sekadar catatan saja, B747-400 memiliki badan lebih panjang, kokpit serba digital (fully glass-cockpit), dan mampu menjangkau jarak 3.000 km lebih jauh dari B747-100 yang "hanya" 10.500 km. Toh, B747-400 sudah terbang dua tahun sebelum B747-200B mulai bertugas (pada 1990). Bukankah masih ada cukup waktu untuk mengalihkannya ke seri yang terbaru itu?

Jujur saja, tak ada jawaban memuaskan untuk pertanyaan tersebut Namun, dari buku Modern Military Aircraft (2004) dapat dirunut kisah bahwa pilihan itu boleh jadi terkait dengan proyek pembuatan pesawat komando terbang AS yang sudah terlanjur dikerjakan AU AS pada awal dekade 1970-an. Kala itu mereka sudah kepalang membeli empat B747-200B untuk direkonstruksi ulang menjadi pesawat komando darurat yang telah dirancang khusus untuk kondisi dunia terlanda perang nuklir. Ujud akhir dari proyek ini adalah pesawat fully-electronic E-4A dan E-4B
 
Last edited:
Well, I think the information about AF-1 is only for certain people who want to save their own properties or influences in the world like USA but not for people who want to make friendship to whatever types of people. Maximum security which had been applied for protecting VVIPs like George W Bush was meaningless, as we know already, nobody's perfect and only the God can do no wrong. Nothing highest technology is perfect to protect human being in this world as long as it is designed only for certain people, either George W Bush or common people have the same opportunity to live because in the legal world every people has the same right and obligation or equality before the law.

A perfect maximum security is only from God, I do not admire US security system because it is too small compared with the power of God and even George W Bush also is a normal human being who has the same life expectancy, nothing is different with others. In terms of technology, perhaps we think it is the ultimate technology ever found as long as it is classified as human's technology. But, the human's technology also too limited.
 
Last edited:
Yes ai do agri wit dis sentences
A perfect maximum security is only from God

but wat we diskus hir is about its strategik mission en teknologies in militari konteks. howeper, dis plen is de mos adfanced airkraf for its preteksion. i hop indonesia wil hev wan in fyuter.







--ga isa ingglis--
 
wuih detail kali infonya. Jadi pengen nonton 'Air force one ' lage nih (hArrison ford, red)...

Mantap infonya
 
Inged ga, waktu di AF1, ada kapsul penyelamat di pesawatnya Harrisson Ford, nah itu boongan. Tapi ide kapsul itu bagus juga ya?

Yang aku salut adalah penggambaran pilot F18 yang berani menghadang rudal dengan dirinya sendiri... udah sama kaya Secret Service ajah...
 
Inged ga kemaren waktu George Bush Jr kesini dia membawa Pesawat kepresidenan Boeing 747 Airforce One?

af1.jpg


Selain merupakan pesawat kepresidenan, Air Force One bisa pula difungsikan sebagai pesawat komando sekaligus bunker terbang. Hingga kini tak seorang pun pejabat AS mengetahui detail persis bagian-bagian dalamnya. Pesawat ini mampu bertahan dari serangan rudal dan terjangan pulsa elektromagnet nuklir.

Demo antiBush yang sangat "meriah" dan adanya kabar bahwa salah satu mesin pesawat Air Force One rusak ternyata tak mengurungkan niat Presiden AS George W. Bush untuk berkunjung ke Indonesia, pada Senin sore, 20 November. Rombongan disambut meriah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, meski untuk hari itu Bogor - tuan rumah yang sehari-hari dikenal dengan kota wisata - berubah mencekam karena harus menyesuaikan diri dengan gaya maximum security yang biasa menyertai Bush kemana pun pergi.

Secret Service (SS) - pasukan pengawal kepresidenan AS, telah dengan sengaja menciptakan kondisi seperti itu. Seperti diungkap sebuah situs internet internasional, pengamanan terhadap Presiden Bush dipertinggi terutama setelah AS getol memerangi teroris pasca Peristiwa 11 September. Karena musuh sudah semakin banyak, SS bisa dikatakan tak lagi percaya dengan segala bentuk sistem pengamanan yang diselenggarakan pihak luar.

"Dengan demikian, Air Force One memang tak lagi sekadar pesawat jet eksekutif kepresidenan. Pesawat ini telah meningkat statusnya menjadi bunker bergerak yang selalu mencurigai bahwa setiap tempat yang akan disinggahi adalah tempat yang tak aman dan amat rawan serangan," tulis situs tersebut.

