Mencermati Wajah Sinetron Kita

Puri Wonodri

New member
Agaknya wajah sinetron kita belum menemukan satu bentuk jati diri yang pas. Para sineas rupanya masih berkiblat pada arah angin. Taruhlah ketika booming sinetron yang berlatarbelakang cerita seputar dunia ABG, maka ramai-ramai mereka bikin sinetron seperti itu. Kemudian bergeser ke format sinetron religi. Memang, mula-mula pemirsa sedikit ternganga manakala mencermati tayangan sinetron religi, sebab resultansinya berimbas pada perilaku dan akhlak masyarakat - yang semula suka nyolong misalnya, setelah melihat tayangan sinetron religi yang tangannya jadi gosong, mereka jadi ngeri alias takut. Output-nya baik. Tetapi seiring dengan waktu, nampak sekali rekayasa dari penggarapan sinetron religi yang sama sekali lepas dari kontekstualisasi kehidupan nyata. Terlalu dibikin-bikin, begitu gerutu Mat Sangkrah ketika ngopi di warteg di bilangan Lebak Bulus. Itu yang jadi persoalannya. Padahal, jika dikaji, kita tidak akan pernah mati ide bila benar-benar mengamati dinamika masyarakat - terutama komunitas grassroot.

Nah..beranjak dari hal yang remeh-temeh inilah, saya mencoba pada teman-teman untuk mendiskusikan hal ini, sekalian mencari solusi barangkali dari teman-teman juga akan terlahir sebuah karya sinetron yang akan menjadi trend setter, seperti halnya era Si Doel Anak Sekolahan dan Bajaj Bajuri.
 
saya setuju banget, kadang sinetron sekarang menggiring kita untuk berfikir bahwa jadi orang baik itu tidak menyenangkan dan selalu menderita. kemana-mana disiksa dan dirundung kemalangan sedangkan orang jahat bisa mendapatkan yang dia inginkan dengan mudah. kebahagiaan yang diperoleh oleh orang baik hanya sesaat karena sinetron langsung tamat.
kalu masalah solusi saya juga bingung karena selama animo masyarakat masih tinggi, rating masih tetap baik maka tidak ada yang bisa menjamin para produser tidak ingin membuat sinetron serupa. karena ini adalah ladang uang yang subur buat mereka.
 

Saya pribadi setuju dengan pendapat anda bahwa tayangan sinetron masih ditentukan oleh selera pasar dan rating. Tetapi, selera pasar lahir karena sebuah karya yang mampu menjadi trend setter bagi karya lainnya. Ketika lahir sinetron Bajaj Bajuri misalnya, layar kaca kita masih booming dengan tayangan sinetron yang bernuansa drama rumah tangga lengkap dengan bumbu konflik, percintaan, perselingkuhan, kekuasaan dan harta yang dikemas dalam sinetron TERSANJUNG (maaf kalau tidak salah ingat) yang telah menembus lebih dari 500 episode. Tetapi, Bajaj Bajuri mampu berbicara secara berbanding terbalik, artinya tayangan dengan kemasan sitkom tersebut mampu menembus angka rating cukup tinggi sekaligus mampu membalikan image masyarakat pemirsa bahwa sitkom tidak hanya menghibur melainkan juga mencerminkan kehidupan keseharian masyarakat bawah. Bahkan menjadi trend setter. Terbukti lahir pula Radio Repot dan Tante Tuti (menjadi Film TV terbaik FFI 2007), kendati diproduksi oleh PH yang sama (GMM Films). Untuk itu, sebenarnya semua berpulang kepada para sineas termasuk di dalamnya penulis skenario, sutradara dan produser yang harus lebih berani mengambil sikap dalam menghasilkan karya-karya sinematografi yang lebih memberikan efek mendidik kepada pemirsa - terutama generasi penerus bangsa ini.
Untuk lebih mengkongkritkan hal ini, saya mencoba untuk mengawali terlebih dahulu (agar tidak dikira hanya bisa ngomong doang tapi tidak mampu membuktikan secara nyata) dengan membikin skenario yang bercerita tentang tindakan-tindakan korupsi yang pernah dilakukan oleh para petinggi negeri ini - baik yang sudah masuk bui maupun yang masih buron - sekaligus mendukung upaya Kejagung dalam menayangkan para koruptor di media televisi. Kebetulan profesi saya adalah wartawan sebuah tabloid yang mengkhususkan pada soal-soal korupsi. Sudah barang tentu, saya harus didukung oleh lembaga yang paling kompeten dalam menangani kasus-kasus korupsi terutama KPK. Hal ini bukan hanya upaya dari seorang warganegara kelas debu macam saya, melainkan keakuratan angka dan data dari KPK akan sangat membantu saya dalam menyusun skenario tersebut. Setidaknya akan mendekati pada keadaan nyata, sehingga masyarakat bawah akan bisa menilai sendiri.
Oke..bagi kawan-kawan yang mempunyai ide-ide brilian terutama yang berkaitan dengan dunia pertelevisian - lebih fokusnya pada sinetron - terus terang saya mohon saran dan dukungannya agar penayangan sinetron di TV tidak monoton, tapi mampu memberikan pendidikan dan keberpihakan pada masyarakat kelas kecil macam saya.
 
