Perbatasan RI-PNG Kondusif Tanpa Kegiatan Politik Disintegrasi

nurcahyo

New member
Perbatasan RI-PNG Kondusif Tanpa Kegiatan Politik Disintegrasi

Kapanlagi.com - Wilayah perbatasan Republik Indonesia (RI) dengan Papua Nugini (PNG) pada Jumat, 1 Desember 2006, tetap kondusif tanpa terjadi ada kegiatan politik praktis yang mengarah kepada disintegrasi bangsa dan negara Indonesia seperti pengibaran bendera Bintang Kejora yang oleh kelompok tertentu dianggap sebagai lambang kemerdekaan Papua.

Padahal, sebenarnya bendera itu adalah lambang persatuan masyarakat adat Papua bukan lambang kemerdekaan Papua lepas dari Indonesia, kata Bupati Keerom, Drs Celcius Watae, di Arso, ibukota kabupaten itu, Jumat (01/12).

Pernyataan itu dikemukakan sehubungan dengan berbagai isu yang tersebar di wilayah perbatasan RI-PNG menjelang 1 Desember 2006, seperti antara lain akan dikibarkan bendera Bintang Kejora oleh kelompok masyarakat tertentu di wilayah itu.

"Isu pengibaran bendera Bintang Kejora di wilayah perbatasan RI-PNG itu sempat merebak menjelang 1 Desember 2006, namun masyarakat setempat tidak terprovokasi dengan isu tersebut. Hingga Pukul 19.00 WIT situasi keamanan dan ketertiban masyarakat di wilayah perbatasan RI-PNG aman dan kondusif," katanya.

Dia mengatakan, Kabupaten Keerom merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Papua yang berbatasan langsung dengan negara PNG. Wilayah ini pada masa lalu cukup rawan dengan berbagai gangguan dari kelompok tertentu yang ingin memisahkan Papua dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Namun berkat kerjasama yang harmonis antarkomponen masyarakat seperti pemerintah, pemangku adat dan pemuka agama, maka wilayah perbatasan ini sudah aman dan kondusif.

Pada hari ini Jumat 1 Desember 2006, tidak ada satu warga masyarakat di perbatasan ini yang mengibarkan bendera Bintang Kejora. Masyarakat setempat sibuk bekerja sebagaimana biasanya yakni bekerja di kebun kakao, kelapa sawit dan ladang jagung serta sayur-mayur seperti pada hari-hari sebelumnya.

Malahan, para pelintas batas tradisional antarnegara RI-PNG melakukan aktivitas seperti biasa, saling mengunjungi keluarga dan suku, berbelanja dan berjualan di pasar tradisional Waris dan berobat di Puskesmas perbatasan.

Sementara itu, masyarakat Arso, ibukota Kabupaten Keerom pada hari ini berkumpul di lapangan terbuka mengikuti kampanye kewaspadaan HIV/AIDS. Sedikitnya dua ribu warga masyarakat lokal dan transmigran berbaur menghadiri kampanye tersebut.

Kepada masyarakat setempat, lanjutnya, pihaknya meminta agar meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya penyakit yang mematikan itu.

Selain mendengarkan pidato kampanye kewaspadaan HIV/AIDS, masyarakat Arso dan sekitarnya pun ambil bagian pada acara hiburan berhadiah yang disponsori Pemerintah Kabupaten Keerom.

"Masyarakat perbatasan RI-PNG tidak peduli dengan berbagai isu pengibaran bendera Bintang Kejora itu karena disadari bahwa jika mereka terprovokasi dengan isu tersebut maka mereka akan terjebak dalam konflik horizontal yang merugikan diri sendiri, keluarga dan merenggangkan jalinan persaudaraan dengan masyarakat tetangga PNG," katanya.

Celcius mengakui kalau Pemkab Keerom pada menjelang 1 Desember 2006 terus melakukan kunjungan ke kampung-kampung sebagai bagian dari program safari Natal 2006 demi mempererat hubungan antarumat beragama seperti yang pernah dilakukan pada menjelang perayaan Idul Fitri 1427 Hijriyah yang baru lalu.

"Masyarakat Kabupaten Keerom yang merupakan masyarakat perbatasan RI-PNG harus dapat memberikan teladan hidup berbangsa dan bernegara Indonesia kepada kerabat di perbatasan PNG. Jika masyarakat asli Keerom diibaratkan sebagai batu dan pasir, maka masyarakat yang berasal dari luar Papua merupakan semen sebegai perekat hidup bersama. Kemajemukan masyarakat Keerom adalah Indonesia mini di Papua," katanya.
 
Back
Top