Untuk itu jangan heran jika iring-iringan pesawat, helikopter, dan kendaraan pengangkut Presiden AS juga telah diatur sedemikian rupa agar setiap calon pembunuhnya - termasuk para wartawan yang memburunya -- terkecoh. Air Force One, misalnya, tak dibiarkan berkunjung ke sebuah negara sendirian. Ia selalu didampingi sebuah lagi pesawat yang memiliki ujud serupa. Ketika mendarat di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Angkasa mengidentifikasi pesawat pengecoh ini berasal dari jenis Boeing B757 yang telah dimodifikasi.

Atas nama pengamanan pula, perjalanan Bush dari Halim Perdanakusuma ke Bogor tak cukup hanya dikawal empat heli Marinir AS CH-46E Sea Knight. Heli VH-60E Whitehawk "Marine One" yang mengangkutnya juga terbang berdampingan dengan heli serupa sebagai decoy. Sebagai puncaknya, dalam perjalanan dari helipad di Gedung Olahraga Pajajaran ke Istana Bogor, SS lagi-lagi telah menempatkan Bush pada mobil yang lain dari biasanya. Ia tidak menumpang limousine Cadillac DTS, melainkan dengan SUV Cadillac Escalade Lincon.

Nah -- ini berandai-andai saja -- bagaimana kalau serangan terhadap dirinya terjadi juga? Untuk skenario terburuk, SS akan langsung mengevakuasi Bush dan istrinya dengan helikopter ke pangkalan udara bergerak terdekat milik AS. Ketika berkunjung ke Bogor, pangkalan berupa kapal induk USS Essex itu berada di perairan sebelah utara Jakarta. Di kapal induk kecil ini, pasukan AS akan segera melindungi kepala negaranya dan bersiap diri melakukan serangan balasan sesuai tingkat serangan yang mengancam.
USS Essex, sejatinya, adalah kapal serbu amfibi. Di kapal ini mukim puluhan helikopter CH-46 Sea Knight, satu skadron tempur AV-8B Harrier, dan satu skadron heli antikapal selam. Kapal ini juga membawa tiga hovercraft Air Cushion Landing Craft. Lebih lanjut, perjalanannya ke Indonesia dipantau langsung oleh Armada ke-7 AL AS yang bermarkas di Hawaii. Dengan demikian, Anda tahu sendiri, apa yang akan terjadi jika dalam perjalanannya ke Bogor, Bush "diganggu".

Pengganti Ruang Oval
Di antara jajaran alat transpor kepresidenan, Air Force One sendiri bisa dibilang sebagai moda transportasi paling megah, secure, dan canggih. Pesawat ini adalah ujung tombak simbol kedigdayaan AS di udara, yang mana dengannya Presiden AS dan segenap stafnya masih bisa menjalankan tugas sehari-hari. Berbagai piranti di dalamnya bahkan memungkinkan mereka mengendalikan pemerintahan dalam keadaan dunia tengah diguncang perang nuklir.

Tugas keseharian yang biasa dilakukan di Ruang Oval, Gedung Putih, dikerjakan di Ruang Utama Presidential Suite. Ruangan ini terletak di bagian depan pesawat. Di belakang ruangan ini, ada ruangan yang lebih besar dimana Presiden AS dan para stafnya bisa melakukan rapat. Yang mengagumkan, di pesawat ini, Gedung Putih juga memperkenankan setiap staf senior presiden memiliki ruang kerja sendiri-sendiri.

Nah, laiknya kantor kepresidenan, fasilitas kerjanya pun telah disesuaikan dengan bobot dan skala kepentingan para pejabat yang berada di dalamnya. Untuk itu, Air Force One telah dilengkapi 85 saluran sambungan telepon, radio dua-arah, mesin faksimili, dan jaringan komputer. Sistem telepon yang antisadap dan antijamming, telah diset untuk berhubungan langsung dengan jaringan terestrial. Dengan sistem telekomunikasi yang terhubung satelit ini, presiden dan staf bisa mengontak semua orang di segala penjuru dunia meski pesawat sedang mengawang-awang di ketinggian puluhan ribu kaki.