sebenernya, orang indonesia itu, kreatif. garapan sinetronnya juga baik. tapi.. sayang.. ke kreatif-an mereka disalah gunakan. mereka berlomba kreatif menjiplak dan menjiplak. tidak hanya menjiplak punya orang luar negeri. punya sesama pun, kena jiplak. kapankah.. jiplak-menjiplak ini segera berakhir.

jujur, saya ingin sekali nonton film/sinetron indonesia yang bukan hasil jiplakan atau adopsi.
 

Anda memang benar sekaligus jeli melihat perkembangan sinetron di Indonesia. Tetapi sayang memang, para sineas itu masih saja mengadopsi sinetron-sinetron dari luar negeri untuk di daur ulang dan ditampilkan di layar kaca kita, sehingga (maaf) sesungguhnya selama ini kita dibohongi lantaran menonton BARANG SISA.
Masih segar dalam ingatan ketika berbondong-bondong para sineas muda mengembalikan Piala Citra kebanggaan mereka sebagai tanda protes karena Film EKSKUL menjadi pemenang dan Film Terbaik FFI 2007. Padahal setelah dirunut ternyata memang benar telah menjiplak. Soundtrack musiknya menjiplak musik latar film Gladiator yang dibintang Russel Crowe dan Munich garapan Steven Spielberg. Judul lagu film Gladiator yang diduga dipakai dalam film Ekskul adalah Elysium karya Gerrard Badelt sedangkan lagu yang dipakai dari film Munich adalah Remembering Munich karya John Williams. Toh, situasi seperti itu masih saja dewan juri FFI 2007 berani NGEYEL. Harusnya kan malu. Hendak ditaruh kemana wajah film Indonesia. (dipantat kali ya..)
Tetapi sangat menarik apa yang dikemukakan Garin Nugroho bahwa sikap pengembalian Piala Citra oleh jajaran sineas muda merupakan wujud perilaku demokratis mereka. Untuk itu harus pula disikapi secara demokratis pula. Tidak seperti Sophan Sophiaan, mentang-mentang aktor senior dia malah mnengatakan bahwa para sineas muda tersebut terlalu arogan dengan sikap yang ditunjukkannya yakni mengembalikan piala citra. Sebagai aktor senior selayaknya ia bersikap arif dalam menanggapi suara para sineas muda.
Untuk hal ini, sebagai rasa solidaritas terhadap kawan-kawan sineas muda, saya ikut URUN REMBUK melalui tulisan di Solo Pos. Saya juga mengajak kawan-kawan lainnya, ayo kita benahi bersama film dan sinetron di negeri ini agar lebih membumi, mendidik dan benar-benar memberikan kontribusi pada proses pembelajaran terhadap masyarakat bawah macam saya ini..
Oke terima kasih untuk tanggapannya..yang lain saya selalu siap berdiskusi.
 
nah, tuh dia.. FFI 2006.
saya bener-bener KECEWA sekaligus SEDIH, dan menyesalkan.. kenapa film EKSKUL yang ga MUTU yang menang?

