Di Luar Sekolah, Tak Sekadar Hura-hura

agen_pale

New member
Di Luar Sekolah, Tak Sekadar Hura-hura​


Pasti banyak dari kita yang senang berkegiatan di luar sekolah. Misalnya, bergabung dengan kegiatan pencinta alam dan lingkungan, menjadi sukarelawan organisasi kemanusiaan, atau mengikuti kegiatan yang berbasis relawan untuk kegiatan bersifat komersial ataupun nonkomersial.

Kesannya memang ribet. Secara tugas sekolah kita saja sudah menumpuk. Apalagi buat kita yang duduk di bangku kelas 12, di mana ujian nasional sudah di depan mata. Setumpuk tugas dan jadwal bimbingan belajar yang ketat jadi menu sehari-hari. Kalau jadwal sekolah saja sudah begitu padat, bagaimana membagi waktu untuk urusan di luar sekolah? Lagi pula apa manfaatnya? Salah-salah, nilai pelajaran kita malah jadi taruhan.

Namun, tunggu dulu, sebaiknya jangan cepat-cepat menganggap buruk teman-teman yang juga sibuk di luar urusan sekolah. Jangan menilai mereka sebagai kurang kerjaan atau mencap sebagai anak-anak yang cuma doyan hura-hura karena tak serius memikirkan sekolah dan masa depan. Soalnya, ternyata manfaat yang diperoleh dari kegiatan di luar sekolah itu besar, hanya memang kerap terlambat disadari. Tak hanya bagi orang yang berada di luar lingkungan mereka, melainkan juga buat yang bersangkutan.

Psikolog perkembangan remaja dari Universitas Padjadjaran, Bandung, Sri Rahayu, mengatakan, remaja yang aktif berkegiatan sesungguhnya belajar untuk mengerti atau memahami orang lain dengan sifat-sifatnya yang berbeda. Mereka yang terlibat kegiatan di luar sekolah itu bisa belajar bekerja sama dengan orang lain, mengasah kepekaan emosi, dan mempelajari perilaku orang-orang di sekitar mereka.

”Jadi, manfaatnya besar dan bisa jadi modal utama untuk kehidupannya kelak,” ujar Ibu Sri.

Selain itu, dengan aktif berkegiatan, kita juga membentuk jejaring dengan orang-orang di luar sekolah. ”Tentu ini akan menjadi modal yang baik saat mereka masuk dunia kerja nanti,” kata Ibu Sri menambahkan.

Tak hanya itu. Pengalaman tersebut juga sekaligus bermanfaat untuk mengasah keterampilan kita, apalagi kalau bersinggungan dengan orang-orang yang ahli di bidang tertentu.

”Ini akan menambah pengetahuan mereka sesuai bidang yang diikuti,” kata Ibu Sri.

Sosial emosional Psikolog pendidikan dari Universitas Indonesia, Lucia RM Royanto, menambahkan, kegiatan yang diikuti remaja di luar kegiatan belajar di sekolah lebih mengasah segi sosial dan emosional pelakunya.

”Remaja biasanya kesulitan saat harus berbaur dengan teman-teman sebaya. Karena itu, dibutuhkan skil saat menghadapi kegagalan atau dalam menghadapi lingkungan yang menyedihkan,” ujar Ibu Lucia.

Nah, keterampilan seperti itu, tambah dia, hanya bisa diperoleh dengan latihan. ”Latihannya dari beraktivitas di luar sekolah itu,” katanya.

Remaja yang menjadi relawan, misalnya, bisa mengasah keterampilan sosial emosionalnya. ”Dia jadi lebih peka. Jadi mudah berempati pada lingkunganya,” kata Ibu Lucia.

Sementara bagi remaja yang bergabung dengan sebuah komunitas, pengalaman ini akan menjadi proses akulturasi dari sekolah yang sebelumnya steril dari nilai-nilai.

”Di sini ada proses adaptasi dari nilai-nilai yang ada. Hal ini bermanfaat untuk dunia kerja yang akan mereka masuki nanti,” papar Ibu Lucia.

Jadi, aktif di luar sekolah adalah kesibukan yang bermanfaat. Enggak salah bila Essensia Kasih dari SMAN 8 Jakarta dan Gladys dari SMAK Sang Timur, Jakarta, sejak masih di bangku SMP sudah aktif berkegiatan di luar sekolah.