Untuk mengetahui perkembangan terkini, Air Force One juga telah dipasangi 19 televisi yang bisa menyiarkan hampir semua kanal televisi dunia. Boleh jadi karena begitu komplitnya peralatan elektronik yang terpasang, sebagian dari berat pesawat adalah berupa kabel. Jeroan pesawat ini terlilit kabel sepanjang 238 mil, duakali lebih panjang dari kabel yang melilit B747-200 - anjungan standar Air Force One. Begitu pun kabel sepanjang itu bukanlah kabel biasa. Kabel ini telah diberi pelapis khusus sehingga aman dari serangan pulsa elektromagnet (EMP/Electro Magnet Pulse) dan gelombang kejut yang dipancarkan ledakan nuklir.

Selain itu, di dalamnya juga masih ada ruangan lain yang disediakan khusus untuk para wartawan kepresidenan. Namun, mungkin demi menghindari penyusupan, kelompok yang terakhir ini belakangan sering diterbangkan terpisah. Ketika ke Indonesia kemarin, misalnya, rombongan wartawan asal AS diterbangkan khusus dengan pesawat B747-400 United Airlines. Singkat kata, Air Force One bisa menjadi tempat kerja yang layak bagi 70 pejabat negara berikut ke-26 awak pesawatnya.

Air Force One, pada dasarnya adalah pesawat tiga tingkat B747-200B yang telah dimodifikasi dengan ruangan seluas total 4.000 kaki persegi. Ruang kerja presiden dan stafnya mendominasi dek tingkat dua. Dek tingkat pertama atau bagian bawah pesawat menjadi ruang kargo dan bagasi. Sementara dek tingkat ketiga atau bagian paling atas, hanya dikhususkan untuk kokpit, lounge, dan ruang komunikasi. (Selengkapnya, lihat denah pesawat)

Pesawat komando
B747-200 yang menjadi dasar anjungan Air Force One tak lain adalah satu dari empat seri B747 rancangan Boeing yang berhasil dipasarkan secara luas ke berbagai negara. Jika serial pertama, yakni B747-100, diluncurkan pertama kali pada 1969, kemunculan seri-200 hanya terpaut setahun setelah itu. Dimensi keduanya tak beda, kecuali bahwa seri-200 memiliki berat maksimum tinggal landas yang lebih besar karena mesin, kerangka, dan roda pendarat yang lebih kuat.

Anda mungkin akan bertanya, mengapa kantor kepresidenan AS tak memilih B747-400 yang sudah jauh lebih canggih? Sekadar catatan saja, B747-400 memiliki badan lebih panjang, kokpit serba digital (fully glass-cockpit), dan mampu menjangkau jarak 3.000 km lebih jauh dari B747-100 yang "hanya" 10.500 km. Toh, B747-400 sudah terbang dua tahun sebelum B747-200B mulai bertugas (pada 1990). Bukankah masih ada cukup waktu untuk mengalihkannya ke seri yang terbaru itu?

Jujur saja, tak ada jawaban memuaskan untuk pertanyaan tersebut Namun, dari buku Modern Military Aircraft (2004) dapat dirunut kisah bahwa pilihan itu boleh jadi terkait dengan proyek pembuatan pesawat komando terbang AS yang sudah terlanjur dikerjakan AU AS pada awal dekade 1970-an. Kala itu mereka sudah kepalang membeli empat B747-200B untuk direkonstruksi ulang menjadi pesawat komando darurat yang telah dirancang khusus untuk kondisi dunia terlanda perang nuklir. Ujud akhir dari proyek ini adalah pesawat fully-electronic E-4A dan E-4B

apa sehebat itu?
 
Ya. memang begitu adanya..


makanya saya berharap RI punya satuuu aja.
Ga usah gede2 kaya 747 lah, cukup 737 seri terbaru yang didandani ajah juga sudah lumayan.

Jadi inget, waktu jaman Gus Dur peawat kepresidenan 'mogok' saat kunjungan kenegaraan, sampai harus dipijami oleh Aussie

DOH!
 
Last edited:
makanya saya berharap RI punya satuuu aja.
Ga usah gede2 kaya 747 lah, cukup 737 seri terbaru yang didandani ajah juga sudah lumayan.

Kok cuma 1 (satu)....???

Kalo yg kaya bgitu doank, Indonesia bs punya 100 (seratus) bahkan lebih. Asalkan harta hasil korup Suharto, Keluarga & Kroninya bs direbut lg.

Tapi.... GAK MUNGKIN....!!!

Menurut pejabat yg bs dipercaya, lebih baik beli hukum buat ngelindungin hasil korupsinya drpd beli pesawat buat keamanan simbol2 negara & pemerintahan di negeri ini.
 
Back
Top