Saya salut dengan aksi sineas muda, yang mengembalikan piala citra itu. tp, saya bener-bener males liat mukanya film Ekskul. sudah ditentang oleh seluruh sineas, dan senior-senior perfilm-an, pialanya ga mo dibalikin. ga tau malu banget kan? apalagi, tuh.. bukti penjiplakannya sudah TERBUKTI. kalo dah gini, muka perfilm-an indonesia bener-bener ancur, kan? jawanya tuh, RAI GEDEK. ga punya malu.
 
Saya menyayangkan memang arogansi para sineas senior macam Sophaan Shopiaan yang katanya sineas muda tidak siap berkompetisi. Saya pikir apa malah para sineas senior ini tidak berbanding terbalik cara berpikirnya. Kalau bukan Riri Reza sama Mira Lesmana lewat film KULDESAK, mana mungkin film di negeri ini bangkit. Sejak Kuldesak dirilis, maka bermunculanlah film-film layar lebar yang ditangani oleh para sineas muda. Dan rata-rata sukses. Daun di Atas Bantal, misalnya sempat bikin berdecak kagum di festival film Cannes Perancis. Apa hal ini masih juga dikatakan sineas muda tidak siap berkompetisi? Saya pribadi, meski belum seterkenal mereka, merasa risih, geli sekaligus geram. Apa yang menjadi tolok ukur sineas senior mengatakan demikian? Masih mending, Rima Melati - salah satu anggota Dewan Juri FFI 2007 - yang sama sekali tidak memihak siapapun. Tetapi dengan kearifannya lantaran dia aktris senior, secara tersirat ia dukung aksi para sineas muda itu. Bahkan aktris senior peraih Citra beberapa kali - Jenny Rachman dan Alex Komang (kebetulan saya kenal dekat dengan mereka) - tidak seheboh bersuara terkait dengan aksi para sineas muda ini. Mereka bisa memaklumi, lantaran para sineas muda ini mengalami dunianya sendiri, sehingga sangat wajar kalau mereka mampu mengkritik substansi EKSKUL. Oke saya mengajak para sineas muda, juga pengamat atau sekedar penikmat untuk terus mengkritisi film-film kita agar slogan menjadi tuan rumah di negeri sendiri benar-benar terbukti. seperti India, misalnya yang setting cerita dari itu ke itu saja tapi mampu menembus globalisasi film internasional. Karena mereka konsisten dan terus berusaha memperbaiki diri, bukan kayak sinetron kita yang malah menjiplak sana-sini. Sungguh memuakkan sekaligus menjijikkan..!
 
ehh... ngomong-ngomong.. kamu kenal dengan orang-orang film itu.. beneran, yah?? boleh dong.. saya minta dikenalkan.. saya sangat suka sekali nulis.. siapa tau.. cerita-cerita saya bisa dibaca mereka.. dan dipertimbangkan untuk dijadikan film.. saya berharap, cerita yang saya tulis.. masih orisinil, dan bukan plagiatan.. :(
 