Mereka aktif di gereja, di lembaga pers sekolah, sampai magang di perusahaan untuk mencari dan menambah pengalaman. Yang jelas, harus diingat rambu-rambunya agar kesibukan kalian benar-benar bermanfaat.
 
bener banget.....

saya juga aktif mendorong anak-anak saya untuk aktif mengikuti berbagai kegiatan. Jangan sampe keseringan bengong dirumah atau nonton tv. Karena tv memberikan efek buruk yang gak sedikit untuk perkembangan jiwa dan emosi anak-anak.
 
bener banget.....

saya juga aktif mendorong anak-anak saya untuk aktif mengikuti berbagai kegiatan. Jangan sampe keseringan bengong dirumah atau nonton tv. Karena tv memberikan efek buruk yang gak sedikit untuk perkembangan jiwa dan emosi anak-anak.

Tidak semua chanel TV seperti itu koq den, TV Edukasi justru sebaliknya tuh... malah banyak materi acaranya yang memotivasi anak dan membantu anak dalam belajar.
 
Tidak semua chanel TV seperti itu koq den, TV Edukasi justru sebaliknya tuh... malah banyak materi acaranya yang memotivasi anak dan membantu anak dalam belajar.

Sangat sedikit pak guru kayaknya acara tv yang bertema edukasi atau pelajaran sekolah,, ;)
 
Sangat sedikit pak guru kayaknya acara tv yang bertema edukasi atau pelajaran sekolah,, ;)

Ben den Hulk, memang sangat jarang TV yang menyiarkan materi edukasi atau pelajaran sekolah.

Dan menurutku ini adalah titik mundur dari dunia pertelevisian di negara kita ini, hampir semua televisi berkelas nasional di negara ini semata-mata berfokus pada hiburan,

Dan yang lebih jeleknya lagi sudah tidak menyiarkan program tentang edukasi, malah banyak sinetron sekarang yang lagi kejar tayang, setting ceritanya menggunakan dunia pendidikan.. aneh khan? apa mereka ga malu ya...??

Dan yang paling membuatku jengkel bin dongkol adalah, setting cerita yang menggunakan sekolah (SMA, SMP, dan SD) itu tadi secara tidak langsung menularkan "virus" yang merusak dunia pendidikan di negara ini...

Contohnya :

Dalam cerita yang bersetting SMA, cara berpakaian siswanya yang amburadul, dan penampilan siswa yang juga sangat amburadul (gondrong dan dekil), dan yang lebih parah lagi profesi guru sangat direndahkan dengan membuat skenario Guru dengan begitu mudahnya di kibulin dan dipermainkan oleh siswanya. Ini khan keterlaluan !!!


Padahal dalam dunia nyata pendidikan di Indonesia tidak seperti itu.
Coba kita bandingkan dengan film-film luar negeri yang bersetting sekolah atau kampus, ceritanya ga bodoh-bodoh amat seperti sinetron di Indonesia...

Mau muntah rasanya bila aku melihat hal-hal seperti itu di TV kita, dan anehnya lagi yang settingan cerita seperti itu sekarang lagi "Mode On".
 
Last edited:
Ben den Hulk, memang sangat jarang TV yang menyiarkan materi edukasi atau pelajaran sekolah.

Dan menurutku ini adalah titik mundur dari dunia pertelevisian di negara kita ini, hampir semua televisi berkelas nasional di negara ini semata-mata berfokus pada hiburan,

Dan yang lebih jeleknya lagi sudah tidak menyiarkan program tentang edukasi, malah banyak sinetron sekarang yang lagi kejar tayang, setting ceritanya menggunakan dunia pendidikan.. aneh khan? apa mereka ga malu ya...??

Dan yang paling membuatku jengkel bin dongkol adalah, setting cerita yang menggunakan sekolah (SMA, SMP, dan SD) itu tadi secara tidak langsung menularkan "virus" yang merusak dunia pendidikan di negara ini...

Contohnya :

Dalam cerita yang bersetting SMA, cara berpakaian siswanya yang amburadul, dan penampilan siswa yang juga sangat amburadul (gondrong dan dekil), dan yang lebih parah lagi profesi guru sangat direndahkan dengan membuat skenario Guru dengan begitu mudahnya di kibulin dan dipermainkan oleh siswanya. Ini khan keterlaluan !!!


Padahal dalam dunia nyata pendidikan di Indonesia tidak seperti itu.
Coba kita bandingkan dengan film-film luar negeri yang bersetting sekolah atau kampus, ceritanya ga bodoh-bodoh amat seperti sinetron di Indonesia...

Mau muntah rasanya bila aku melihat hal-hal seperti itu di TV kita, dan anehnya lagi yang settingan cerita seperti itu sekarang lagi "Mode On".

iya ya bener pak guru, kebanyakan seperti itu ;) ceritanya banyakan yang merusak moral pendidikan di Indonesia, film putih abu2 tuh salah satunya hehe *keceplosan dah*
 
Back
Top