Kalin..saya salut dengan ketajaman instingmu..maunya aku, kamu terus menulis untuk menanggapi aku punya opini..tapi tak apa-apa jika memang kamu benar ingin kenalan dengan Yenny Rahman, Alex Komang dan sebagainya. Bukan menjadi persoalan jika kamu sering nongkrong di Parfi. Yenny kan Ketua Umum Parfi dan Alex kan Sekjen-nya. Saya kebetulan sering ikut ngobrol-ngobrol di rumah Yenny di jalan Surabaya. Disitu bisa dipastikan ada beberapa insan film, baik yang senior maupun yunior. Yang jadi masalah, waktunya tidak tentu dan sering kalau sudah ngobrol bisa sampai subuh. Sekarang ini, saya tengah kerjasama dengan Yenny untuk menyelenggarakan talk show CAGUB DKI bertajuk MENUJU JAKARTA 1 dan sama Cheppy (pemain Rahasia Illahi) tengah mengerjakan Kuis Lelaki. Naa...untuk bisa kenalan dengan mereka terserah kamu, mau langsung ke Parfi sendiri dan langsung cari-cari mereka atau kamu ketemu dulu sama aku..itupun kalau kamu bersedia.
Di luar ini semua aku tetap mengharapkan kawan-kawan untuk terus memberikan masukan tentang wajah sinetron kita. Oke kutunggu selalu.
 
nahh.. ni masalahnya...
parfi -nya di Jakarta, kan??
saya di jember.. jauh, mas.. gimana??
pengen banget bisa kenal sama Rudi Sujarwo, Riri Riza, Mira Lesmana..
oh ya, rencananya, setelah lulus D1 ini, saya pengen lanjutin ke IKJ. jurusan Film dan TV. saya pengen banget jadi sutradara dan penulis skenario.
saya pernah juga bikin film. tapi film sekolah. kebetulan, waktu itu, saya kebagian jadi Penata Rias, dan Hunting Location.. tapi, film-nya kurang meledak di sekolah.. ya.. mungkin, karena.. selera penonton zaman sekarang suka yang ada cinta-cintaannya.. sedangkan.. film sekolah kan, mengarahnya pada pendidikan.. ^_^.. salam saya buat Yenni Rahman, Alex Komang, kalo bisa buat yang maen film, kayak Rizky Hanggono, Denis Adishwara, dan.. saya suka banget sama aktingnya Dian Sastro dan Nicolas Saputra.. salam kenal dehh buat mereka, dan buat mas Puri Wonodri juga..
 
Wow..aku kira kamu di Jakarta, Kalin..ternyata di Jember..hallo Jember..kalau ga salah ingat di jember ada Radio Suara Akbar ya? Aku pernah bicara di sana dalam rangka bedah buku..tapi ahh..lupa pula judul bukunya...lagian udah lama sekali..Naa terkait dengan bakatmu menulis..gini aja Kalin..coba kamu bikin skenario sinetron 1 episode (durasi 60 menit - sinetron lepas) kira-kira 48 halaman. Lalu kamu kirim via email ke emailku purianna_7285@yahoo.co.id. Substansi ceritanya bisa apa aja. Selanjutnya skenariomu akan aku coba edit dulu sebelum kutawarkan ke PH (Production House). Percaya deh, aku takkan membajak skenariomu, lagian aku punya kawan yang bersih dan tidak suka dengan bajak-membajak karya orang lain, namanya mas Rick + mbak Nuke (penulis skenario Pernikahan Dini & Salwa-Salma). Oke kamu tertantang untuk ini? Coba aja. Untuk sekedar informasi, selain menulis skenario, profesiku sebenarnya adalah wartawan Tabloid Investigasi (media khusus pemberangusan korupsi). Oya..jangan lupa cantumkan no. hp atau telp yang bisa kuhubungi. Oke sukses selalu Kalin..
 
mas..
karyaku udah di posting di situs ini..
di thread cerita cinta dan romantis. subject nya silahkan baca..
di situ ada dua punya ku..
coba di baca..
 
oh ya, senang, bisa kenal sama mas Puri Wonodri (btw nama asilnya siapa?).
Radio Suara Akbar? ya.. saya tau.. salah satu penyiarnya, dulu mantan guru TPA saya, pas masih SD.
 
Puri Wonodri adalah nama yang sering kugunakan dalam dunia tulis menulis..kendati belum beken..tapi cukup mendatangkan rejeki. Sedangkan Wonodri adalah desa dimana aku dilahirkan. Nama asliku Ahmad Puriyono, alumni FH Undip Semarang, dan sekarang keblusuk jadi wartawan di blantika Jakarta. Naa..yang kumaksud bukan sekedar bikin cerita seperti cerpen atau novel, Kalin..tapi langsung skenario jadi (tentu dilampiri sinopsis, casting karakter pemain, treatment + parenthetical). Aku yakin kamu bisa, kan kamu sudah pernah bikin film di kampus tentu sudah menguasai dong tetek-bengek yang berkaitan dengan skenario. Oke kutunggu Kalin..
 
Halo salam kenal!

Saya juga menyayangkan banyaknya sinetron Indonesia yang tidak sekedar mengadaptasi dari drama Taiwan tapi juga banyak yang menjiplak. Contohnya adalah "Buku Harian Nayla (BHN)" yang menjiplak dorama Jepang "Ichi Ritoru Namida".

BHN mampu menarik simpati penonton Indonesia terbukti dengan ratingnya yang tinggi. Pemainnya pun kini menjadi idola anak kecil. Saya dapat mengatakannya karena saya membaca di sebuah majalah anak. Kebanyakan anak mengidolakan pemainnya (Chelsea Olivia dan Glen A.). Saya tidak dapat memahami mengapa mereka bangga pada produk jiplakan.
 
oh ya mas puri wonodri..
kemaren", saya baca di tabloid, katanya.. dewan juri punya sebuah BUKU PANDUAN.. apa aja sih isi buku panduan itu??
kok, tidak ada peraturan mengenai film yang plak-menjiplak??
kok, tidak ada larangan memenangkan film yang GA orisinil??
 
Aq bingung mo ngomong apa??? Thread ini judulnya "Mencermati Wajah Sinetron Kita". Kok banyakan mbahas film Indonesia?
 
buat hayai: kan emang ceritanya, kita sedang bahas sinetron indonesia, yang ga BOSEN" menjiplak.. aduhh.. mang ga enak yahh malu.. geto.. liat sinetron kita saat ini..
 
Untuk mas atau mbak Hayai..sinetron itukan juga film to? Saya yakin sampean juga merasa gerah kalo liat substansi cerita sinetron kita juga film layar lebar kita yang dipenuhi dengan acara jiplak-menjiplak..naa..mau saya mengajak sampean-sampean untuk mengkritisi agar para sineas itu mampu menghasilkan karya yang tidak njiplak gitu loh..Seperti dulu era Si Doel Anak Sekolahan, kendati ceritanya diadaptasi dari novelnya St. Aman Dt. Majoindo tapi benar-benar membumi dan merefleksikan kehidupan keseharian kita. Kemudian Bajaj Bajuri. Aris Nugraha - sang bidan - agaknya berhasil mengakomodasi profesi seorang tukang bajaj menjadi bentuk hiburan yang cukup menggelitik. Dan yang lagi in adalah OB. Maksudku gitu loh, barangkali sampean ada komentar yang bisa menjadi wacana bagi para sineas muda. Atau bisa jadi sampean berangkat dari kasus pengembalian piala citra tempo hari. Oke thank's untuk responnya ya..Hayai..maju terus hoi..:)
 
bagi saya.. nih.. dari pada nonton sinetron indonesia yang plak-menjiplak tuhh.. mendingan nonton film horor barat, deh bener.

oh ya, mas Puri Wonodri.. mo tanya pendapat, nie.. gimana dengan sinetron Dunia Tanpa Koma? itu orisinil, kan?? (semoga iya). wahh saya suka banget ma sinetron pertama Dian Sastro itu. Awalnya sih, karena ada artis and aktor indo kesukaan saya.. Dian Sastro, Tora Sudiro, dan Fauzi Baadilla. dan selama ini, saya belum menemukan celah jiplakannya.. abiz.. saya kalo dah suka, susah mo denger berita jeleknya.. hehehe.. itulah kelemahan saya.. dalam bidang film/sinetron indonesia.
 
Back
Top